Daisy - 18

479 95 25
                                    

Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Daisy selain mendengar kabar baik tentang Sarah. Daisy bahkan bingung harus bereaksi apa mengetahui bahwa Sarah sudah bisa berkomunikasi seperti dulu. Walaupun sedikit, setidaknya itu adalah sebuah kemajuan, mengingat kondisinya yang sempat drop beberapa waktu lalu.

Ternyata selama Daisy 'bertugas' kemarin, Tania dan Kia mencoba mengajak ngobrol Sarah dan tiba-tiba saja menyahut. Tidak hanya satu kata seperti biasanya, melainkan langsung tiga kata. Iya, Tante mau, adalah jawaban yang diucapkan Sarah saat Kia menawarkan roti bakar karena saat itu hujan deras turun.

Daisy jelas sangat bahagia dengan kabar tersebut. Tidak mau berbahagia sendirian, Daisy juga memberitahukan kabar itu pada Hendra. Berharap papanya bisa ikut berbahagia dan sekaligus bisa menyadari kesalahannya. Meskipun Daisy tidak bisa melupakan kejadian beberapa waktu lalu. Dia masih ingat bagaimana lengan seorang wanita memeluk mesra lengan Hendra di restoran seberang hotel saat hari olimpiade. Kejadian yang pada akhirnya membuat Daisy kehilangan konsentrasi saat mengerjakan soal.

Namun, Daisy tidak menceritakan masalah itu pada Tania atau pun Kia. Sudah cukup cerita yang kedua orang itu dengar dan semua itu tentang masalah keluarganya. Jadi, Daisy memilih memendamnya sendiri. Berharap semoga kejadian seperti itu tidak terulang lagi, meskipun dia sadar harapannya itu tidak yakin terkabulkan.

"Ma! Mama mau jalan-jalan, nggak? Cari angin segar gitu. Mau?" tanya Daisy yang sedang menyuapkan sarapan untuk Sarah. Keduanya sedang berada di taman depan rumah, duduk-duduk santai di dekat kolam, rutinitas yang dilakukan keduanya akhir-akhir ini.

Bukan tanpa alasan Daisy melakukan ini, mengajak mamanya berjemur sambil sarapan. Itu karena sinar matahari pagi yang mengandung vitamin D sangat baik untuk membantu proses penyembuhan penderita depresi. Apabila tubuh kurang mendapat vitamin D dari sinar matahari, hal itu tidak hanya bisa meningkatkan timbulnya depresi, tapi juga meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan mental dan kepribadian.*

"Iya, Mama mau," jawab Sarah seraya mengulas senyum. Wanita itu mengusap lembut surai hitam anak gadisnya. Wajah pucat wanita itu pun kini sedikit tampak lebih berseri.

"Kalau gitu makanannya dihabisin dulu terus kita jalan-jalan. Nih, aaa ...." Daisy bertingkah seolah sedang menyuapi anak kecil. Namun, hal itu justru memancing tawa dari Sarah, yang membuat Daisy hampir saja meneteskan air mata.

Selesai sarapan. Daisy pun mendorong kursi roda Sarah keluar pekarangan rumahnya. Sebenarnya Daisy ingin mengajak Kia juga karena gadis itu bilang ingin jalan-jalan bareng Daisy. Tapi tadi pagi saat Daisy mengajaknya, Kia bilang dia tidak bisa. Katanya, mau ke pernikahan sepupunya.

Taman ini tidak jauh dari rumah Daisy. Hanya berjarak sepuluh rumah dari rumah Daisy. Minggu pagi seperti sekarang, taman ini selalu ramai dikunjungi. Kebanyakan pengunjungnya adalah keluarga yang memiliki anak kecil. Di taman ini juga terdapat area bermain anak di sebelah utara dan jogging track di sisi selatan.

Daisy mendorong kursi roda Sarah berkeliling taman. Menikmati embusan angin segar yang menerpa wajah dan merayap di pori-pori kulit.

"Mama suka?" tanya Daisy saat keduanya berada di tengah taman, menikmati air mancur.

"Suka. Udah lama nggak ke sini. Dulu ...."

Daisy tahu apa yang akan diucapkan mamanya, jadi dia buru-buru memotongnya. "Ma, seger banget ya di sini. Daisy jadi pengen nyebur ke sana," tunjuk Daisy pada kolam di bawah air mancur. Wanita itu tertawa kecil.

Sarah mengusap lengan Daisy. Menatapnya lembut. "Mama tahu kamu mengalihkan pembicaraan, Sayang."

"Ma ...."

"Mama sudah jauh lebih baik, Sayang. Ini semua berkat kamu yang selalu ada dan terus dukung Mama sampai Mama bisa seperti ini. Juga berkat Tania dan Kia yang sudah banyak membantu Mama. Makasih ya, Sayang." Sarah mengusap puncak kepala putrinya.

Daisy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang