Daisy - 15

547 105 61
                                    

Bukan perkara mudah untuk bisa sampai ke titik di mana Daisy capai sekarang. Waktu persiapan yang mepet hingga bimbingan yang sering tertunda karena mamanya sakit, membuat Daisy harus kerja keras ekstra supaya semuanya matang dan tidak mengecewakan.

Jika saja tidak ada yang berharap padanya, mungkin Daisy bisa bersikap biasa saja. Seolah hal itu sudah biasa dia hadapi. Sayangnya, tidak. Mereka—pihak sekolah dan murid Tirta Biru—secara tidak langsung mengharapkan hasil yang terbaik. Ada yang bilang, masuknya Daisy ke dalam tiga besar kemarin masih kurang memuaskan karena Daisy hanya menempati peringkat kedua, bukan peringkat pertama.

Jujur, Daisy muak dengan orang-orang seperti itu. Mereka yang berbicara seperti itu pasti belum pernah merasakan ada di posisinya. Posisi yang membuat Daisy harus berhati-hati dalam memilih dan juga dituntut melakukan yang terbaik.

"Abaikan aja perkataan mereka. Anggap aja seperti radio rusak, itu malah lebih bagus," ucap Kia saat tanpa sengaja melihat Daisy melamun di balkon rumah.

Saat itu, Daisy benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Pertengkarannya dengan Hendra membuat Daisy merasa bersalah setelahnya. Akibatnya, dia sering kehilangan fokus saat mengerjakan sesuatu. Hal itu membuat Kia sendiri jadi khawatir dengan keadaan sahabatnya.

Sebenarnya Daisy malu jika Kia terus-menerus membantunya. Bahkan untuk hal yang tidak seharusnya Kia lakukan, gadis itu tetap melakukannya. Seperti hari ini, jam dinding masih menunjukkan pukul lima pagi ketika pintu kamarnya diketuk.

Daisy pikir itu Bi Asih yang mungkin ada perlu dengannya, tapi ternyata salah. Dengan kaus stripe lengan panjang berwarna biru-putih, jogger pants hitam, serta sneakers putih, Kia berdiri di depan kamarnya seraya tersenyum lebar. Oh, jangan lupakan tas ransel yang berada di punggung gadis itu.

Sesaat Daisy tertegun, penampilan mereka bak langit dan bumi. Kia sudah rapi, sedangkan dia masih mengenakan baju tidur lengan pendek dengan rambut acak-acakan.

Namun, bukan hanya itu fokus Daisy, melainkan pada benda beroda yang berada di samping kiri Kia.

"Lo ngapain bawa koper?"

Bukannya menjawab, Kia malah melangkah masuk ke kamar Daisy sambil menyeret koper kecilnya. Koper tersebut diletakkan di samping tempat tidur. Kia melepas tas ranselnya, kemudian melempar tubuhnya di atas tempat tidur Daisy.

"Mau minggat," jawabnya tanpa peduli sang pemilik kamar sudah melayangkan tatapan membunuh padanya. "Bercanda, Day. Gue kan mau numpang di sini selama tiga hari ke depan. Jadi, ya sekalian aja gue bawa koper. Tenang aja koper gue kecil, jadi nggak akan makan banyak tempat."

"Nyesel gue setuju lo nginep di sini. Ujung-ujungnya tetep kamar gue yang jadi korban," ucap Daisy seraya berjalan menuju lemarinya. Dibukanya lemari tersebut dan menarik sebuah koper berukuran kecil dari dalamnya.

Daisy membuka koper tersebut. Memastikan lagi tidak ada barang-barangnya yang tertinggal untuk tiga hari ke depan. Pukul sepuluh pagi nanti, dia sudah harus berangkat ke lokasi OSP bersama Bu Arum karena besok adalah hari pertama dilaksanakannya olimpiade.

Perihal Kia yang menginap di rumah Daisy, itu karena Daisy yang menawarinya. Orang tua Kia harus ke Surabaya kemarin siang dan Kia bosan jika hanya tinggal berdua bersama kakaknya di rumah. Itu alasannya kenapa Kia langsung menyetujui tawaran Daisy untuk menginap di rumahnya. Setidaknya jika di sini, Kia bisa bertemu Tania dan membantu menjaga Sarah daripada di rumah bersama kakaknya yang magernya nggak ketulungan. Beruntungnya, orang tua Kia juga tidak merasa keberatan jika Kia menginap di rumah Daisy.

Satu alasan lagi kenapa Daisy setuju Kia menginap di rumahnya adalah karena Hendra. Papanya tidak akan membentak ataupun bertindak kasar kepada mamanya di hadapan orang lain. Istilahnya, jaga image begitu. Dengan begini, Daisy bisa tenang menitipkan Sarah kepada Kia, Tania, dan Bi Asih.

Daisy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang