dua puluh delapan

185 47 3
                                    

Norrix mengulurkan tangannya dan Carmina menerima uluran tangan itu. Matahari bersinar dengan terang seolah turut senang dengan bertemunya mereka. Setelah Zero mengizinkannya, kini mereka berdua akan pergi ke sebuah tempat yang jauh.

"Apakah kau siap?" tanya Norrix sambil tersenyum dan Carmina mengangguk.

Zero menatap mereka dengan tatapan tidak suka. Sementara Leeta hanya bisa menepuk-nepuk bahu adiknya itu agar tidak meledakkan amarahnya. Leeta kemudian melihat sebuah burung berukuran kecil yang terbang di sekitar mereka.

Tentu saja Leeta tahu jika itu bukan burung, melainkan naga yang dirawat oleh Zero. Entah siapa namanya Leeta sendiri tidak tahu. Naga itu benar-benar membantu dalam menghancurkan dunia malaikat. Leeta juga heran kenapa kekuatan naga itu tidak berkurang walaupun dia sudah ada di dunia malaikat.

Kereta kuda itu kemudian berjalan meninggalkan kastel Sharpe. Carmina mendesah pelan dan menatap jalanan. Sepertinya Norrix sudah benar-benar yakin jika dia bisa menghentikan hukuman Carmina.

"Norrix, apakah kau yakin kau bisa bertemu dengan Oriel jika kita pergi ke kuil itu? Bagaimana jika kita malah bertemu dengan malaikat lain?" tanya Carmina ketakutan.

Norrix segera merangkulkan tangannya ke pundak Carmina. "Tidak akan. Dunia malaikat masih hancur karena ulah adikmu itu. Tidak mungkin mereka bisa bersantai-santai untuk bisa pergi ke dunia manusia,"

Carmina kemudian mengangguk pelan. Dia masih bisa merasakan sensasi terbakar yang masuk ke dalam tubuhnya saat itu. Apa lagi kedua sayapnya dipotong oleh para malaikat itu. Sebenarnya Carmina bisa menumbuhkan kembali sayapnya itu, tapi dia sedang tidak berada di dunia iblis.

"Aku harap Zero akan memaafkanku jika kita bisa menghentikan hukumanmu itu. Namun, aku benar-benar yakin kita bisa menghentikan hukuman itu. Kekuasaan Oriel tidak bisa dipandang sebelah mata," ucap Norrix.

Carmina kemudian terdiam dan menyandarkan kepalanya ke bahu Norrix. Kebiasaan yang sudah lama sekali tidak ia lakukan. Norrix tersentak dan mengusap kepala Carmina dengan lembut. Mereka kembali terjebak dengan kenangan masa lalu.

"Norrix, jujur saja aku pernah menyesal karena pernah bertemu denganmu, mencintaimu, dan melanggar aturan alam semesta seperti itu. Namun, setelah aku berpikir kembali, hubungan kita ternyata tidak seburuk itu," ujar Carmina.

Norrix tersenyum kecil. "Aku juga pernah menyesal, Carmina. Aku menyesal karena perbuatanku akhirnya membuatku kehilangan dirimu selamanya. Aku lebih rela jika kita berpisah dan melihatmu hidup dengan baik,"

"Aku sudah mengorbankan segalanya agar kau bisa hidup dengan baik dan bebas dari perbuatan kita yang melanggar aturan. Pada akhirnya kau kembali padaku, dan aku senang karena aku tidak berjuang sendiri selama ini," Carmina tersenyum.

"Itu adalah kesalahanku karena membiarkanmu berjuang sendiri, Carmina. Bahkan aku akui perbuatan Zero masih lebih baik dariku. Kau seharusnya sudah berhenti mencintai pengecut ini," Norrix terkekeh.

Carmina mengecup pipi Norrix singkat. "Ya, seharusnya aku sudah berhenti mencintai pengecut sepertimu. Masih ada banyak sekali incubus yang jauh lebih tampan darimu. Mereka juga sangat pandai dalam melakukan hal itu,"

Pipi Norrix memerah. "Kau serius mau menikah dengan mereka? Bukan bermaksud apa-apa, tapi aku khawatir jika kau menjadi lumpuh karena mereka. Banyak malaikat yang tertipu oleh pesona mereka,"

Carmina tertawa dengan sangat kencang. "Astaga, obrolan ini membuatku sadar dengan perbedaan iblis dan malaikat. Aku yakin malaikat melakukan itu hanya untuk membuat generasi yang baru, sangat berbeda dengan iblis,"

"Entahlah, aku sendiri tidak begitu tahu karena aku terjebak di sebuah tempat yang tidak diketahui selama berabad-abad. Entah apa yang dilakukan Oriel sehingga aku baru bertemu denganmu di kehidupan ke dua puluh lima ini," gerutu Norrix.

"Kau seharusnya bersyukur karena masih bisa bertemu denganku walaupun aku akui cinta kita berdua sudah lama sekali berakhir," sahut Carmina santai.

Norrix menatap Carmina dengan tatapan tidak percaya. "Cinta kita tidak pernah berakhir! Kenapa kau mengatakan hal seperti itu dengan sangat mudah?"

"Sepertinya kau tidak belajar dari pengalaman, Norrix. Apakah aku harus membuatmu ingat dengan apa akibat dari hubungan kita di masa lalu? Bukan hanya dunia iblis yang hancur, tapi juga dunia malaikat!" pekik Carmina.

"Itu benar. Sayang sekali aku masih mencintaimu, Carmina. Aku sangat putus asa dan tidak mau menerima kenyataan jika hubungan kita sudah berakhir. Sampai detik ini pun aku tidak mau menerima kenyataan itu," sahut Norrix.

Carmina menghembuskan napasnya. "Aku juga masih mencintaimu, Norrix. Aku sudah mencintaimu selama lebih dari sepuluh abad tanpa mengingat dirimu sekali pun. Namun, tidak semua bisa dipaksakan,"

Norrix mengangguk dan mengenggam tangan Carmina. "Biarkan aku memegang tanganmu selama perjalanan, Carmina. Lebih baik aku memikirkan apa yang akan aku katakan agar Oriel mau menghentikan hukumanmu,"

Carmina menatap Norrix dengan tatapan sendu. Carmina juga tidak mau menerima kenyataan jika mereka memang harus berpisah. Namun, semua penderitaan yang ia alami ini adalah akibat dari hubungan mereka berdua.

Entah sudah berapa lama mereka diam di kereta kuda. Mereka akhirnya tiba di sebuah kota yang berada di kerajaan lain. Carmina merebahkan badannya dan menatap Norrix yang sedang tertidur di kasur yang ada di sampingnya.

Carmina tertawa pelan. Norrix benar-benar tidak berpikir jika mungkin ada banyak orang yang akan salah paham dengan hubungan mereka. Laki-laki malaikat memang sangat berbeda, ia bahkan tidak memiliki nafsu.

Carmina melirik seorang laki-laki yang duduk di kursi penginapan. Carmina tidak pernah mengetahui jika Zero akan mengikuti jejaknya untuk merawat naga. Naga sangat sulit untuk dirawat apa lagi ketika mereka masih kecil.

"Kapan kau pertama kali bertemu dengan Zero? Apakah dia merawatmu dengan baik? Siapa namamu?" tanya Carmina penasaran.

"Namaku adalah Galrid. Aku pertama kali bertemu Zero saat ia berusia lima tahun. Dia merawatku dengan sangat baik. Aku adalah satu-satunya teman dekat Zero karena dia adalah orang yang sangat pemalu," jawab Galrid.

Carmina mengangguk-angguk. "Apakah kau mengenal Zaylra? Dia adalah naga hitam yang pernah aku rawat. Sejujurnya aku tidak tahu di mana ia tinggal setelah aku meninggal,"

"Tentu saja, Zaylra sama kontroversionalnya seperti dirimu. Saat dia menikah dengan Myrgon, semua naga membicarakan mereka. Tidak ada yang menyangka naga hitam sepertinya akan menikah dengan naga putih," sahut Garlid.

Carmina menahan tawanya. "Aku kira tidak akan ada yang membicarakan pernikahan mereka yang aneh itu. Aku saja terkadang masih berpikir kenapa mereka bisa bersatu. Andai saja aku naga, mungkin aku tidak akan menjalani hidup kejam seperti ini,"

"Zero sudah membalaskan dendamnya atas kematianmu. Sampai saat ini malaikat masih tidak mau menatap mata iblis secara langsung. Naga-naga yang tinggal di dunia malaikat pada akhirnya pindah ke dunia manusia atau iblis," ucap Garlid.

"Astaga, aku masih tidak bisa mempercayai pendengaranku setiap ada orang yang menceritakan kekejamannya itu. Sebenarnya apa yang dia lakukan hingga dunia malaikat bisa pulih dalam waktu yang sangat lama?" tanya Carmina.

Garlid mengalihkan pandangannya dan menatap jendela. "Dia membakar dan menghancurkan semua bangunan yang ada di dunia malaikat. Api yang dibuat Zero tidak pernah padam selama satu abad dan itu membuat mereka pulih dalam waktu yang lama,"

Carmina ternganga. "Apakah kekuatannya tidak terbatas selama di dunia malaikat? Aku bahkan tidak bisa menumbuhkan sayap saat aku berada di dunia malaikat! Semua keahlianku benar-benar sia-sia saat itu,"

"Zero telah menyebarkan udara di dunia iblis terlebih dahulu di dunia malaikat, karena itulah kami bisa menang," ucap Garlid dan Carmina hanya bisa berdecak heran.

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang