20. Kabar Jadian

262 97 12
                                    

Friendship Problems
20. Kabar Jadian

❁ happy reading ❁

"BUKAN gue kok. Kenapa muka lo jadi sedih gitu pas tahu kalau gue yang ngasih?"

Elna menyipitkan mata. Raut wajahnya berubah menjadi judes. "Karena gue tahu lo bohong," ketusnya. Tentu tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

Di lain tempat. Tepat di belakang jendela kelas XII IPS 1. Seseorang sibuk mengamati dua insan itu dengan dua tangan yang terkepal kuat. Tiba-tiba ada dua bayangan manusia di belakangnya memantul melalui kaca jendela.

"Sabar, Ta. Kita tahu lo suka sama Elna." Tangan Arga terangkat dan menepuk bahu kiri Genta.

Nathan juga melakukan hal yang sama. Dia menepuk bahu kanan Genta dan berlanjut merangkul lelaki itu.

Genta melirik sinis ke kanan dan ke kiri. Memandang dua manusia di sampingnya dengn tatapan tidak suka. "Bisa nggak lo berdua nggak ganggu gue dulu?"

"Kita nggak mau ganggu lo. Kita berdua cuman mau ngajakin lo ngerjain soal Sejarah di luar. Pak Amri nggak ada, cuman ngasih tugas."

"Bidadari kelas sebelah yang bohay-bohay lagi olahraga di lapangan," sambung Nathan.

Genta tidak menghiraukan ucapan Nathan. Dia menoleh hingga wajahnya berhadapan dengan Arga. "Tahu dari mana lo kalau Pak Amri nggak ada?"

Arga memutar kepala Genta sampai mata lelaki itu menatap papan tulis. "Tugas. Kerjakan halaman seratus sampai seratus tujuh. Soalnya ditulis di buku tulis dan dikumpulkan!" Bibir Genta menganga setelahnya. "Kerja rodi macam apa lagi ini?"

"Udahlah, yuk!" Nathan menarik Genta. Arga pun mengikuti di belakang mereka. Lantas mengabaikan muda-mudi yang masih berada di taman belakang yang letaknya tepat di belakang kelas mereka.

Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Kelas mereka yang berada di lantai atas semakin memudahkan aksi mereka untuk melihat anak-anak cewek kelas sebelah di lapangan tengah sana, letaknya tepat di depan kelas mereka.

"Bentar lagi, Lira." Tatapan Nathan tak lepas dari seorang perempuan yang tengah mendribel bola basket. Tangan kiri pemuda itu terangkat untuk menyisir rambutnya ke belakang menggunakan sela-sela jari.

Sontak Genta dan Arga saling pandang. Lalu mereka menjatuhan pandangan pada laki-laki yang duduk di antara keduanya. "Tobat lo, tobat ...." Keduanya berucap serempak.

Nathan bergantian memandang Arga dan Genta. "Belum waktunya."

"Nath. Bego lo? Cakepan Wulan di mana-mana kali daripada Lira," celetuk Arga dengan tangan tengah sibuk menyalin soal.

Bolpoin yang tersemat di antara jari telunjuk dan ibu jari Nathan bergerak berulang kali ke kanan dan ke kiri. Tak menyetujui apa yang dikatakan oleh Arga. "Di mana-mana, Lira lebih bohay daripada Wulan." Sepasang matanya masih mengamati gadis bernama Lira. Kemudian kepalanya menggeleng dan dia mengembuskan napas melalui mulut.

Genta menggelengkan kepala. Yang dipikirkan Nathan membuatnya tidak habis pikir. Genta tahu ke mana arah jalan pikiran Nathan tertuju. Semoga saja masih ada sedikit kewarasan dalam pikiran laki-laki itu.

"Ta."

Genta hanya berdeham kala Nathan memanggilnya. Matanya terfokus pada bukunya. Mencoba terlihat tidak tertarik dengan topik pembicaraan kedua manusia di sampingnya. Meskipun kenyataannya, gendang telinganya tetap mendengarkan percakapan mereka. Dan menyimak dengan saksama.

"Lo beneran nggak mau nyari pacar lagi?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari Lira.

Genta menggeleng.

"Lo kenapa sih, anjir?" Arga ganti bertanya.

"Kenapa gimana?"

"Kenapa mendadak lo nggak doyan cewek?"

Mata Genta memicing dan menghuyungkan badan sedikit ke belakang. Tangannya terulur melewati badan Nathan. Sedikit menggeser tubuh ke kanan untuk menjangkau Arga. Selepas Arga terjangkau, dia menoyor kepala lelaki itu hingga Arga mengaduh.

"Lo kira gue melenceng, sat?" umpatnya.

Arga yang tak terima pun melakukan hal yang sama pada Genta. Genta membalasnya lagi. Aksi saling toyor berhasil membuat Nathan yang sibuk memperhatikan Lira menjadi terganggu fokusnya.

"Woi! Elna lewat sama Saidan tuh." Nathan menghentikan pertikaian antara Genta dan Arga.

Genta pun menegakkan tubuh. Benar sekali, di bawah sana tepat di pinggir lapangan yang digunakan anak kelas sebelah olahraga. Elna dan Saidan berjalan berduaan dengan santai. Mengabaikan keberadaan anak-anak kelas sebelah yang memandang mereka dengan cengo.

Bayangkan saja jika cowok tampan berjalan dengan cewek cantik. Yakin seribu yakin, pasti bakal ada gosip yang melenceng setelah ini. Apalagi banyak orang juga tahu jika Saidan pernah menyatakan perasaan pada Elna. Melihat keduanya jalan bersama sepertinya dapat membuat warga Brawijaya geger.

Benar sekali. Esok hari SMA Brawijaya digemparkan kabar bahwa Saidan berhasil menaklukkan hati Elna, gadis yang notabenenya susah buat diajak menjalin hubungan. Bayangkan, banyak hati laki-laki yang patah karena gadis itu menolak pernyataan cinta mereka. Namun, tak sedikit pula yang menganggap bahwa kabar ini hanyalah sebuah kebohongan. Ayolah, mereka hanya berjalan bersama melewati lapangan tengah. Ingin berjalan berdua 'kan tidak harus memiliki hubungan sebagai pacar.

"Na? lo beneran jadian sama Saidan?"

"Kok bisa jadian? Potek dong gue."

"Anjrit, Saidan nikung gue!"

"Pajak jadian dong."

"Taman belakang jadi saksi bisu."

Yang benar saja. Baru saja Elna datang ke sekolah. Saat melewati koridor, dia langsung ditodong berbagai macam suara yang sangat memusingkan dari beberapa orang yang berdiri di sana. Rambutnya yang sengaja dia gerai ternyata ada gunanya juga. Elna menarik rambutnya yang berada di bagian depan tubuhnya untuk menutupi wajahnya hingga sampai di dalam kelas.

Dia kira ujian hidupnya sudah usai. Elna pun berani mengembuskan napasnya lega. Namun sayangnya, semua berjalan tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Saat dia melangkahkan kaki masuk ke kelas. Dia sudah disambut anak-anak perempuan kelasnya. Dara pun ikut menyambutnya, lihat, bahkan si anak yang kerap terlambat kini datang lebih pagi lagi dibanding Elna. Mereka mempertanyakan hal yang sama untuk mengonfirmasi apakah berita yang baru saja beredar itu benar atau tidak.

"Nggak. Gue nggak jadian kok!"

Setelah Elna buka mulut. Kabar pun perlahan mulai raib. Saidan juga membantu Elna berbicara bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Saidan pun terpaksa berbohong dan berbicara pada banyak orang bahwa mereka berdua hanya membicarakan tentang permainan catur. Tentang siapa pemain catur dunia terbaik saat ini untuk mengisi Teka-Teki silang yang Elna kerjakan. Karena kata Elna, kuotanya sedang habis dan dia sedang tidak ingin beli. Uangnya ingin dia belikan untuk sesuatu hal lain.

Sebulan setelahnya, kabar Saidan berpacaran dengan Elna itu pun sudah benar-benar menghilang dan tidak pernah lagi terdengar. Elna benar-benar bersyukur atas hilangnya kabar itu. Bayangkan, sebelum kabar itu menghilang. Dia kerap ditodong berbagai macam pertanyaan hingga seminggu setelahnya.

To be continue

Vote sama komen gak lu? /(ò.ó)┛

find me:
instagram: @lailaefna_

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang