Hasil tidak akan mengkhianati usaha.
Faktanya, itu memang benar. Kerja keras Daisy selama seminggu terakhir terbayar sudah setelah guru pembimbing mengumumkan bahwa namanya ada di urutan kedua dalam tiga besar cabang mata pelajaran Biologi.
"Congratulations, Daisy! Akhirnya lo berhasil masuk tiga besar. Congrats, I'm happy for you!"
Ucapan dibarengi pelukan yang hampir mencekik leher sudah berkali-kali Daisy terima, tepatnya sejak dia keluar dari ruang kepala sekolah hingga sampai di kelas dan parahnya lagi, Daisy tidak bisa berkutik karena pelukan tersebut. Tidak hanya dari Kia, teman sekelas Daisy juga bergantian memberikan ucapan selamat padanya seperti yang dilakukan delapan murid olimpiade lainnya di ruang kepala sekolah tadi.
Panggilan keras melalui pengeras suara di jam pelajaran pertama memancing rasa penasaran semua murid. Menyebabkan beberapa di antara mereka mengintip penasaran ke arah koridor hingga sengaja berhenti di koridor depan ruang kepala sekolah saking penasarannya. Namun, ulah mereka justru berujung pengusiran langsung oleh kepala sekolah bahkan sebelum pembicaraan dimulai. Meski begitu, tetap saja saat Daisy keluar ruangan, dia disambut oleh teman-teman sekelasnya.
Daisy masih ingat bagaimana riuhnya ruang kepala sekolah begitu Bu Rossa mengumumkan hasil olimpiade tersebut. Ruangan yang semula tenang seketika dipenuhi tepuk tangan. Daisy bahkan ingat bagaimana guru pendampingnya yang datang terlambat pun langsung memeluknya erat.
"Selamat untuk Daisy yang berhasil menjadi juara dua Olimpiade Biologi. Kami, pihak sekolah benar-benar bangga dan berterima kasih kepada kamu, Nak. Untuk kalian yang namanya belum lolos ke tiga besar, jangan pernah kalian berkecil hati. Pihak sekolah sudah sangat bangga punya murid seperti kalian semua. Ingat, kegagalan adalah kunci dari kesuksesan. Tetap semangat dan raih impian kalian," ucap Bu Rossa tadi.
Jangan tanyakan bagaimana perasaan Daisy sekarang. Bahkan Daisy merasa sedang bermimpi begitu tahu namanya ada di tiga besar OSK Biologi, mengingat saat masuk ke ruang tes waktu itu, dia langsung pesimis. Takut-takut malah dia mengecewakan pihak sekolah. Namun, akhirnya itu semua bisa dia atasi berbekal rentetan kata 'semangat' dari banyak orang dan karena teringat hutang yang harus dia bayar pada Kia.
"Thanks for your support. Gue nggak tahu lagi gimana kalau nggak ada lo, Ki. Sekali lagi, thanks, ya? Lo emang sahabat terbaik gue." Daisy balas memeluk Kia.
"Itu udah tugas gue sebagai sahabat buat terus support lo. Apa pun yang lo lakuin, gue bakalan dukung lo. Tapi kalau lo nyerah tanpa berjuang dulu, gue adalah orang yang dengan senang hati membenci lo lebih dulu. Remember it!"
"Okay, I'll remember it," jawab Daisy dengan mata berkaca-kata. Kia berkali-kali menepuk bahunya, menenangkan gadis itu.
"Oh iya, tadi gue nemu ini di meja. Nggak tahu dari siapa," ucap Kia seraya menggeser sebotol minuman rasa jeruk ke arah Daisy. Ada sticky note tertempel di leher botol.
"Buat gue?" Daisy menunjuk dirinya sendiri.
Kia mengangguk. "Tadi pas gue balik dari toilet, udah ada ini di meja," terang Kia.
Kerutan samar tercetak di wajah Daisy, penasaran dengan orang yang meletakkan minuman ini di mejanya. Bertanya ke teman sekelasnya pun tidak membantu. Mereka hanya menggeleng dan mengatakan tidak tahu tentang minuman tersebut.
Daisy menghela napas. Menyandarkan punggungnya ke kursi sambil memandangi minuman tersebut.
'Congratulations, Daisy,' tulis si pengirim di sticky note.
Simple, but from who?
Daisy berusaha menggali ingatannya, mencari tahu barangkali ada seseorang yang bisa dia curigai sebagai pengirim minuman ini. Namun, Daisy tidak menemukannya. Hingga detik berikutnya, sesuatu terlintas di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]
Teen Fiction[Wattpadindo Writing Challenge 2020 Winner] Dia pergi. Kepergiaannya turut membawa serta kebahagiaan Daisy. Harapan-harapan yang sudah ia rancang pun turut lenyap seketika. Bahkan pergantian tahun yang harusnya dirayakan dengan bahagia, justru diray...