Hari ini adalah hari terakhir di bulan Desember. Hari terakhir di akhir tahun 2019 dan nanti malam adalah malam pergantian tahun. Semua orang tentu menyambutnya dengan sukacita. Berbagai rencana juga pasti sudah disiapkan jauh-jauh hari, apa yang akan mereka lakukan di malam pergantian tahun ini. Ada yang berkumpul dan makan bersama keluarga besar, ada yang pergi jalan-jalan bersama orang terkasih atau sahabat, atau mungkin ada yang melakukan acara bakar-bakar—lebih tepatnya, bakar jagung, sosis, atau sate—di rumah.
Begitu pula dengan Daisy dan keluarganya. Mereka sudah menyusun rencana untuk nanti malam. Rencananya mereka akan jalan-jalan lalu melihat pertunjukan kembang api di taman dekat rumah. Sebenarnya, Daisy tidak terlalu tertarik dengan hal ini. Dia lebih suka mengadakan acara makan-makan di rumah seperti yang biasa keluarganya lakukan setiap tahun daripada pergi hanya untuk melihat kembang api. Ramai dan sumpek, katanya.
Sayangnya, kali ini Daisy tidak bisa menolak. Sudah satu minggu ini, Lily, adiknya terus merengek meminta Daisy untuk ikut melihat pertunjukan kembang api.
"Kak Day pokoknya harus ikut Lily lihat kembang api. Kalau Kakak nggak mau ikut, nanti Lily marah," ancam gadis kecil berusia empat tahun yang memakai bando Mickey Mouse kala itu.
"Iya-iya Kakak ikut, tapi kamu harus janji nggak boleh marah lagi sama Kakak. Nanti kalau kamu marah, cantiknya ilang loh," ucap Daisy seraya mencubit gemas pipi Lily.
"Siap, Kakak Cantik," seru Lily dan mencium pipi kanan Daisy. Gadis kecil itu kemudian turun dari sofa dengan senyum merekah dan berlari ke dapur sambil berteriak, "Asyik! Kak Daisy ikut lihat kembang api!"
Daisy hanya bisa menggeleng seraya tersenyum melihat tingkah adiknya yang sangat menggemaskan. Baginya melihat Lily tawa riang adalah salah satu kebahagiaannya. Makanya Daisy berusaha sebisa mungkin supaya tidak membuat adik kecilnya bersedih. Bahkan saat Lily menarik keluar rumah untuk berangkat ke taman pun Daisy tidak marah. Dia dan orang tuanya malah sama-sama tertawa saking gemasnya dengan tingkah Lily.
Sampai di taman, mereka berkeliling. Keadaan taman yang ramai membuat Lily terpaksa digendong Hendra supaya tidak hilang. Bagaimanapun juga, Lily adalah anak-anak yang butuh pengawasan ekstra. Lengah sedikit saja, sesuatu tak terduga bisa saja terjadi.
Di saat seperti ini, taman tersebut dimanfaatkan para pedagang makanan hingga tukang mainan seperti tukang odong-odong dan semacamnya, untuk menambah penghasilan. Lily sendiri sudah mencoba banyak permainan di sana. Kini, gadis kecil itu sedang sibuk menikmati permen kapas.
"Pa, Lily pengin makan sate ayam," celetuk Lily sesaat setelah permen kapas di tangannya habis.
"Kamu mau sate? Tapi di sini nggak ada yang jual sate, Sayang. Kalau satenya diganti sama bakso, gimana? Tuh, di sebelah sana ada yang jualan bakso. Kita makan bakso aja, ya?" Hendra membujuk. Pasalnya memang di taman itu tidak ada pedagang sate.
"Iya, Sayang makan bakso aja gimana? Bakso juga enak loh. Bakso kan makanan kesukaannya Kak Daisy. Mau, ya?" Sarah ikut membujuk putri kecilnya itu. Namun, lagi-lagi Lily menolak.
"Nggak mau. Lily nggak mau bakso."
"Kita makan siomay aja yuk, Dek? Itu di sana ada pedagang siomaynya." Gantian, Daisy membujuk adiknya.
"Enggak mau. Pokoknya Lily mau sate ayam."
Ketiga orang itu saling pandang, bingung harus bagaimana. Tidak ada penjual sate di taman. Warung sate terdekat jaraknya cukup jauh dari kompleks perumahan mereka, sedangkan mereka tidak membawa mobil karena rencana awalnya hanya akan menghabiskan waktu di taman saja. Baik Daisy atau orang tuanya sudah berusaha membujuk Lily untuk membeli makanan lain, tapi Lily tetap menolaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/149428577-288-k984465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Wattpadindo Writing Challenge 2020 Winner] Dia pergi. Kepergiaannya turut membawa serta kebahagiaan Daisy. Harapan-harapan yang sudah ia rancang pun turut lenyap seketika. Bahkan pergantian tahun yang harusnya dirayakan dengan bahagia, justru diray...