50

73 6 2
                                    

BRAKK!!

Suara pintu digebrak dan Suga masuk dalam keadaan menggebu - gebu. Ia menghampiri Taeyang yang terlihat tidak sadarkan diri dan mengangkat kepalanya lalu menghempasnya ke dinding hingga akhirnya ia meringis.

Dor!

Suara pistol itu menggema di gubuk itu hingga membuat para penghuni di dalamnya langsung mendongakkan kepalanya.

"Mari kita bersenang - senang hari ini," Suga mulai menyeret Taeyang ke tengah hingga seluruh penghuni disitu dapat melihatnya.

srakkk
cetas!
cetas!
cetas!
cetas!

Setelah merobek baju Taeyang, Suga langsung mencambuk punggung telanjang Taeyang dengan gespernya tanpa ampun.

Suga pun mengarahkan pistolnya kembali tepat di tulang kering Taeyang. Ia sengaja membiarkan Taeyang mengeratupkan giginya tanpa ada sesuatu yang harus ia gigit untuk menahan rasa sakitnya.

"Apa itu sakit?" Suga menunduk dan menatap wajah Taeyang yang berkeringat.

"Cepat habisi aku..." suara Taeyang terdengar sangat lirih seperti putus asa.

"Hm? Kau sudah tidak sabar ke neraka ya?" Suga mengeluarkan smirknya. "Baiklah, tunggu ya,"

Perlahan, Suga mengeluarkan pisau kecil kesayangannya dan mulai menusuk mata kiri Taeyang dengan sangat perlahan. Hingga pisau itu masuk ke dalam, Suga membiarkannya menancap lalu berdiri. Sedangkan Taeyang hanya bisa menangis darah. Suga pun kembali dengan membawa batu bata ditangannya, lalu ia menidurkan Taeyang. Tanpa basa - basi ia langsung melempar bata ke wajah Taeyang hingga wajahnya hancur dan mencabut pisau tadi secara perlahan.

Suga mengeluarkan smirk puas saat percikan darah itu mengenai wajahnya.

"Giliranmu selanjutnya, Min Taejin. Tunggulah,"

Suga pun mulai berjalan ke arah seorang perempuan yang daritadi memberontak. Mulutnya masih ditutupi dengan lakban yang membuatnya tidak bisa berbicara.

srak!

Suga mencabut lakban itu dengan keras yang membuat wanita itu meringis. Sakitnya tidak main - main.

"Apa?" tanya Suga dingin.

"Ku mohon.. hiks.. aku hanya ingin pulang, aku berjanji akan mengikuti apapun yang kau suruh,"

"Bagaimana bisa aku percaya padamu?" Suga mengeluarkan smirknya tanda meremehkan.

"Kau bisa mempercayaiku. Aku..."

"Akan kupikirkan manis. Tapi jangan harap kau bisa bebas. Kau, akan berada di bawah kendaliku," Suga mengusap dagu wanita itu.

***

"Hhhhh..." Irene terduduk di sofa dan menghela nafas kasar.

"Kenapa unnie?" tanya Seulgi melihat wajah Irene yang nampak gusar dan khawatir.

"Joy... Gua kangen..." air mata Irene tak dapat dibendung. Sudah terhitung sekitar satu bulan tapi polisi tidak mendapat hasil apapun. Mereka bahkan berharap setidaknya polisi tau kemana pelaku membawanya pergi.

"Seulgi, lo tau gak kalau perasaan gue ke dia itu benar - benar gak enak. Gua gatau pasti dia bakal dijadiin budak, di jual, atau bahkan di bunuh..." Seulgi langsung menutup mulut Irene. Menurutnya, kekhawatiran kakaknya itu sangat parah sehingga memikirkan hal yang aneh - aneh.

"Sssttt, unnie gak boleh mikir macam - macam kek gitu. Nanti beban unnie malah makin menjadi, mau?"

"Gue gak peduli! Gua cuman mau adek gua balik, cuman itu Seul.. Gua takut dia kenapa - napa..."

PSYCHO [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang