Halo, sebelum lanjut baca, aku mau nanya sesuatu ke kalian. Kalian tau cerita Daisy tuh dari mana? Komen plis, aku penasaran... Dah itu aja yang mau aku tanyain. Makasih buat yang udah jawab.
Selamat hari Jumat dan selamat membaca...
*kasih tau kalo ada typo ya.
Pernahkah kamu berpikir menjadi anak tunggal adalah sesuatu yang menyenangkan? Kamu bisa bebas memiliki apa pun dari orang tuamu tanpa perlu berbagi dengan saudaramu. Sudah pasti pernah, bukan?
Daisy pernah. Daisy pernah berpikir menjadi anak tunggal adalah pilihan yang bagus karena dia sering mendengar cerita teman-temannya yang suka bertengkar dengan saudara mereka. Menurutnya, memiliki saudara kandung hanya akan menambah teman berantem saja. Namun, anggapan tersebut patah ketika Sarah melahirkan bayi mungil yang lucu dan menggemaskan bernama Lily. Bayi yang kemudian tumbuh menjadi gadis kecil dan membuat Daisy menjadi sosok kakak yang selalu dibanggakan oleh gadis kecil itu.
Sayangnya, Tuhan lebih menyayangi Lily daripada Daisy dan keluarganya. Tuhan membuat Daisy menjadi anak sulung yang terpaksa menjadi anak tunggal. Menjadikannya sosok kuat di segala keadaan dan menanggung semuanya sendirian, apalagi di saat seperti ini. Menjadikan tubuhnya sekuat baja agar tidak mudah roboh apa pun beban yang dipikulnya.
Meski pada akhirnya terlalu lama bertahan hanya akan membuat tubuhnya semakin lelah dan butuh istirahat.
Ya, setidaknya itu yang Daisy butuhkan sekarang. Istirahat setelah apa yang terjadi beberapa minggu belakangan ini. Sekolah, bimbingan, olimpiade, unknown number, hingga kondisi keluarganya yang semakin rumit.
Namun, sayangnya itu tidak akan bisa Daisy wujudkan sekarang. Sarah tiba-tiba jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, sedangkan Hendra sedang berada di luar kota. Jelas saja semua itu menjadi tanggung jawab Daisy. Administrasi sudah diselesaikan, kamar rawat juga sudah didapat, dan hanya tinggal nanti Daisy yang harus siap berjaga di samping mamanya.
"Kamu yang kuat ya, Sayang. Kakak yakin Tante Sarah pasti baik-baik aja. Kamu jangan lupa banyak berdoa untuk kesembuhannya, ya?"
Tania yang sejak tadi berdiri di samping Daisy pun mengusap puncak kepala gadis itu. Sejak mendapat kabar jika Sarah masuk rumah sakit, Tania dan suaminya langsung datang untuk menemani Daisy. Namun, suami Tania harus pergi lagi karena pergi melayat di rumah teman kerjanya.
"Aku takut, Kak," cicit Daisy sambil mengusap pelan punggung tangan Sarah yang tengah terlelap. Wajah wanita itu masih tampak pucat.
"Kamu tenang, ya. Tante Sarah pasti baik-baik aja. Kakak bisa jamin itu, Sayang. Oh ya, kamu udah makan?"
"Belum sempat, Kak."
Memang tadi saat pulang, Daisy ingin langsung makan. Namun, hal itu urung dilakukan karena saat masuk rumah, Daisy melihat Bi Asih yang panik dan Sarah sudah pingsan di lantai dapur. Semua fokus Daisy pun sepenuhnya tertuju pada Sarah hingga membuat gadis itu tak memedulikan penampilannya.
Lihat saja, mana ada seorang murid yang masih pakai seragam sekolah, malam-malam begini di rumah sakit?
"Ya udah kalau gitu Kakak turun dulu beli makanan buat kamu." Tania sudah akan pergi, tapi Daisy menahannya.
"Nggak usah, Kak. Kakak juga pasti capek dari tadi nemenin aku di sini. Jadi, biar aku beli sendiri aja. Kakak mau apa, biar sekalian aku beliin?"
"Hmm, titip minuman dingin aja."
"Oke."
Suasana rumah masih cukup ramai seiring langkah Daisy menuju kantin. Dokter, perawat, hingga orang-orang yang menjenguk keluarga atau kerabat tampak masih berlalu-lalang di lorong rumah sakit, padahal sepuluh menit lagi, jam besuk sudah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Wattpadindo Writing Challenge 2020 Winner] Dia pergi. Kepergiaannya turut membawa serta kebahagiaan Daisy. Harapan-harapan yang sudah ia rancang pun turut lenyap seketika. Bahkan pergantian tahun yang harusnya dirayakan dengan bahagia, justru diray...