52

34 4 1
                                    

Seminggu setelah mereka menghampiri Joy di kamar mayat, kini mereka mengiringinya menuju tempat peristirahatan terakhir, menyusul Suho dan Jennie.

Semuanya datang, termasuk Suga.

"Dia tenang disana. Joy bakal tenang disana, tolong jangan nangis lagi." Taehyung mengusap air mata dari perempuan tertua dari Red Velvet—Irene. Irene di ibaratkan adalah ibu sekaligus kakak dari Wendy, Seulgi, Yeri, dan Joy. dengan kehilangan satu saja anggota dari mereka, semua akan merasakan kehilangan yang sama.

"Aku gagal Tae... Aku gagal jadi kakak yang baik buat Joy..."

"Kamu gak gagal, buktinya yang lainnya selamat. Kamu sejauh ini berhasil ngelindungin yang lain, cuman untuk kemalangan seseorang, kita gak pernah tau kapan dia akan menimpa yang membuat kita sebagai orang terdekat akhirnya kehilangan mereka." Taehyung langsung mendekap Irene karena air matanya bertambah deras, membiarkan wanita itu menangis sejadi-jadinya di dada nya.

"You are strong, baby panda. You know? Mungkin hari ini kamu merasa kehilangan, tapi kamu harus tau kalau selalu ada orang yang menemanimu tanpa kau sadari." Chanyeol menggenggam tangan Wendy yang membuat senyum Wendy merekah. Setidaknya selain anak Red Velvet yang lain yang jadi penguatnya, ia juga mempunyai sumber penguatnya yang lain, Chanyeol—kekasihnya.

(Sebelum acara pemakaman)

Entah kenapa hari ini Suga bersiap tidak dari apartemennya, melainkan di markas nya. Bukan markas Bangtan, tapi markas pribadi nya, tau kan?

"Maaf master jika aku lancang bertanya, anda sedang ada acara apa?" ucap Sooyoung.

"Hm? Oh aku ada akan menghadiri pemakaman mu," jawab Suga tenang sambil memperbaiki kerah kemeja hitamnya.

"Pe—pemakaman..saya? Apa saya di anggap sudah meninggal?" jawab Sooyoung dengan mata berkaca-kaca tidak sanggup menahan terkejut dan sedihnya.

"Bisa di bilang begitu." Suga pun mengusap bajunya dan berbalik badan dari arah cermin.

"Baiklah. Aku pergi sebentar, jaga dirimu, jaga yang lain. Jangan berulah okei? Minuman dan makananmu mu sudah ku sediakan," ucap Suga tersenyum. Sooyoung hanya bisa menunduk. Setelah Suga pergi, ia mulai menitikkan air matanya. Ini benar-benar menyiksanya. Makanan sisa yang di letakkan di piring hewan peliharaan dan air minum yang di ambil dari air keran kamar mandi. Belum lagi ia harus membersihkan darah di lantai yang tercecer jika Suga sedang menyiksa para korbannya. Padahal ia sangat anti dan geli terhadap cairan merah kental tersebut.

Sooyung beranjak untuk pergi ke kamar kecil. Saat selesai tiba-tiba ia terperanjat melihat sesuatu yang besar di tutupi kain berwarna cream. Nyaris saja ia ingin membuka kain itu, entah kenapa tiba-tiba ia diam membeku. Berpikir lebih baik jangan tau terlalu banyak atau ia akan mati. Karena selama ini jika Suga membawa benda baru ke markas tidak lain adalah alat 'keras' seperti palu, paku, kayu, gergaji, dan perabotan lainnya. Ia melihat lagi para korban yang tersisa, ada lima orang. Dari yang awalnya 20, tersisa 5 dan mereka semua habis di tangan satu orang psikopat yang tak pernah di duga sebelumnya.

Bu Suzy, guru mereka bahkan sudah tewas ketika Suga memalu leher wanita baya itu. Kepala yang di seret kemana-mana, rintihan sakit karena rambut yang di tarik, serta suara teriakan karena tulang retak masih terngiang di kepalanya. Ia mengingat bagaimana Suga menyiksa wanita itu begitu kejam. Ia memukul leher wanita itu dengan palu hingga darah menyembur ke wajahnya, dimana ia menahan sakit dan tidak bisa lagi berteriak karena lehernya yang hampir putus, namun ia tak kunjung mati. Hingga pukulan terakhir dari palu itu membuat kepala Bu Suzy menggelinding lumayan jauh dari badannya. Dan bekas lukanya yang tidak rata seperti yang lainnya, serta tulang leher yang nampak patah tidak beraturan.

"Hai, lagi liat-liat ya?" suara mengejutkan itu membuat Sooyung terperanjak dan langsung menoleh ke belakang. Tubuhnya terpaku, ia tidak bisa bergerak, keringat dingin langsung menyucur di pelipisnya.

"Saya mohon... saya tidak bermaksud, saya hanya berjalan untuk membuang air, tidak ada maksud lain." Sooyung langsung bersujud dengan kepalanya yang menempel pada sepatu kulit Suga.

BUKK...

Kepala Sooyung tertendang hingga ia terjungkir ke belakang.

"Baik, ku maafkan. Lagipula aku memang ingin menunjukkan ini pada kalian semua." Suga langsung berjalan mendekati benda itu dan menarik kainnya.

Sial! umpat Sooyung dalam hati. Apa-apaan ini?!

Alat penggiling daging besar.

Bajingan, apakah Yoongi menganggap para korbannya adalah hewan? Tidak-tidak, hewan saja masih bisa mendapat perlakuan yang lebih layak dari ini.

"Aku ingin kau keluar untuk membelikanku pisau daging, jangan sampai wajahmu ketahuan oleh orang yang kau kenal atau aku akan membunuhmu—ah tidak, aku tidak sebaik itu membunuhmu secara langsung," ucap Suga memberikan selembaran uang pada Sooyoung. "Sebelum itu gantilah dulu baju mu di belakang, aku sudah mempersiapkannya." Tanpa sepatah kata dan mengangguk, Sooyoung langsung pergi ke toilet, mengganti baju dan menangis sejadi-jadinya. Ia merindukan kebebasannya, ia merindukan dunia luar. Ia merasa tidak bisa menjadi dirinya lagi karena ia seolah-olah hanya lah boneka untuk majikannya. Terutama lagi, ia merindukan teman-temannya yang sudah ia anggap seperti saudaranya. Melihat kejujuran Suga kalau mereka sudah menganggapnya mati sungguh membuatnya sakit hati.

"HEI APAKAH MASIH LAMA??" teriak Suga dari luar.

"A—aku datang..." jawab Sooyoung setenang mungkin agar suaranya tidak terdengar bergetar.

"Kau habis menangis?"

"T–tidak.. saya tidak apa-apa,"

"Baiklah, sekarang pergi lah dan cepat kembali,"

Sooyung langsung bergegas keluar ke toko alat-alat dapur.

Saat ia sedang melihat-lihat, tiba-tiba....

"Joy!!" teriak seseorang dan membuatnya menoleh ke depan.

"Joy ini benar kau? Aku tau kau pasti masih hidup!!"

"Unnie sudahlah... halusinasi mu terhadap Joy terlalu parah," ucap Yeri. Ya, yang memeluk Sooyung adalah Irene.

"Apa maksudmu? Dia Joy. Lihat dia, hanya saja rambutnya lumayan memanjang. Joy kau kemana saja? Ayo kita pulang." tarik Irene.

"Ma–maaf nyonya, sepertinya anda salah orang. Saya Sooyoung, bukan Joy seperti yang anda katakan. Saya permisi, saya harus buru-buru atau majikan saya akan menghukum saya jika terlambat," Sooyoung langsung mengambil satu pisau daging besar dan langsung berjalan ke kasir untuk membayarnya.

Sedangkan Seulgi mulai memperhatikan gerak-gerik perempuan mencurigakan itu—Sooyoung. Gelagatnya benar-benar aneh sebelum ia keluar dari toko itu, ia seperti memberikan kasir itu sesuatu dengan tangan terkepal seolah-olah tidak boleh ada yang melihatnya.

















































Gezz, hello fellas, siap mencium bau² ending? hshshs. Happy reading, enjoy the story. thanks yg udh bertahan sampe sini yah💜

PSYCHO [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang