Carmina terkekeh mendengar kata-kata Norrix. "Hal itu tidak penting bagiku. Terserah saja jika para penyihir itu tidak memberitahuku. Tidak ada manfaatnya sama sekali bagiku,"
"Kau terlalu cuek dan dingin. Tapi aku sama sekali tidak heran, jika aku berada di posisimu aku juga akan bersikap sama sepertimu," komentar Norrix.
"Apakah tanaman-tanaman obat di menara sihir cukup untuk membuat obat? Masalahnya aku masih belum mengetahui apa penyakit itu. Jadi kau harus menyiapkan tanaman obat yang cukup banyak agar aku bisa membuatnya," ucap Carmina.
"Tenang saja. Semua jenis tanaman obat ada di menara sihir, tapi aku tidak yakin ada tanaman eitas karena itu adalah tanaman langka. Apakah kau akan melakukan percobaan pada salah satu pasien untuk menguji obatnya?" tanya Norrix.
Carmina menggeleng. "Apa penyebab dari wabah penyakit itu? Di desaku wabah penyakit itu disebabkan oleh sayur-sayuran yang terkena virus,"
"Penyebabnya adalah air minum warga. Aku dengar warga biasa mengambil air di salah satu sungai. Namun, entah mengapa air sungai itu tercemar dan membuat para warga mengalami penyakit. Sayang sekali, mereka tidak menyadari jika air sungai itu tercemar dan kini semuanya sudah terlambat," jelas Norrix.
Carmina berpikir sejenak. "Berarti penularan penyakit ini disebarkan oleh makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Apakah ada tanda-tanda jika penyakit ini dapat disebarkan melalui udara?"
"Tidak. Aku selalu merawat adikku sejak dia sakit tapi aku sama sekali tidak tertular penyakit itu. Lalu gejala penyakit itu adalah sakit perut, demam, dan muntah darah. Penyakit ini sudah banyak mengakibatkan kematian," jawab Norrix.
Carmina mengangguk-angguk mengerti. "Baguslah, akan lebih sulit jika penyakit itu menyebar melalui udara. Norrix, ketika kita sudah tiba di menara sihir tolong berikan aku data-data tentang orang yang terkena penyakit itu dengan lengkap,"
Norrix tersenyum. "Baiklah, tidak sia-sia aku mencarimu hingga sejauh ini. Baron Sharpe pasti menyesal membuang anak yang berbakat seperti ini. Walau kau tidak berbakat pun, rasanya tidak pantas bagi orang tua untuk mengusir anaknya jika anaknya saja sama sekali tidak berbuat kesalahan,"
Carmina mendesah pelan. "Aku punya kesalahan,"
"Oh ya? Apa itu?" tanya Norrix penasaran sambil menatap wajah Carmina yang datar.
"Menjadi perempuan. Di dunia yang misogini ini, itulah satu-satunya kesalahanku. Andai saja aku terlahir menjadi laki-laki, hidupku akan lebih mudah. Aku tidak perlu diusir dari rumah dan bekerja keras untuk bertahan hidup seperti ini," jawab Carmina.
Norrix tertegun mendengar jawaban Carmina. Gadis itu benar-benar tidak menunjukkan emosinya sama sekali saat dia mengatakan hal itu. Entah mengapa, Norrix merasa jika Carmina sudah benar-benar terbiasa menjalani hidup seperti itu.
"Kau sangat beruntung, Norrix. Aku selalu iri dengan laki-laki seperti kalian. Menjadi perempuan sangat menyesakkan, kami harus menjaga sikap dan tata krama kami. Bahkan ketika terjadi pelecehan, maka yang disalahkan adalah perempuan," lanjut Carmina.
"Aku juga tidak menyukai hal itu, Carmina. Adik perempuanku, Nora, selalu diremehkan karena ia adalah perempuan. Nora memiliki kemampuan sihir yang lebih hebat dariku, tapi orang lain selalu menganggapku lebih baik darinya. Aku sering melihat Nora diam-diam menangis di kamarnya karena hal itu," ucap Norrix dengan tatapan sedih.
Carmina menatap pohon-pohon berwarna hijau dan terkekeh. "Kau tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan bagi perempuan enam abad yang lalu. Kami benar-benar harus mematuhi laki-laki hanya karena fisik kami lebih lemah dari pada mereka. Itu konyol, para laki-laki bahkan tidak pernah merasakan sakitnya melahirkan,"
Norrix memiringkan kepalanya. "Kau mengatakan hal itu seolah kau lah yang pernah mengalami hal itu. Apakah kau sudah hidup sejak enam abad yang lalu?"
Carmina hanya terdiam. Tentu saja, selama satu abad dia mengalami empat kali kelahiran. Dia sudah merasakan bagaimana signifikannya perubahan zaman. Carmina juga sudah mencoba berbagai macam pekerjaan. Tapi sering kali ia harus menyamar menjadi laki-laki agar para warga menerimanya.
"Entahlah, pikirkan saja sendiri. Suatu hari nanti, aku akan membuat derajat perempuan dan laki-laki sama. Perempuan tidak perlu dianggap rendah dan laki-laki tidak perlu takut untuk melakukan hal yang dianggap feminim," sahut Carmina.
Norrix mengangguk setuju. "Saat kecil aku sangat suka menjahit. Namun, teman-temanku selalu mengejekku dan mengatakan hal itu hanya dilakukan oleh perempuan. Aku merasa sedih, dan akhirnya aku meninggalkan hobiku itu,"
"Sayang sekali. Adik laki-lakiku juga sangat suka menjahit, tapi ayahku akan memarahinya jika dia melakukan hal itu. Aku sering melindunginya dengan mengatakan jika alat-alat menjahit itu adalah milikku," Carmina tertawa pelan.
"Carmina, apakah kau tidak merindukan adikmu? Aku yakin dia pasti merasa kehilangan kakak-kakaknya. Apa lagi dia adalah anak bungsu, bukan? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi adikmu," ucap Norrix.
Carmina tertawa. "Entahlah, aku sibuk untuk bertahan hidup, aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan saudaraku. Aku adalah anak ketiga di keluarga Sharpe. Nama anak Baron Sharpe adalah Senka, Everit, Carmina, Leeta, Rosary, dan Zero. Setelah Zero lahir, ia mulai mengabaikan kami,"
Norrix berdecak. "Astaga, sebegitu kerasnya dia berusaha untuk memiliki anak laki-laki,"
"Ya, dia berharap jika Zero akan menjadi laki-laki yang hebat, tapi Zero berbeda. Ia lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang dianggap feminim oleh ayahku dan itu membuat ayahku kesal. Ia kemudian mengusir semua anak perempuannya karena menganggap kamilah yang membuat Zero seperti itu," sahut Carmina.
Norrix tercengang mendengar hal itu. "Astaga, itu benar-benar tidak ada hubungannya sama sekali. Aku jadi ingin membanting kepala ayahmu di batu hingga dia sadar jika hal yang dilakukannya selama ini sangat bodoh,"
Carmina tersenyum kecil. "Omong-omong kenapa kau sepertinya tahu banyak tentang keluarga kami? Padahal keluarga kami hanyalah keluarga miskin,"
"Ayolah, siapa yang tidak tahu tentang gosip keluargamu? Para bangsawan terus mengejek ayahmu karena mengusir putri-putrinya. Apalagi adikmu, Leeta Sharpe, adalah gadis yang sangat diinginkan untuk bekerja di kerajaan," ujar Norrix.
"Ah, kau juga merupakan bangsawan bukan? Kalau tidak salah, kau adalah Count Zayne. Apakah tidak apa-apa jika aku hanya memanggilmu dengan nama depan? Aku tidak ingin babak belur setelah orang lain tahu jika aku memanggilmu dengan nama depan," tanya Carmina.
Norrix tertawa terbahak-bahak mendengar hal itu. "Mungkin saja mereka malah menganggap kita sebagai kekasih jika kau memanggilku dengan nama depan. Apa lagi kita berdua sama-sama belum menikah,"
Carmina langsung memalingkan wajahnya ketika mendengar hal itu. Carmina pernah mencintai seseorang di kehidupan ketiganya, sayang sekali orang itu sudah menyukai gadis lain. Setelah sadar jika ia terlahir kembali secara terus menerus, Carmina mencoba untuk tidak mencintai siapa pun, termasuk keluarganya. Carmina tahu jika dia mencintai seseorang maka hal itu hanya akan menyakitinya.
"Kenapa kau belum menikah, Norrix? Padahal banyak sekali perempuan yang menyukaimu, apa lagi dengan statusmu sebagai penyihir agung sekaligus ketua menara sihir. Kau bisa mendapatkan perempuan yang kau mau," tanya Carmina.
Norrix menatap mata biru Carmina dan merasakan keanehan di dadanya. "Belum ada gadis yang menarik perhatianku. Walau banyak perempuan yang menyukaiku, mereka hanya terobsesi dengan harta dan wajahku. Tapi sepertinya kini aku sudah menemukan perempuan yang aku sukai,"
"Oh, baguslah. Omong-omong, masih berapa lama lagi kita akan tiba di menara sihir? Kita harus sampai secepatnya sebelum wabah penyakit ini menjadi lebih parah," tanya Carmina sambil menatap Norrix.
Norrix merasa seperti terkena serangan jantung ketika Carmina menatapnya. Norrix akui, wajah Carmina tidak secantik perempuan-perempuan yang mengejarnya. Tapi karisma yang dimiliki oleh Carmina benar-benar bisa menundukkan Norrix. "Dua hari lagi. Aku akan menggunakan sihir teleportasi ketika kita sudah tiba di desa selanjutnya. Kita akan segera tiba di menara sihir," jawabnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade [END]
FantasyCarmina Sharpe selalu memiliki nasib yang menyedihkan. Ia akan mati dengan mengenaskan, lalu hidup kembali. Situasi itu terus terulang tanpa henti. Carmina tidak mengerti mengapa ia terus mengalami hal itu. Namun, Carmina tetap mencoba untuk menjala...