25. Egoisnya Perasaan

208 85 30
                                    

Friendship Problems
25. Egoisnya Perasaan

Udah tahu dong harus apa. Yap, vote dulu sebelum baca. Jangan lupa spam komen.

Udah baca sampai part 25 tapi belum follow akun saya?🌞

Follow dulu dongs ah

Let's read!

***

DARA menggelengkan kepalanya.

"Bisa-bisanya ya lo nggak tahu siapa orang yang disukai sama sahabat lo," sewot Nathan setelah berhasil menelan mie yang telah diproses lembut dari mulutnya.

Dara memandang Nathan sinis. Ada rasa tidak suka saat mendengar Nathan berbicara. Entah ini menurutnya atau memang pemuda itu memang demikian, perkataannya sedikit agak pedas. Sudah sejak dari kamar mandi tadi. Ah, mungkin ini cuman perasaan Dara saja.

"Iya, kok bisa lo nggak tahu Elna suka sama siapa? Setahu gue, Elna paling dekat sama lo di sekolah ini. Kalau Genta nggak dihitung."

Dengar, memang benar-benar berbeda jika ucapan Nathan dibandingkan dengan ucapan Arga yang jauh lebih lembut. Dara lebih suka mendengar Arga yang berbicara kalau begini caranya.

Kepala Dara sedikit mendongak. Tangannya terangkat lalu mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuk seraya berpikir. Dia menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. "Gue udah pernah tanya sih sama Elna. Cuman waktu itu Elna nggak mau jawab dan nyuruh gue buat nunggu. Katanya kalau waktunya udah tepat dia bakal bilang. Karena dia udah bilang gitu, gue juga rada sungkan kalau mau nanya lagi. Ntar malah dikira ada apa-apa lagi."

Dara tidak mau sifat ingin tahunya membuat Elna tidak nyaman berteman dengannya. Sejauh ini, hanya Elna yang bisa paham dengan ucapan Dara, begitu pun sebaliknya. Dara lumayan agak susah untuk berbaur dengan orang lain.

Arga dan Nathan menyimak dengan saksama.

"Lo mau bantuin kita nggak?" tanya Arga.

"Bantuin apa?"

"Cari tahu Elna suka sama siapa."

"Emang mau ngapain? Harus gue, ya. Lo pada 'kan bisa tanya sendiri ke orangnya." Dara mengaduk-aduk cairan es teh menggunakan sedotan berwarna hijau. Dia menutup mulut menggunakan telapak tangan kala menguap. Rasa kantuk mendadak menyerangnya. Ini memang sudah jamnya tidur siang.

"Kita nggak dekat-dekat amat sama Elna. Sama lo aja nggak mau bilang, apalagi sama kita coba. Iya 'kan, Ga?" Nathan mencari dukungan pada Arga.

"Tujuan kalian sebenarnya apa?" Tanpa basa-basi lagi Dara bertanya apa sebenarnya tujuan dua laki-laki itu.

Mengapa mereka ingin mengetahui Elna suka sama siapa? Pentingkah untuk mereka mengetahui hal yang Elna simpan sendiri? Bahkan dari dirinya sekalipun. Tidak mungkinkan jika Arga dan Nathan bertanya tanpa ada tujuan yang jelas.

Mengingat keduanya adalah playboy cap badak. Dara menjadi ragu untuk membantu dua pemuda itu. Siapa juga yang bakal tahu jika Elna akan dijadikan mangsa mereka yang selanjutnya? Mereka 'kan buaya kelas kakap.

"Jadi tuh, gini ceritanya, Dar ...."

Arga mulai menceritakan keanehan yang dia rasakan tentang Genta. Nathan pun diam-diam juga merasakan hal yang sama dengannya. Tentang awal Genta berubah seusai melihat Elna berboncengan dengan Sanjaya dari gerbang sekolah. Dan ternyata sampai di rumah, Genta menemukan kedua pemuda-pemudi itu asyik bercengkrama di bawah langit yang mulai berwarna oranye.

Dari situ, Genta tidak berpacaran lagi sampai sekarang. Arga dan Nathan sama-sama saling menyusun rencana — lebih tepatnya ini adalah rencana Arga. Utarakan perasaan pada Elna, dan Genta harus menyaksikannya. Nathan pun berakhir dengan mendapat pukulan gratis dari Genta. Lalu keduanya berpikir bahwa Genta menyukai Elna. Namun asumsi itu belum mereka yakini dengan pasti karena sejauh ini mereka belum penah melihat Genta menyatakan perasaan pada Elna.

Hingga pada akhirnya berita heboh mengenai hubungan Saidan dan Elna meluar menyerbu seisi sekolah. Untung beritanya tidaklah benar. Walaupun tidak benar, Genta malah semakin dibuat galau. Laki-laki berperawakan tinggi besar serta tinggi jangkung itu mendadak berubah menjadi pendiam.

Dengan sedikit paksaan, Nathan pun berhasil membujuk Genta untuk bercerita. Kala kelas kosong dengan suasana sangat senyap, dan Arga entah sedang pergi ke mana. Nathan mencoba memecah hening antar keduanya. Rasanya cukup aneh ketika berada di satu ruangan yang sama dengan teman dekat tetapi malah tidak ada yang berbicara seperti ini.

"Sebenarnya lo lagi ada masalah apa, sih?"

Genta susah payah mengangkat kepala yang dia tenggelamkan di antara dua lipatan tangan di atas meja. Dia menatap malas laki-laki yang duduk di sampingnya. Posisi Nathan bersandar pada dinding sambil memandang penuh ke arahnya.

"Apaan?" Matanya menyipit untuk menghindari sinar matahari yang menyusup melalui beningnya kaca jendela.

"Lo lagi ada masalah? Napa lo jadi berubah gini?"

"Berubah apanya? Gue nggak berubah, sat!" Genta terlihat tidak tertarik dengan topik pembicaraan yang Nathan bawa. Terlihat ketika Genta kembali menyembunyikan kepalanya.

Nathan berdecih dan matanya mengerling. "Lo suka sama Elna, kan? Kenapa lo nggak tembak dia? Malah galau-galauan nggak jelas kayak gini."

Seketika Genta mendongak. Memberi Nathan tatapan sebal. "Lo kira gampang, sat? Susah!"

"Apanya yang susah? Lo kayak baru belajar nembak cewek tahu nggak?"

"Elna beda!" tukasnya. "Dia nggak kayak cewek-cewek yang gue tembak tanpa ada rasa apa pun. Gue benar-benar punya rasa sama dia, Nath. Gue juga nggak mau hancurin persahabatan gue sama Elna cuman karena perasaan gue yang kelewat egois."

Tangan Nathan terulur menepuk bahu Genta. "Bukannya persahabatan lo sama Elna emang udah hancur sekarang?"

To be continue

find me:
instagram: @lailaefna_

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang