13. Ada Rindu Terselip

288 115 20
                                    

Friendship Problems
13. Ada Rindu Terselip

Oke, sebelumnya absen dulu.

Sebut nama sendiri dan nama doi.


Jangan lupa spam komen setiap paragraf.

Oke, meluncur!

***

DIA menyerah. Materi yang dibaca sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya. Puncak kepalanya berulang kali diketuk menggunakan bolpoin. Berharap otaknya dapat lancar mengingat rumus-rumus yang sedang dia pelajari. Besok guru Kimianya akan mengadakan ulangan dan dia sama sekali belum mengerti cara kerja rumus-rumus ini. Rasa frustasi menyerangnya.

Kepalanya menoleh. Menatap jam dinding putih yang menempel di tembok kamarnya yang bercat warna pink pastel. Jarum pendek jam menunjuk pada angka sebelas dan jarum panjangnya sudah menunjuk tepat di angka dua belas. Gadis itu mengantukkan kepalanya ke buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya. Memejamkan matanya sebentar. Berusaha mencoba menahan kantuk.

Angin dingin yang menyusup masuk melalui jendela belum ditutup mengalihkan perhatian. Telapak tangannya mengusap lenganya seraya menghangatkan. Dingin begitu menusuk kulitnya hingga merasuk ke tulang-tulang. Susah payah dia mengangkat kepala. Melirik ke arah jendela yang menampakkan langsung kegelapan dengan satu cahaya yang membuatnya tertarik.

Lampu kamar Genta masih menyala dengan terang. Terlihat dengan jelas melalui jendela yang ditutupi gorden putih. Jujur saja, menurut Elna, sia-sia Genta memasang gorden itu di sana. Karena gorden yang menyelimuti keseluruhan jendela itu tampak tidak menutupi alias tembus pandang!

"Pantesan masih melek. Tante sama Om lagi pergi." Elna mengalihkan pandangannya. Kembali menatap rumus-rumus yang mengesalkan baginya.

Tadi pagi Andi dan Azizah pergi. Meninggalkan Genta sendirian di rumah. Lebih tepatnya, laki-laki itu menolak untuk ikut. Orang tuanya pergi dari rumah merupakan kesempatan besar baginya untuk memainkan game online lebih lama. Mana mungkin Genta mau menyia-nyiakan kesempatan ini?

Biasanya Azizah akan menyuruh anak laki-lakinya untuk tidur saat jarum jam menunjuk pada pukul sepuluh. Tentu Genta menurut. Bagi Genta, manusia yang paling menyeramkan di dunia ini adalah Mamanya ketika sedang memakai mode marah. Monster pun akan kalah dengan Mamanya jika tengah diadu.

Elna mengangkat tubuhnya. Berniat menutup jendela agar kamar Genta tidak menjadi pemandangan yang membuatnya terus ingin menatap. Namun niat itu urung dilakukan. Elna malah berdiri tepat di tengah-tengah jendela dengan memandang jeli jendela kamar Genta. Pandangan Elna teralihkan sebentar. Dia menatap ke bawah. Jalanan sudah senyap tetapi lampu jalan masih menyala menemani cahaya bulan sabit.

Rumahnya dan rumah Genta sama-sama memiliki dua lantai. Kamar mereka berseberangan dengan jalan.

Indra penglihatan Elna dengan jelas menangkap sosok laki-laki tengah duduk di atas ranjang. Siapa lagi kalau bukan si pemiliknya? Lelaki itu terlihat menunduk. Memandangi sebuah benda yang berada di tangannya. Elna rasa barang yang sedang dipegang Genta adalah sebuah ponsel.

Menatap Genta diam-diam berhasil membuatnya merangkak melewati garis waktu. Keping kenangan dengan laki-laki itu tiba-tiba terputar di otaknya begitu saja.

***

ELNA sudah panik saat melihat pintu gerbang sudah tertutup rapat dari ujung jalan.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang