30. Aksi

250 85 54
                                    

Friendship Problems
30. Aksi

Anjayani 1.384 kata. Nggak tahu kenapa update >1.000 kata membuatku gimana-gimana gitu.

Oh iya, biasa. Daku tidak akan bosan untuk mengingatkan follow dulu akun yang nulis.

Vote dulu sebelum baca biar nggak lupa, he he.

Spam komen juga. Senang tahu kalau lihat kalian komen tuh. Aku juga senang balesin komen kalian. Jangan sungkan kalau misalnya nemu typo, bilang aja. Aku pasti langsung edit. Karena kadang tuh gimana, ya, aku ngerasa ejaan udah benar, eh tapi ternyata masih ada yang typo. Allahuakbar.

Sarimin pwrgi ke pasae
(Kek gini aja aku bisa baca kalau tulisannya Sarimin pergi ke pasar🤧) mataku dalam mendeteksi typo mayan agak bermasalah gaes🤣

Dah, dah, yok let's read. Eh, siapa emang yang mau baca pukul 00.49? Bukannya dah pada tidur, meng?

***

MALAM semakin larut. Udara dingin masuk mengisi paru-paru tiap manusia yang berada di belakang pekarangan rumah Genta. Bungkus-bungkus sosis bececer di atas rumput peking yang tumbuh menutupi tanah. Mama Genta suka dengan tanaman. Terbukti dengan banyaknya tanaman hias yang tumbuh subur di belakang rumah.

Memasuki halaman ini dari pintu belakang rumah pasti langsung disambut dengan dua bunga kamboja merah yang tumbuh di dua pot berbeda. Keduanya saling berdampingan walaupun berjarak satu meter. Pada tembok yang berdiri menjulang juga ditutupi penuh dengan tanaman rambat dengan daun hijau terlihat menyegarkan ketika dipandang.

Berbagai warna bunga mawar juga ada di pojok kiri belakang rumah ini. Bersamaan dengan beberapa bunga melati tumbuh di dalam pot yang berbeda. Beberapa pot paling besar diisi dengan tumbuhan gelombang cinta. Bunga matahari juga ada, dibiarkan tubuh liar tanpa pot tetapi juga tetap dirawat. Lidah mertua, tanaman cantik manis yang diletakkan di pot gantung, serta masih banyak lagi bunga-bunga hias yang tumbuh di sini.

Terkadang ketika ada arisan di rumah Genta, entah arisan keluarga atau arisan ibu-ibu sosialita. Pasti yang izin ke toilet tiba-tiba melipir ke belakang untuk berfoto-foto ria. Sepulangnya dari sini mereka pasti langsung mengunggah foto-fotonya ke akun efbi masing-masing. Saling menandai teman dan berujung gosip di kolom komentar.

Jam yang berada di pergelangan tangan Arga kini menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Elna berulang kali sudah menguap dan berusaha mengajak Dara pulang tetapi sayangnya gadis itu selalu menolak. Terpaksa, mau tidak mau Elna juga harus tetap tinggal. Tidak mungkin dia membiarkan Dara sendirian, bisa jadi nanti pintu rumahnya sudah terkunci rapat.

Arga yang mendadak memegangi perut membuat perhatian mereka semua teralih pada pemuda itu. Raut wajahnya terlihat seperti menahan sakit membuat orang-orang khawatir dan menanyai apa yang terjadi pada Arga.

"Gue kebelet boker. Mendadak perut gue mules."

"Aelah!" Genta mendengus sebal setelah mendengarnya. "Ya udah ke toilet sana," perintahnya.

"Nath, temenin yok!" ajaknya pada Nathan yang masih sibuk menguyah sosis.

"Nyusahin ae dah lo. Boker tinggal boker." Nathan mengembalikan sosis yang sudah dia gigit kembali pada piring. Dara memandangnya jijik.

Arga segera berdiri dari duduknya dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Nathan hingga posisi laki-laki itu berdiri tepat di depan Arga. Awalnya Nathan menolak. Namun mata Arga yang menajam kala menatapnya seolah menandakan sesuatu. Pada akhirnya dua pemuda itu menghilang pada pintu belakang rumah Genta.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang