54 [END]

58 6 3
                                    

Disinilah keberadaan Seulgi sekarang, berada jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, karena ia sudah berada di perbatasan sesuai dengan apa yang di tulis di surat itu. Ia berjalan perlahan sambil memantau sekitar—berjaga-jaga. Hingga ia merasa menginjak sesuatu yang.. keras? Saat ia mengangkat kakinya, ia langsung menutup mulutnya terkejut karena ia sedang menginjak kerangka. Entah mungkin bagian tangan. Ia semakin nekat berjalan maju dan 'Wala!' Ia menemukan sebuah gubuk kecil, lebih mirip dengan rumah kecil. Bahkan dari kejauhan ia sudah dapat mencium bau amis yang bercampur bau bangkai.

"Apa gue balik aja?" Seulgi mulai bermonolog karena gubuk itu terlihat menyeramkan, ia takut jika ia hanya di permainkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun hatinya berkata lain, ia merasa jika memang benar ada orang yang sedang membutuhkan pertolongan disana. Hanya dengan berbekal nekat, nyali, dan ilmu bela diri ia akhirnya berjalan ke gubuk itu dengan perasaan ambil.

Sesampainya ia di depan pintu gubuk itu, tanpa pikir panjang ia langsung mendorong ke bawah knop pintu itu. Sial terkunci! Akhirnya ia mendobrak pintu itu dengan tendangannya. sekali, dua kali, hingga empat kali tendangan, pintu gubuk itu hanya masih terbuka tengahnya saja karena bolong bekas tendangan Seulgi. Hingga sekali tendangan lagi dengan sisa tenaga karena kakinya sudah berdarah banyak dan merasa perih, ia akhirnya menendang pintu itu dan akhirnya pintu itu rubuh juga. Kulitnya mengelupas dan ia masuk ke dalam dengan jalan terpincang menahan sakit. Hingga akhirnya ia seperti mendengar suara gemerincing.

"Hei?" tanya Seulgi.

"Unnie?! Aku tau kau akan datang!" Sooyoung langsung memeluk Seulgi dengan erat.

"Kau mengenal—"

"Astaga kakimu berdarah banyak sekali, tunggu disini aku akan mengambil kain." Sooyoung berdiri dan kembali dengan sobekan kain panjang berwarna putih. Saat Sooyoung sibuk menutupi luka, Seulgi menatap sekitar. Dapat ia lihat sisa lima orang yang masih bertahan, orang yang ia kenal seperti Bu Suzy bahkan terlihat sudah membusuk. Hal itu terlihat dari mayatnya yang sudah di hinggapi lalat dan belatung.

"Sudah," Seulgi segera mengalihkan pandangan pada kakinya lalu beralih ke Sooyoung.

"Kau mengenalku? Apa kau Sooyoung?"

"Unnie.. Aku Joy... Kau benar-benar tidak mengingatku?"

Lagi-lagi Seulgi harus terkejut dengan kenyataan yang ia dapat.

"Ti-tidak mungkin.. Bukankah Joy sudah..."

"Itu bukan aku Unnie. Dia hanyalah orang yang memiliki nama sama denganku,"

"Apa kau benar Joy?"

Yang ditanya langsung mengangguk mantap. "Aku tau Irene unnie, Seulgi unnie, Wendy unnie, dan Yeri..."

"Lo benar Joy!!" Seulgi langsung memekik dan memeluk erat Sooyoung atau lebih tepatnya adalah Joy.

"Lo kenapa? Lo keliatan gak kerawat sampai gue sulit ngenalin lo. Rambut lo bahkan keliatan lebih panjang dari terakhir kali,"

"Gue dijadikan budak sama psikopat itu. Gue aja gatau sudah berapa lama disini, karena disini gue cuman liat teriakan, tangisan, dan siksaan. Lo lihat kalung leher ini? Dia bahkan kasih nama buat gue layaknya peliharaannya, dia benar-benar memperlakukan gue kayak hewan unnie. Gue gak tahan hiks," tangis Joy pecah ketika ia bercerita jika yang ia dapatkan selama ini bukanlah kebahagiaan melainkan kesengsaraan.

"Apakah nama yang ia berikan itu Sooyoung?"

Joy mengangguk lemah. "Lo sempat ketemu sama dia sampai kaki lo kek gini?" tanya Joy lagi setelah tersadar.

"Dengannya?"

"Psikopat itu,"

"Siapa sebenarnya dia? Dia bener-bener teror mimpi buruk buat seluruh warga Seoul,"

PSYCHO [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang