BB 1

4.3K 286 29
                                    


Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam ketika laki-laki berkulit pucat itu masuk kedalam rumahnya. Lampu-lampu sudah dimatikan dan hanya menyisakan beberapa lampu saja untuk sekedar menerangi beberapa bagian rumah yang sangat luas.

Christopher Bang atau dikenal nama Chris maupun Chan, laki-laki berkulit pucat, mengedarkan pandangannya kepenjuru rumah. Mencari sosok yang biasanya selalu menunggunya pulang.

Ibunya, sosok yang paling disayangi Chan itu tertidur dengan posisi duduk di sofa ruang tamu. Kesan cantik sekaligus arogan dapat terlihat diwajahnya, dan jangan lupakan aura dingin yang selalu dapat dirasakan dari sosok itu, walau begitu bagi Chan, ibunya tetap sosok paling hangat di seluruh dunia.

Chan mendekati ibunya perlahan, kemudian melemparkan tas sekolahnya asal. Dia menyentuh pipi halus ibunya dan mengusapnya pelan. Sosok itu langsung bangun karena merasa tidurnya terusik.

"Mom, I'm home"

Ibu Chan melirik tajam kearah Chan, namun tetap tampak jelas kekhawatiran di mata dengan irish merah darah itu.

"Masih ingat pulang, Chris?"

Chan merasa bersalah pada ibunya. Dia langsung berlutut di lantai beralas karpet hitam dan bertumpu pada kedua lututnya.

"Maaf, aku tidak memberi kabar terlebih dahulu. Sepulang sekolah aku harus pergi ke kantor ayah untuk mengurus beberapa dokumen"

Ibu Chan memberi isyarat agar anaknya duduk disampingnya dan Chan langsung menurutinya. Chan dan ibunya duduk berhadapan. Tidak ada kata-kata yang keluar setelah itu.

Mata berwarna merah darah yang sebelumnya ditunjukkan ibunya berubah menjadi coklat gelap. Ibunya mengusap rambut Chan tanpa memutuskan kontak mata dengan putranya itu.

"Pak Lee berulah lagi ya? Sudah ku bilang agar menunggumu lulus sekolah lebih dulu baru menyuruhmu mengurus kantor peninggalan ayah. Kasihan sekali Chris ku pasti lelah kan? Apa Chris sudah makan malam?"

Chan tersenyum melihat betapa hangatnya ibunya itu. "Sudah. Maaf aku jadi tidak bisa makan malam di rumah bersama ibu"

"Tidak apa-apa. Sekarang istirahatlah! Aku pergi tidur lebih dulu"

"Ya, bu. Selamat malam"

"Selamat malam"

Semenjak kepergian ayahnya ketika dia masih duduk di sekolah dasar. Chan tinggal bersama ibunya dan beberapa asisten rumah tangga juga pak Lee yang diberi kepercayaan untuk mengurus perusahaan ayahnya.

Keluarga besarnya jarang mengunjunginya apalagi ketika dia dan ibunya memutuskan untuk pindah ke Korea Selatan. Namun neneknya beberapa kali rela datang jauh-jauh dari Australia ke Korea untuk menemuinya dan ibunya.

Neneknya bahkan sering mengiriminya jajanan khas Australia atau rajin memberinya uang jajan bulanan, padahal keluarganya sangat kaya, tapi itu lah kasih sayang seorang nenek pada cucunya.

Sepeninggal ayahnya, ibunya merawat Chan dengan penuh kasih sayang. Ibunya bahkan rela meninggalkan posisinya di perusahaan sebagai Presiden Direktur menggantikan mendiang ayahnya, hanya untuk merawat Chan dan memberinya kasih sayang penuh.

Sekarang posisi Presdir dipegang oleh adik ayahnya. Laki-laki arogan bagi kebanyakan orang, tetapi sebenarnya pamannya itu sosok yang hangat, hanya karena wajahnya saja yang selalu terlihat kaku jadi membuat orang lain salah paham.

Pamannya selalu mengatakan bahwa ketika besar nanti Chan harus menggantikan posisinya, sehingga beberapa kali pamannya itu memberi pelajaran mengurus perusahaan, dan berakhir dengan omelan dari ibunya. Menurut ibunya Chan masih terlalu dini untuk menyentuh hal-hal seperti itu. Ibunya juga takut Chan kehilangan masa remajanya untuk bermain jika terjun pada hal-hal kantoran.

BABY BOSS | CHANLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang