play lagu diatas 😌👍🏻
***
Upacara untuk menobatkan Carmina menjadi ratu iblis kemudian diadakan. Carmina tidak bisa tidur karena terus memikirkan kata-kata Leeta. Dia merasa sangat cemas karena jika dia telah menjadi pemimpin bangsa iblis, dia tidak bisa menjalani hubungannya dengan bebas seperti dahulu.
Beberapa pelayan membantu Carmina untuk memakai pakaian dan merias wajahnya. Carmina bisa merasakan beban berat di hatinya. Setelah mereka selesai, mereka segera keluar dari kamar Carmina. Carmina menatap pantulan Leeta dari cermin. Perempuan itu benar-benar bisa dipercaya.
"Nona, hari ini anda akan menjadi ratu dari bangsa iblis. Anda akan menjadi pemimpin dari bangsa ini. Aku harap nona bisa menjadi pemimpin yang baik. Nasib dari bangsa iblis kini ada di tangan nona," ucap Leeta.
Carmina terdiam dan menatap dirinya di cermin. Leeta kemudian segera pergi dari kamar Carmina. "Sial, aku benar-benar tidak bisa lepas darimu, Norrix. Seberusaha apa pun aku mencoba, hatiku tetap teringat dengan dirimu. Aku tahu akan menyesali ini,"
Carmina kemudian segera keluar dari kamarnya dan pergi ke ruangan upacara. Ia bisa melihat ayah dan ibunya yang sedang berbicara. Zero yang melihat kakaknya langsung berlari dengan kaki kecilnya dan memeluk kakaknya.
"Kakak! Kenapa kakak lama sekali? Apakah persiapannya memang selama itu?" tanya Zero sambil merangkul leher kakaknya.
Carmina menggeleng. "Tidak, aku hanya sedang memikirkan hal lain. Jika kau sudah dewasa, maka aku akan memberikan tahta ini kepadamu, Zero,"
"Tidak mau! Aku mau hidup bebas seperti biasa! Kakak bisa memiliki anak dan mewariskan tahta kakak kepada anak itu!" jawab Zero sambil cemberut.
Carmina terkekeh dan mencium pipi tembam adiknya itu. Perbedaan usia yang jauh membuat Carmina sedikit canggung dengan adiknya. Namun, bagaimana pun juga mereka adalah saudara kandung.
"Kenapa kau baru lahir saat aku berusia lima belas tahun? Seharusnya kau bisa lahir saat aku masih berusia tiga tahun, jadi aku tidak perlu menanggung beban seberat ini," ucap Carmina lirih sehingga Zero tidak bisa mendengarnya.
Carmina kemudian menurunkan Zero dan melihat ayahnya yang menatapnya dengan bangga. Hati Carmina terasa sakit ketika melihat itu. Andai saja ayahnya tahu perbuatannya selama ini, dia yakin ayahnya akan menyesal membesarkan anak sepertinya.
"Carmina, ayo kita mulai upacaranya," ucap ayah Carmina sekaligus raja iblis.
Carmina mengangguk dan segera berjalan ke tengah ruangan. Mereka kemudian memulai proses upacara itu. Carmina mengiris tangannya dan darahnya mengalir ke sebuah cawan yang berisi air. Air itu kemudian berubah menjadi warna hitam, yang menandakan jika Carmina telah resmi menjadi ratu dari bangsa iblis.
Badan Carmina terasa lemas. Dia tidak siap, dia tidak pernah siap menjadi pemimpin dari bangsa iblis di usia yang semuda ini. Walaupun semua petinggi sudah menyetujuinya karena Carmina sangat kuat, Carmina tetap merasa tidak pantas.
Ayah Carmina menatap Carmina. "Carmina, aku harap kau bisa memimpin bangsa iblis menjadi lebih baik. Jangan pernah mencari masalah dengan bangsa lain, kau hanya perlu menjaga perdamaian dunia iblis,"
"Baik, ayah," jawab Carmina dengan suara ragu. Ia kembali teringat dengan wajah Norrix dan memikirkan kata-kata Leeta. Benar, dia tidak tahu kapan para malaikat akan segera mengetahui hubungan mereka.
Posisi Carmina sebagai pemimpin iblis membuat hubungan mereka menjadi lebih berisiko. Jika para malaikat mengetahui hubungan mereka, bisa saja terjadi perang antara iblis dan malaikat. Norrix juga pasti akan dihukum menjadi manusia biasa.
"Carmina, aku tahu jika kau tidak siap untuk menerima posisi ini. Namun, ibu dan ayah pasti akan membantumu. Kami akan menemanimu di saat-saat kesulitan. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," ucap ibu Carmina.
Carmina hanya mengangguk pelan. Benar, nasib bangsa iblis ada di tangannya. Carmina rasa dia harus segera menyelesaikan hubungannya dengan Norrix sebelum diketahui oleh malaikat. Carmina harus mengorbankan hatinya demi kedamaian.
Upacara itu kemudian selesai dan Carmina memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Carmina mengunci pintu kamarnya dan menangis. Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Norrix.
"Dari semua orang kenapa harus aku? Jika saja aku bukan ratu, jika saja kami bukan berasal dari bangsa yang berlainan, jika saja aku tidak pergi ke dunia manusia saat itu. Semua ini tidak akan terjadi," isak Carmina.
Carmina mengambil sebuah bulu berwarna putih yang ia dapat dari sayap Norrix. Sanggupkah dia untuk memutuskan hubungannya dengan Norrix? Melupakan semua kenangan selama delapan tahun yang sudah menjadi bagian dalam hidupnya?
"Aku tidak memiliki pilihan lain. Mungkin aku akan hancur setelah ini, tapi tidak apa. Semua akan aku lakukan agar kedamaian ini terus terjaga. Hatiku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kedamaian ini," ucap Carmina.
Beberapa hari kemudian Carmina kembali ke lembah itu bersama Zaylra. Carmina sudah mempersiapkan hatinya untuk mengakhiri hubungannya. Carmina berusaha menutupi matanya yang bengkak karena terus memikirkan hal itu.
Carmina kemudian melihat seorang laki-laki yang sangat ia cintai. Tampaknya laki-laki itu sedang menunggu kedatangannya. Carmina kemudian menghembuskan napasnya.
"Carmina, akhirnya kau datang! Apakah upacara penobatanmu berjalan dengan lancar? Selamat! Kini kau sudah menjadi ratu dari bangsa iblis," ucap Norrix sambil tersenyum.
Carmina hanya terdiam dan duduk di sebelah Norrix. Norrix tampaknya tidak menyadari jika Carmina sedang memikirkan sesuatu. Carmina menatap aliran air yang mengalir dan memantapkan hatinya.
"Norrix, aku rasa sebaiknya kita mengakhiri hubungan kita. Kini aku adalah ratu dari bangsa iblis, aku tidak bisa hanya memikirkan diriku sendiri saja. Jika ada malaikat lain yang mengetahui hubungan kita, maka kedamaian yang sudah ayahku jaga selama ini akan hancur. Aku tidak ingin itu terjadi," ucap Carmina. Dia tidak mau menatap Norrix.
Norrix terkejut ketika mendengar kata-kata Carmina. "Kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal seperti itu, Carmina? Apakah aku salah? Tolong jangan akhiri hubungan ini, Carmina. Aku benar-benar mencintaimu, tidak akan ada malaikat yang mengetahui hubungan kita,"
Air mata yang Carmina tahan sejak tadi akhirnya terjatuh. "Tidak ada yang tahu kapan mereka akan mengetahuinya, Norrix. Aku juga mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Namun, aku tidak bisa mementingkan perasaanku. Kita harus mengakhiri hubungan ini,"
Mata Norrix bergetar ketika Carmina mengatakan hal itu. Ia kemudian segera mencium bibir Carmina. Mereka berdua menangis. Carmina tahu jika Norrix sama hancurnya dengan dirinya, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Cinta mereka memang tidak akan pernah diterima oleh seisi alam semesta.
"Apa yang ratu iblis lakukan di sini bersama malaikat?" terdengar suara yang membuat mereka berdua terkejut. Mata Carmina mendelik ketika melihat beberapa malaikat yang menghunuskan senjata mereka.
"Norrix! Cepat pergi dari sana! Ratu iblis itu pasti menyihirmu sehingga kau tunduk dengannya bukan? Dasar iblis hina!" maki seorang malaikat perempuan.
Carmina segera mengeluarkan tombak dari sayapnya. Zaylra juga diam di samping Carmina untuk menjaganya. Norrix terkejut ketika para malaikat itu mulai menyerang Carmina. Tentu saja Carmina bukanlah tandingan mereka.
Carmina menembakkan tombak-tombak itu dan membuat mereka semua pingsan. Carmina sama sekali tidak berniat untuk melukai mereka. Beberapa malaikat yang Carmina perkirakan seumuran dengan Norrix kemudian pingsan.
Carmina menatap Norrix yang diam dan tersenyum kecil. "Maaf, aku harus pergi. Aku mencintaimu, Norrix. Namun, tidak akan ada seorang pun yang menyetujui hubungan kita. Selamat tinggal,"
Carmina segera naik ke punggung Zaylra dan naga hitam itu melesat pergi. Carmina meneteskan air matanya ketika menyadari jika itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Norrix. Kini semuanya telah selesai.
"Selamat tinggal, Norrix. Maaf atas semuanya," ucap Carmina lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade [END]
FantasyCarmina Sharpe selalu memiliki nasib yang menyedihkan. Ia akan mati dengan mengenaskan, lalu hidup kembali. Situasi itu terus terulang tanpa henti. Carmina tidak mengerti mengapa ia terus mengalami hal itu. Namun, Carmina tetap mencoba untuk menjala...