14. Hukuman

317 109 11
                                    

Friendship Problems
14. Hukuman

Jangan lupa spam komen setiap paragraf.

Oghey?

***

"BAIK, silakan duduk. Jam istirahat pertama dan jam istirahat kedua kalian membersihkan kamar mandi siswa yang dekat mushola, ya!" perintahnya tanpa menanyai lebih dulu apa alasan mereka berdua terlambat datang.

"Baik, Bu." Dengan berat hati keduanya mengangguk mengiyakan.

Elna bersungut sebal sambil mendorong maju mundur sikat yang berada di tangan kanannya. "Semua ini gara-gara lo tahu nggak?" ucapnya kesal.

"Kok gue, sih?" Genta balas tak terima.

"Kalau lo ngayuhnya kenceng kita nggak bakal terlambat." Dia menghentikan aksi menyikat lantai. Menyapu pelipisnya yang sudah dibanjiri keringat dengan punggung tangannya.

Genta yang tengah membersihkan kamar mandi sebelah mendengus. Dia mendumel pelan. Tidak membiarkan Elna mendengarkannya. Jika gadis itu mendengarnya, mungkin adu mulut ini tidak akan selesai walaupun sekolah sudah dipulangkan.

"Poin pelanggaran gue udah lima. Gimana kalau gue nanti bakal dikeluarin dari sekolah?" Elna bermonolog sendirian. Sedikit berlebihan menanggapi poin pelanggarannya yang masih tergolong sangat sedikit.

"Na, lo butuh sembilan puluh lima poin lagi kalau mau dikeluarin dari sekolah."

"Diam lo! Gue lagi nggak ngomong sama lo." Elna berucap ketus.

Genta menggeleng. "Sensi amat lo. Lagian semua ini kejadian juga karena sepeda lo bocor kali. Coba sepeda lo nggak bocor. Nggak mungkin kita kayak gini."

"Jadi lo nyalahin gue?" Elna balas tak terima meskipun dia yang salah.

Manusia memang susah jika diminta mengakui kesalahannya. Mereka lebih suka mencari kambing hitam untuk disalahkan. Sama seperti apa yang menimpa Genta saat ini. Dia dijadikan kambing hitam oleh Elna.

"Gue nggak nyalahin. Kenyataannya 'kan gitu."

Elna tidak membalas. Benar kata Genta. Dia penyebab semua ini terjadi. Sepedanya mendadak bocor karena tertancap paku. Saat mengendarainya Elna tidak melihat ada paku di jalan. Tahu-tahu ban sepedanya sudah menjadi kempes. Alhasil, mereka mencari bengkel paling dekat dan meninggalkan sepedanya di sana. Elna menarik napas panjang.

Keduanya diam. Saling menikmati kegiatan yang mereka jalani. Gemericik air terdengar. Elna menyirami lantai yang sudah selesai disikat. Tinggal satu kamar mandi yang harus dibersihkan dan itu jatahnya Genta.

Gadis itu meregangkan pinggang untuk menghilangkan pegal yang menyelimuti tulang punggungnya. Menarik kepalanya ke kanan dan ke kiri hingga telinganya dapat mendengar suara retakan tulangnya. Ralat, lebih tepatnya itu adalah suara pergeseran tulang lehernya.

Dia menghela napas panjang. Lelah juga membersihkan beberapa kamar mandi ini. Sampai tidak dapat membayangkan bagaimana jika dia menjadi tukang kebun sekolah. Pasti lebih lelah dibandingkan ini. Bayangkan saja jika setiap hari harus menyapu seluruh lantai sekolah beserta halaman. Masih ditambah mengepel lantai jika musim hujan begini. Tentunya masih membersihkan kamar mandi juga.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang