"Sepertinya mereka akan memusuhiku saat aku tiba di sana," celetuk Carmina.
Norrix menatap Carmina khawatir. "Aku tidak akan membiarkan mereka menganggumu. Lagi pula mereka tidak akan bisa melawanku. Jika mereka berani melawanku maka aku akan segera mengeluarkan mereka dari menara sihir,"
Carmina mengangkat salah satu alisnya. "Bukankah itu adalah penyalahgunaan kekuasaan? Kau tidak boleh melakukan hal itu. Aku akan menganggapmu sama saja dengan pemimpin di luar sana jika kau melakukan hal itu,"
Norrix terkejut mendengar kata-kata Carmina. "Ah, aku hanya bercanda! Penyihir lain akan marah jika aku mengambil keputusan dengan sembarangan seperti itu. Tapi aku bisa memastikan jika tidak akan ada penyihir yang meremehkanmu,"
"Aku tidak peduli. Apakah itu menara sihir? Ternyata menara sihir itu tinggi sekali, ya," komentar Carmina sambil menunjuk sebuah bangunan tinggi.
"Iya, aku akan gunakan teleportasi saja agar kita lebih cepat sampai," Norrix mengenggam tangan Carmina dan mereka berdua langsung tiba di depan menara sihir.
"Tuan Zayne! Ke mana saja anda pergi? Kami harus mengurus tugas-tugas yang anda tinggalkan! Lalu siapa gadis cantik di samping anda ini? Jangan bilang anda diam-diam kabur untuk menikah?!" pekik seorang laki-laki berkacamata.
Carmina membulatkan matanya mendengar kata-kata laki-laki itu. Mana mungkin dia menikah dengan Norrix, laki-laki penguntit dan aneh itu? Lebih baik Carmina terjun bebas dari dataran tinggi dari pada menikah dengan Norrix.
"Mana mungkin! Gadis inilah yang sering dibicarakan oleh para penyihir karena dia mampu menyembuhkan wabah penyakit di desanya. Dia adalah Carmina Sharpe, anak dari Baron Sharpe," ucap Norrix memperkenalkan Carmina.
Carmina mengangguk pelan. "Aku adalah Carmina Sharpe, aku akan mencoba untuk membantu kalian untuk membuat ramuan obat. Mohon kerjasamanya,"
"Salam kenal nona Sharpe! Aku adalah Calla Trevil dan laki-laki di sebelahku ini adalah Gerard Wyrm! Kami berdua adalah asisten tuan Zayne!" ucap Calla ramah.
Gerard tersenyum kepada Carmina. "Padahal baru saja aku berharap jika dia akan membawa istrinya. Nona Sharpe, apakah kau tahu? Dia sangat suka menganggu kami padahal dia tahu jika kami sedang ingin berdua saja,"
Norrix mendengus dan menarik tangan Carmina ke dalam menara sihir. "Calla dan Gerard merupakan sepasang kekasih, jadi mereka sangat sering menggodaku karena aku belum mempunyai pasangan. Mereka sangat menyebalkan,"
"Tapi mereka sangat ramah. Aku tidak menyangka kedatanganku akan disambut seperti itu oleh asistenmu. Sepertinya aku akan menyukai mereka berdua," sahut Carmina.
"Mungkin mereka berdua ramah denganmu, tapi aku tidak yakin penyihir lain akan ramah denganmu. Walau pun mereka tidak akan menyerangmu secara langsung, tapi mereka pasti sering berbicara yang tidak-tidak tentangmu," balas Norrix.
Carmina mengangkat kedua bahunya. "Silahkan saja. Omong-omong, tolong berikan aku laporan tentang penyakit itu. Semakin cepat aku mengetahui tentang informasi penyakit itu, semakin cepat aku bisa membuat obatnya,"
Mereka berdua kemudian berjalan ke ruangan Norrix. Norrix segera mengambil beberapa lembar kertas yang ada di mejanya dan memberikannya pada Carmina. Carmina membaca laporan itu dengan teliti.
"Maaf jika ruangan tuan Zayne berantakan, kami tidak sempat membereskannya karena orang bodoh ini memilih kabur dari tanggung jawabnya," sindir Gerard.
Norrix menatap Gerard sinis kemudian menghembuskan napasnya. Calla menatap Carmina dengan takut sekaligus khawatir. Carmina kemudian memejamkan matanya sejenak dan meletakkan laporan itu ke meja.
"Norrix, kita harus pergi untuk melihat para pasien. Aku harus mengecek mereka sendiri untuk memastikannya," ucap Carmina dan Norrix mengangguk.
Mata Gerard dan Calla mendelik ketika Carmina memanggil Norrix dengan nama depannya. Mereka langsung pergi ke pojokan dan membicarakan Carmina dan Norrix. Norrix mengenggam tangan Carmina dan membawanya ke sebuah gedung.
Carmina bisa melihat banyak tabib yang berjalan dan berusaha mengobati para pasien. Carmina kemudian berjalan menuju salah satu pasien dan memulai pemeriksaan. Norrix hanya memerhatikan Carmina dari dekat.
Carmina kemudian bangkit dan menatap Norrix. "Semuanya sesuai dengan laporanmu. Penyakit ini juga pernah muncul beberapa abad yang lalu di kerajaan lain. Tapi aku rasa penyakit ini sudah bermutasi dan menjadi lebih kuat. Nama penyakit ini adalah Phantom Eye,"
"Wow, aku tidak menyesal tidur di depan rumahmu saat itu. Apakah kau tidak berniat untuk beristirahat terlebih dahulu? Kau sudah mengetahui penyakit ini," tawar Norrix.
"Tidak, aku akan membuat obatnya setelah ini. Norrix, ayo kita kembali ke menara sihir. Aku ingin menyelesaikan ini secepatnya," jawab Carmina.
Norrix lantas mengenggam tangan Carmina dan kembali ke menara sihir. Carmina berjalan ke laboratorium milik Norrix dan mencari tanaman obat yang akan ia gunakan. Carmina kemudian meletakkan beberapa tanaman obat itu di atas meja.
"Norrix, apakah kau memiliki air sungai yang menyebabkan penyakit Phantom Eye?" tanya Carmina serius.
Norrix mengangguk. "Ini. Aku berencana untuk meneliti kandungan apa yang ada di dalam air itu hingga menyebabkan penyakit Phantom Eye. Apa yang akan kau lakukan?"
Norrix membulatkan matanya ketika Carmina membuka tutup botol itu dan meminumnya tanpa ragu. Carmina kemudian mengusap bibirnya yang basah. Norrix masih terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Carmina.
"Carmina! Apa yang kau lakukan? Aku tidak mengambil air sungai itu agar kau bisa meminumnya dan terkena penyakit itu juga!" pekik Norrix.
Carmina menatap Norrix. "Aku sudah mengatakan jika aku tidak akan melakukan percobaan pada orang lain, aku akan melakukan percobaan itu pada diriku sendiri, Norrix. Akan lebih bagus jika aku sendiri yang terkena efeknya,"
Norrix menatap Carmina dengan tatapan tidak percaya. "Carmina, kau tidak perlu melakukan hal ini. Ada beberapa penjahat kelas kakap yang juga terkena wabah penyakit ini. Kita bisa melakukan percobaan pada mereka,"
"Tidak perlu. Lagi pula jika aku tidak berhasil, aku rasa ini adalah kematian yang cukup bagus, untuk kali ini," sahut Carmina dan Norrix kini benar-benar tidak bisa mengerti jalan pikiran Carmina.
Norrix memegang kedua bahu Carmina dan menunduk. Ia tidak bisa mengerti perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Marah, sedih, kecewa, semua perasaan negatif itu bergabung menjadi satu.
"Ini adalah pilihanku, Norrix. Lagi pula, kau pikir aku akan mati secepat itu? Aku akan mati dengan cara yang paling mengenaskan dan menjijikkan. Bukan mati karena penyakit yang ada di dalam tubuhku. Mungkin mereka merasa itu adalah kematian yang terlalu mudah untukku," Carmina menatap Norrix datar.
"Kenapa kau terus mengatakan tentang kematian, Carmina? Kau masih berusia dua puluh tahun! Masa depanmu masih sangat panjang! Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini, tapi aku harap kau mau merubah pikiranmu," Norrix kemudian pergi dari laboratorium itu.
Carmina terkekeh. "Masa depanku masih panjang? Bahkan aku bisa menghitung mundur waktu kematianku yang ke dua puluh lima. Laki-laki itu pasti bisa mengatakan hal itu karena dia tahu jika dia memiliki masa depan yang cerah, berbeda denganku,"
Carmina kemudian mengambil tanaman-tanaman obat itu dan meraciknya. "Aku harap obatnya tidak jauh beda dengan tiga abad yang lalu. Dulu aku benar-benar berusaha keras untuk mencari komposisi yang cocok,"
Tangan Carmina yang sudah terlatih kemudian menghancurkan tanaman obat itu. Dia kemudian mencampurnya dengan beberapa cairan. Carmina kemudian menggunakan alat sihir di laboratorium itu dan semua bahan yang ia campurkan langsung tercampur rata. Carmina meminumnya dan beberapa detik kemudian ia langsung memuntahkan darahnya. Carmina tersenyum kecil melihat sebuah gumpalan berwarna hitam di tangannya.
"Berhasil, obatnya tidak jauh beda dengan kehidupanku dulu. Aku hanya perlu memperkuat efeknya sedikit lagi. Ternyata kedua puluh lima kehidupanku berguna juga,"
***
update dua hari sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade [END]
FantasyCarmina Sharpe selalu memiliki nasib yang menyedihkan. Ia akan mati dengan mengenaskan, lalu hidup kembali. Situasi itu terus terulang tanpa henti. Carmina tidak mengerti mengapa ia terus mengalami hal itu. Namun, Carmina tetap mencoba untuk menjala...