Friendship Problems
02. Origami HatiSEMINGGU setelah kejadian hancurnya persahabatan antara Elna dan Genta. Elna benar-benar berusaha menjauhi laki-laki itu sejauh-jauhnya. Jika melihat Genta di kantin, dia tidak akan menjamah kantin pada saat itu juga. Apabila dia lebih dulu datang di kantin dibandingkan Genta, dia memilih untuk segera kembali ke kelasnya walaupun makanan yang dia pesan belum habis. Bahkan saat berpapasan di jalan yang sama, Elna lebih memilih menghindar dan memilih melewati jalan yang lain. Elna tidak ingin melihat wajah Genta lagi. Dia benar-benar marah pada laki-laki itu.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Kelas sudah hampir kosong. Namun masih ada dua manusia yang tertinggal di dalam sana. Yang satunya sibuk menyapu lantai. Satunya lagi sibuk memainkan ponsel sambil bernyanyi, mengikuti irama musik yang berasal dari ponsel miliknya.
"Na. Gue hampir selesai, nih. Beresin buku lo, gih."
Elna menoleh ke arah sumber suara. Melihat gadis yang rambutnya pendek sebahu berjalan ke sudut belakang kelas untuk mengembalikan sapu yang dia pakai. Elna menganggukkan kepala walaupun Dara tidak melihatnya.
Hari ini Elna menemani Dara untuk piket karena tadi pagi gadis itu berangkat kesiangan. Nama Dara Arista dengan jelas tertulis di papan piket di deretan hari Kamis, tetapi dia malah bangun kesiangan.
Jari Elna menekan tombol pause pada lagunya. Hening pun menerkam keduanya. Dia mengulurkan tangannya masuk ke dalam laci. Mengambil buku serta alat tulis kemudian memasukkannya ke dalam tas.
Kepala gadis itu menunduk untuk memastikan masih ada barang yang tertinggal atau tidak. Lacinya sudah kosong, tetapi indra penglihatannya menemukan sebuah kertas lipat berwarna merah muda di sudut laci. Dahinya mengernyit. Seingatnya, dia tidak membeli kertas lipat akhir-akhir ini.
"Dar. Lo bikin origami?" Tangan Elna terulur masuk ke dalam laci untuk mengambil origami itu. Lalu memperlihatkannya pada Dara.
Kertas lipat berwarna merah jambu itu dibentuk sedemikian rupa menyerupai bentuk hati.
Dara yang berjalan mendekati Elna, kemudian menggelengkan kepalanya. "Gue mana bisa bikin begituan." Tanpa menduduki kursinya, tangan Dara terulur mengambil tas di samping kursi tempat duduk Elna. Lalu menggendong tas itu di punggungnya.
Elna membolak-balik kertas lipat yang baru saja dia temukan. Ditatapnya dengan saksama menggunakan kedua matanya. Dia pun menghela napas panjang. Melihat sepertinya kertas lipat itu hanyalah perbuatan iseng seseorang. Elna berniat mengembalikkan kertas itu ke dalam lacinya.
"Balik, yuk. Udah sore, nih!" Dara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 15.37 WIB.
"Yuk, lah." Elna menggendong tasnya yang berwarna merah jambu.
Elna berdiri dari duduknya. Kedua gadis itu berjalan keluar kelas bersama-sama. Mengobrol ringan membahas suatu hal-hal kecil yang sebenarnya tidak penting untuk menjadi bahan pembahasan.
"Semoga hari ini nggak hujan."
Mengingat mendung sedang menyelimuti atap bumi bagian tempat yang mereka singgahi. Dara berdoa demikian. Sebagai pengendara yang jarang memakai helm karena alasan kepala menjadi pusing. Gadis itu tentu saja menjadi kaum yang membenci hujan. Semua itu disebabkan karena hujan benar-benar mampu membuat kulit wajahnya menjadi perih saat bertabrakan dengan rintik-rintik airnya.
"Aamiin aja deh gue," balas Elna, membantu mengaamiini doa yang Dara panjatkan. "Tapi kayaknya bakal hujan deh. Gerahnya aja kayak gini. Nggak mungkin kalau nggak hujan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Problems [✓]
Teen Fiction[Follow dulu baru bisa dibaca] ❝ Nggak ada persahabatan yang tulus antara cowok sama cewek. Pasti bakal ada salah satu atau malah dua-duanya saling jatuh cinta ❞ Setelah bertikai dengan Genta, yang bernotabene sebagai sahabat karibnya. Elna jadi ser...