Daisy - 24

613 98 29
                                        

"Gue nggak akan pernah maafin orang yang udah ngehancurin keluarga gue!"

"Maksud lo apa tiba-tiba bilang gitu? Ngehancurin keluarga lo, gimana?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau. Gue tau lo ingat soal kejadian sialan itu!"

"Day, udah. Tenang, Day." Kia langsung merengkuh Daisy, berusaha menenangkan gadis itu. "Please, lo tenang dulu. Baru lo jelasin pelan-pelan, ya? Ada apa sebenarnya?"

Namun, alih-alih mengindahkan perkataan mereka, Daisy malah membuka tasnya, lalu melemparkan gulungan kertas ke atas meja. Davino sontak mengambil gulungan tersebut dan membukanya. Detik itu juga ekspresi laki-laki itu berubah.

"Kecelakaan di jalan Supriyadi tanggal 31 Desember 2019. Sebuah mobil CRV hitam menabrak seorang pengendara motor dan pejalan kaki. Tiga orang meninggal dan tiga orang lainnya luka-luka." Daisy mengulang isi artikel tersebut. "Dan lo adalah anak pengemudi mobil yang udah nabrak Mama gue sampai bikin adik gue meninggal, Dav!"

"Jahat, Dav. Keluarga lo jahat!"

Jika saja Rendra tidak sigap merebut benda di tangan Daisy dan Kia tidak segera merengkuh tubuh sahabatnya, sudah pasti buku paket tebal di atas meja mendarat tepat di wajah Davino.

"Day, udah ya lo tenang," ucap Kia seraya mengusap lengan Daisy, tapi itu tetap tidak berhasil meredam emosi Daisy.

"Lo tau, harusnya waktu itu gue bisa ngerayain malam pergantian tahun sama keluarga gue. Liat kembang api bareng seperti keinginan Lily. Tapi, apa yang terjadi? Mobil keluarga lo malah nabrak Mama di depan mata kepala gue sendiri, Dav. Coba lo bayangin gimana hancurnya gue saat itu! Gimana hancurnya Papa saat lihat istri dan anaknya jadi korban, coba lo bayangin!"

Cairan bening yang sejak tadi ditahannya pun luruh. Membasahi kedua pipinya. Namun, Daisy tak acuh.

"Keluarga gue hancur, Dav! Gue, Papa, Mama ... kita kehilangan sosok Lily. Coba lo bayangin, gimana hancurnya Mama saat tahu anaknya meninggal tepat di hari ulang tahunnya! Bayangin, Dav! Bayangin kalo lo ada di posisi gue! Keluarga gue hancur dan itu semua karena orang tua lo!"

Usapan di lengan Daisy semakin kuat.

"Lo tau yang terjadi setelah itu? Keluarga gue berantakan. Lily meninggal, Mama depresi, kaki kanannya patah, Papa terus nyalahin Mama soal kecelakaan itu, bahkan Papa nggak peduli sama keluarganya lagi. Gue bener-bener hancur, Dav!"

"Lo pikir cuma lo doang yang hancur? Enggak, Day! Gue juga hancur lihat orang tua gue meninggal di depan mata gue sendiri. Gue hancur, Day! Gue jadi yatim piatu di malam pergantian tahun. Coba lo bayangin gimana hancurnya gue saat itu!"

Bahkan kenyataannya apa yang mereka alami adalah sama. Mereka sama-sama kehilangan. Sama-sama harus menanggung semuanya sendirian. Menutup rapat kotak kenangan dan menguburnya supaya tidak membangkitkan luka. Dan mereka sudah melakukannya. Namun, rahasia tetap rahasia. Sepintar apa pun rahasia disembunyikan, tetap saja bisa terbongkar suatu saat nanti.

"Kejadian itu bikin gue bingung harus ngapain. Sampai akhirnya, Pak Sandhi nawarin diri buat jadi orang tua angkat gue dan gue nggak bisa nolak. Pak Sandhi sahabat terbaik ayah gue. Beliau juga yang dulu udah kasih modal awal ke ayah buat bikin usaha restoran, ditambah lagi beliau nggak punya anak. Makanya gue nggak bisa nolak beliau," jelas Davino. Bagaimanapun juga dia merasa Daisy dan ketiga orang di hadapannya ini perlu penjelasan yang sebenarnya.

Pelukan dan usapan dari Kia di lengan Daisy sepertinya berhasil. Terbukti, Daisy sudah lebih tenang meski air matanya masih membasahi pipi diiringi isakan yang terasa menyayat hati. Tatapan penuh emosi yang perlahan mulai mereda itu masih mengarah pada Davino. Itu adalah pertama kalinya Davino melihat Daisy seperti itu.

Daisy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang