03. Lagi Musuhan?

551 205 74
                                    

Friendship Problems
03. Lagi Musuhan?

TIDAK ada suara lain selain suara sendok yang beradu dengan piring di meja makan keluarga Elna. Semua orang yang berada di sana tampak menikmati santapan mereka masing-masing.

Beberapa saat kemudian setelah makanan yang Elna kunyah sudah halus, gadis itu menelannya. Setelah meletakkan sendok ke atas piring tangannya terulur mengambil gelas yang terisi penuh oleh air susu dan meminumnya hingga tersisa setengah. Selepas itu Elna meletakkan gelasnya di tempat semula.

Gadis itu menghela napas panjang. Pupil matanya kemudian teruju ke arah Papanya yang sedang menyeruput teh hangat. "Papa," panggilnya dengan nada pelan. Sedikit ragu untuk mengatakan hal yang ingin dia katakan. Karena Elna sudah meyakini dalam hati, bahwa Arman tidak akan mengabulkan keinginannya seperti kemarin.

Arman menoleh menatap putrinya. Menghentikan aksi minum tehnya dan meletakkan cangkir berisi teh hangat itu ke atas meja. "Apa?"

Elna berdeham. Dia menundukkan kepalanya. Otaknya masih mencerna kata-kata yang tepat untuk diutarakan pada Arman. "Nanti anterin Elna ke sekolah, ya?" Lalu dia memberanikan diri untuk menatap mata Papanya.

"Loh. Nggak bareng Genta aja, Na?" Bukan Arman yang mengatakannya, melainkan Ana — Mama Elna. Wanita yang duduk di samping kiri Arman sembari menyuapkan nasi ke mulutnya.

Pandangan Elna terlalih. Sesaat setelahnya dia menggelengkan kepala. "Nggak, Ma."

"Lagi musuhan?" Ana mencoba menerka.

Elna terkejut. Hampir saja memberikan reaksi yang dapat membuat Ana dan Arman curiga. Untungnya dengan cepat dia menjawab, "Eh, nggak kok, Ma,"

"Terus kenapa nggak bareng Genta? Suara motornya Genta masih ada tuh di depan."

Jika bertanya di mana letak rumah Genta. Maka jawabannya adalah ... rumah Genta berada tepat di depan rumah Elna.

Mama Elna dan Mama Genta sengaja membangun rumah berhadapan karena dulunya mereka juga bersahabat. Namun persahabatan mereka baru dimulai ketika keduanya memasuki masa-masa putih abu-abu. Berbeda dengan Elna dan Genta yang sudah bersahabat sejak menginjakkan kaki di Sekolah Dasar.

"Elna 'kan mau diantar Papa aja," pinta Elna dengan wajah memelas.

"Kalau bareng Papa, nanti kamu telat, loh, Na. Mending bareng Genta aja. Biasanya 'kan juga berangkat pulang bareng Genta," tutur Arman.

"Biar Mama bilangin ke Genta, ya."

Sebelum Elna menolak. Ana lebih dulu berjalan keluar. Melihat hal itu Elna buru-buru berdiri dari duduknya. Dia mengejar Ana yang sudah hampir sampai di ambang pintu. "Mama ...!" panggilnya. "Genta tuh mau berangkat bareng sama pacarnya!"

Namun teriakan itu tidak diindahkan oleh Ana. Wanita itu masih terus berjalan menuju ke tempat Genta.

Namun sayangnya Elna terlambat. Ana sudah lebih dulu bercengkerama dengan Genta di depan rumah. Keduanya berada di halaman rumah masing-masing.

Resek. Elna membatin sebal. Mendekati pintu, Elna mendengar samar-samar suara percakapan antara Ana dan Genta. Dia akhirnya memilih tidak jadi keluar rumah dan mengintip melalui kaca jendela. Sekalian menguping pembicaraan.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang