15. Rindu Juga Mendatangiku

284 113 21
                                    

Friendship Problems
15. Rindu Juga Mendatangiku

DIA memegang sebuah figura yang berisi foto masa kecilnya. Di dalam foto itu ada dirinya bersama dengan seorang gadis gendut. Dua tangan anak laki-laki dan perempuan itu terulur ke depan, membentuk huruf V dengan jari mereka. Keduanya tertawa lebar sampai dua gigi taring Genta yang ompong pada masa itu juga terlihat sangat jelas di foto.

Genta memejamkan mata dan menarik napas panjang. Mencoba mengusir sesak yang memenuhi rongga dadanya. Ibu jarinya mengusap wajah perempuan yang berada di dalam foto. Ah, dia sangat merindukannya.

Dia selalu ingin berada di sisi gadis itu. Menjaganya dengan sepenuh hati. Tidak ingin melihatnya menangis dan selalu ingin melihatnya tertawa, karena tawa itu selalu menyejukkan hatinya. Dan sebaliknya, hatinya selalu ikut sakit kala melihat gadis itu menangis.

Air hujan jatuh. Membasahi genting serta tanah. Aroma yang khas saat hujan bersatu dengan tanah mulai menguar. Genta menoleh menatap jendela. Benar, gerimis datang di malam hari. Dia berdiri dari duduknya. Berjalan ke sisi ranjang. Meletakkan figura ke nakas di sebelah tempat tidurnya. Letak semula figura foto itu berada.

Kaki menyeret tubuhnya sampai jendela. Terhenti selama beberapa saat di sana. Memandang dengan jeli apa yang ada di depannya dengan teduh. Jari-jarinya memegang kaca jendela.

"Dia udah tidur," katanya setelah menatap jendela kamar Elna dengan saksama. Lalu menarik gorden hingga menutupi seluruh kaca jendelanya.

Genta merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna sama seperti namanya, Magenta.

Akhir-akhir ini hujan hampir selalu berhasil mengingatkan kenangan terburuknya. Bukan, lebih tepatnya kenangan terburuk yang pernah Elna lalui. Kenangan sedih yang mungkin sudah Elna lupakan. Namun dirinya belum berhasil melupakan kenangan itu.

***

SEUSAI mengumpulkan tugas ke ketua kelas. Genta segera menyusul Elna yang sudah keluar kelas lebih dulu. Dia berjanji akan menemuinya di kantin sekolah. Elna akan mentraktirnya hari ini. Semoga ucapan Elna bukanlah bualan semata. Dia sudah sangat berharap untuk ini.

Genta mengejang melihat Elna dikerumuni anak-anak perempuan di koridor. Napasnya tercekat saat matanya melihat ada yang mendorong bahu Elna hingga mundur ke belakang beberapa langkah. Elna tidak melawannya. Gadis itu diam dengan mata memerah menangan tangis.

"Woi! Minggir lo semua!" teriaknya keras. Bahkan urat-urat di lehernya sampai menyembul dan terlihat oleh mata.

Genta mencoba menerobos kerumunan. Dia berdiri tepat di depan Elna. Menghadap langsung dengan gadis yang baru saja mendorong bahu Elna.

Gadis yang bertatapan langsung dengan Genta menoleh ke belakang. Melirik ke salah satu temannya dan berbisik, "Kok bisa ada Genta, sih?"

Gadis yang di belakangnya menggeleng. Dia juga tidak mengerti mengapa Genta bisa berada di sini.

"Lo tadi udah pastiin dia lagi ngerjain tugas 'kan?"

Dia mengangguk cepat. "Udah kok."

Gadis itu berdecak sebal. "Kenapa sih lo? Ganggu tahu nggak?" Tatapannya berubah teduh kala menatap Genta.

"Lo yang kenapa, Sa. Berapa kali gue bilang kalau gue nggak suka sama lo?"

"Lo udah tahu kosekuensinya kalau nolak gue." Sasa tersenyum miring. Memiringkan kepala untuk menatap Elna yang bersembunyi di balik punggung Genta, laki-laki yang dia sukai.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang