Chapter Filler 3

673 97 17
                                    

Hari ini di camp Black Rose, anak-anak sedang bermain di halaman membuat boneka-boneka salju yang lucu. Suhu dingin tampaknya tidak berpengaruh pada para generasi muda Werewolf itu. Semuanya tampak bahagia bermain bersama walaupun  ditengah salju lebat dan gelapnya malam.

Para petarung khususnya Alfa dan Beta yang biasanya sibuk berjaga di area perbatasan mereka, kini sibuk bermain dengan anak-anak mereka atau keponakan yang berlarian kesana kemari.

Omega dan Beta perempuan di camp juga sibuk menyiapkan minuman hangat juga kue jahe yang menjadi ciri khas di musim dingin tepatnya di tengah lebatnya salju yang menyelimuti camp mereka.

Felix sendiri pun ikut membantu. Tangannya sibuk mencampurkan bahan ini dan itu, memisahkan antar bagian setelah itu membentuk adonan dengan bentuk-bentuk lucu. Wolf, santa, rusa juga manusia salju.

Hiasan serta warna kue yang cantik menjadi daya tarik lebih. Apalagi rasa manis dengan tambahan rasa jahe ataupun vanilla sangat membuat siapapun jadi ketagihan.

Disisi lain, di tengah kegembiraan dan keramaian yang terjadi di camp. Chan kecil hanya berdiam diri di kamarnya. Sesekali dia menatap terangnya langit malam serta sibuk dengan dunianya sendiri ditemani oleh buku dongeng dan anjing kecil peliharaannya.

Lalu usapan hangat di pucuk kepalanya mengalihkan pandangannya dari buku dongeng di pangkuannya.

"Kenapa tidak bergabung dengan yang lainnya?"

Chan kecil menatap sosok cantik didepannya. Matanya mengerjap lucu dan senyum ceria terhias di wajahnya. Lekukan halus terpatri di kedua pipi bersemunya.

"Aku hanya ingin sendiri, Lixie"

"Kenapa? Ada kue jahe dan minuman hangat disana, aku juga ikut membantu membuatnya. Apa kamu tidak suka?"

Chan kecil panik mendengar itu, dia buru-buru menutup buku dongengnya dan mendekat kearah Felix. Selimut yang semula menutupi bahunya, dia sandarkan pula pada bahu Felix agar Vampire cantik di hadapannya tidak kedinginan.

"Bu-bukan begitu ya, Lixie. Aku kan selalu suka kue buatan Lixie. Tapi aku tidak suka melihat anak-anak disana"

(Sky: ini anak masih cilik kenapa udah bucin dan rada buaya)

Felix menatap Chan lekat. Banyak sekali pertanyaan melintas di kepalanya. Salah satunya ketakutan Felix kalau saja Chan di musuhi oleh teman-temannya. Membayangkan itu membuat hati Felix jadi sakit.

"Apa mereka memusuhi mu?"

"Tidak kok. Aku kan anak baik seperti yang Lixie mau"

Felix mengusap pipi bocah lima tahun dihadapannya. Rasa hangat menyelimuti jari telunjuknya begitu menyentuh pipi kemerahan Chan.

Tangannya menuntun tubuh Chan untuk duduk di pangkuannya dan menghadap dirinya. Usapan-usapan ringan masih dia hadiahi untuk Chan.

"Lalu kenapa tidak suka melihat mereka?"

"Aku cuma tidak suka saja melihat mereka tertawa bersama orang tua mereka. Tidak tau, rasanya tidak nyaman saja. Aku kenapa ya Lixie? Apa Lixie tau?"

Hati Felix terasa sakit. Dia jelas paham apa yang Chan kecil rasakan saat ini. Bocah kecil itu merasa iri dengan teman-temannya yang menghabiskan waktu dengan orang tua mereka sementara Chan pasti kesepian.

Yongguk memang sosok ayah yang bertanggung jawab dan mencoba meluangkan waktu untuk putranya, tetapi itu masih belum cukup jika di banding orang tua lainnya karena status Yongguk yang sibuk memimpin pack. Ditambah, Sana tidak memberi perhatian secara terang-terangan pada Chan. Penyakit yang Sana derita membuatnya tidak mau berdekatan dengan Chan karena merasa tidak kuat jika nanti harus pergi meninggalkan duka bagi putranya.

BABY BOSS | CHANLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang