7

2.1K 118 4
                                    

"Yoongi!! Tante tinggal bentar ya"

"Tante mau kemana?"

"Tante mau datangin teman tante. Jaga diri kamu di rumah ya, atau kamu bisa ke rumah Jaebum"

"Iya tante, Yoongi mau kerumah Jaebum. Tante, boneka ku mana?"

"Oh iya, ada di lemari. Ya udah tante berangkat duluan ya"

"Ok tante"

Yoongi masuk ke kamarnya dan mengambil boneka kesayangannya tidak lupa dengan pisau kecil yang selalu dibawanya kemana saja. Saat ia akan keluar, ia melihat sesuatu di dapur, sebuah jeruk nipis. Entahlah, hatinya tergerak untuk mengambil itu. Ia pun keluar dari rumah dan mengunci pintu. Nggak, dia nggak ke rumah Jaebum, tapi ke sungai Hann. Ia melewati sebuah gang yang dibilang sangat sepi. Hingga tiba - tiba ia melihat ada seorang laki - laki berbadan kekar dan tubuh dipenuhi tato menatap Yoongi garang.

"Heh anak kecil! Cepat ambil jalan lain karena ini daerahku" ucap pria tersebut dengan angkuhnya.

"Maaf tuan, anda tidak punya hak untuk melarang saya" ujar Yoongi dengan polosnya.

"Wah, kamu berani ya" pria itu melayangkan tinjunya ke arah Yoongi.

Yoongi langsung mengeluarkan pisau dari sakunya.

"Heh! kau tidak bisa membunuhku dengan senjata payahmu itu!"

"Saya tidak akan membunuh anda"

Yoongi meletakkan boneka kumamon nya dan mendatangi pria itu. Pria itu nampak santai saja, ia sengaja menunggu Yoongi mendatanginya agar ia bisa menyerang dengan tepat. Tapi, perkiraan pria itu salah, Yoongi dengan gerakan kilat menyayat tangan pria itu.

"Heh. Kau kira aku akan merasa sakit dan menangis seperti yang kau harapkan? Aku sudah biasa dengan luka, bahkan luka sayatan sedikitpun!"

"Tidak tuan, anda salah"

Pria itu bingung, apa sebenarnya yang ingin dilakukan Yoongi?

"AAKKHH, PERIH! BERANINYA KAU!"

Yoongi memberikan perasan jeruk nipis di luka pria tadi.

Belum sempat pria itu menyerang Yoongi, ia lebih dulu menusuk perut pria tersebut dan sekali lagi ia memeras jeruk nipis di luka pria tadi.

"AKKHH"

"Kemana sifat angkuhmu tadi tuan? Bukankah anda tadi terlihat sangat garang?"

Belum selesai sampai disitu, ia menyayat wajah pria tadi hingga wajahnya terlihat mengerikan karena tertutup darah.

"A...ku mo...hon... h-hen...tika....n"

"Tidak tuan, saya masih ingin bermain dengan anda"

Pria yang tadinya bersikap sangat garang kepada Yoongi, sekarang malah sebaliknya. Pria itu malah terlihat seperti seseorang yang memohon belas kasihan kepada seorang anak kecil berumur 4 tahun.

"Baiklah tuan, saya akan mengakhiri permainannya sekarang. Anda terlalu cepat kalah. Baik, ada kata - kata terakhir yang ingin diucapkan?"

Pria itu membulatkan matanya.

"Baiklah sepertinya tidak ada"

CREETSS

Yoongi menusuk mata pria itu seperti yang ia lakukan pada bonekanya. Bedanya, ia tidak mengeluarkan mata pria itu, baju Yoongi pun terkena cipratan darah.

"Yah, bajuku kotor. Nggak papa deh, asal kumamon ku bersih hehe"

Yoongi berjalan tanpa rasa bersalah dan pulang kerumah untuk mengganti pakaian, ia sudah nggak mood lagi buat ke sungai Hann.

Suran POV

Aku pun memasuki ruangan tempat sahabatku bekerja.

"Halo Suran"

"Hai Ji Eun"

"Aih, kenapa kau? Panggil aku dengan wajar saja"

"Aku sudah memanggilmu dengan wajar, apa yang salah?"

"Maksudku, kamu nggak usah formal gitu. Aku tetap IU yang sama kok. Cuma beda tempat aja"

"Oh, iya"

"Terus, ada masalah apa Ran?"

"Ini masalah keponakanku"

"Memangnya ada apa dengannya? Kalau kamu nggak keberatan, kamu bisa ceritain semuanya"

Perlahan Suran mulai menetaskan air matanya.

"Hei Suran, kamu nggak usah maksain diri. Kalau kamu nggak bisa cerita, nggak papa kok, aku bakal nunggu kamu tenang dulu"

IU merangkul Suran.

"Nggak papa kok. Aku bisa cerita sekarang"

"Pelan - pelan aja Ran"

IU mengambil sebuah kertas dan pulpen agar ia bisa mencatat masalahnya.

"Jadi gini, waktu pertama ia kerumahku, ia mengajak kelinci peliharaanku main"

"Tunggu sebentar Ran. Siapa nama keponakanmu?"

"Min Yoongi"

IU mulai mencatat.

"Baiklah, kamu bisa ngelanjutin cerita kamu"

"Lalu saat aku memasak di dapur, tiba - tiba ia memanggilku dari halaman belakang. Dia berteriak, aku kaget dan berlari ke halaman belakang. Lalu aku melihat kelinciku bersimbah darah"

"Lalu, apa yang dilakukan Yoongi?"

"Ia tidak berbuat apa - apa. Ia hanya diam sambil menatap mayat kelinciku"

"Bagaimana ekspresi Yoongi kala itu? Panik? Takut? Sedih?"

"Tanpa ekspresi. Wajahnya datar"

"Baiklah, sekarang....."

"Tunggu! Aku belum selesai cerita"

"Baiklah, lanjutkan"

"Kamu ingat waktu Jaebum mengantar makanan untukku darimu bukan? Jaebum mengajak Yoongi untuk ke sungai Hann. Alu mengijinkan dan bilang supaya jangan pulang larut. Saat ia pulang, kami makan bersama, dan ada satu pertanyaan nya yang membuat ku terkejut"

"Ia bertanya apa?"

"Ia bertanya apakah aku pernah membunuh orang, aku mengabaikan pertanyaannya dan sadar ada bercak darah di boneka kesayangannya"

"Apa yang dikatakannya?"

"Ia bilang habis membunuh orang"

IU terkejut. Ia belum pernah menemukan kasus seperti ini. Selama ia bekerja, seorang psikopat yang ia sembuhkan paling muda berusia 12 tahun.

"Apa kau tau alasan saudaramu menitipkan Yoongi kepadamu?"

"Ia bilang jika ia harus bekerja di luar kota dan mamanya Yoongi juga sedang bekerja di tempat yang sama. Ia tidak memberitau ku kapan pulangnya"

"Baiklah"

IU mulai mencatat beberapa pertanyaan di kertas tadi.

"Ini" IU menyerahkan pertanyaan tadi pada Suran.

"Apa ini?"

"Berikan Yoongi pertanyaan ini untuk men tes jiwa psikopat nya. Pertanyaan yang ku tulis sudah disertai dengan jawaban seorang psikopat. Jadi, jika Yoongi menjawab dengan tepat sesuai dengan jawaban itu, maka bisa dipastikan ia adalah psikopat"

"Kenapa harus aku? Bukankah ini pekerjaanmu?"

"Semuanya harus di mulai dari orang terdekat, sayang"

"Lalu, bagaimana jika Yoongi ternyata benar seorang psikopat?"

"Nah, untuk itu baru kamu bisa percayakan sama aku"

"Makasih IU"

"Anytime Ran. Kalau ada apa - apa kamu bisa datangin aku kok. Nggak bakal ganggu"

Kedua sahabat itu pun berpelukan dan Suran keluar dari ruangan IU.

Suran POV End

PSYCHO [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang