23. Sulit Percaya

232 91 19
                                    

Friendship Problems
23. Sulit Percaya

Capek deh ngetik follow, vote, komen. Pasti kalian udah hafal.

Dahlah.

Let's read!

***

DODIT meletakkan buku yang dia pegang di atas meja. "A-a-aku nggak bohong. Sumpah." Lalu dia menatap Dara sedikit agak takut. Jari telunjuk dan jari tengah laki-laki itu mengacung di udara. Lalu dia mengalihkan pandangan untuk menatap Elna. "Serius, Na. Aku nggak bohong."

"Kok lo bisa tahu kalau Pak Ratman yang ngasih? Emang lo lihat, Dit?" Eln berusaha tenang. Meskipun di dalam otaknya dirinya memikirkan banyak hal yang tidak-tidak. Bayangkan saja, seorang tukang kebun memberinya origamu setiap hari, dengan hari libur yang juga dihitung. Apalagi origami keempat yang isi tulisannya masih terngiang jelas di otak Elna.

Makasih udah bikin gue jatuh cinta.

Pak Ratman sudah punya istri dan dua orang anak yang menempuh pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Dirinya tidak ingin disebut dengan sebutan pelakor. Elna tahu dirinya cantik, tapi tidak begini juga.

"Waktu itu aku berangkat sekolah lebih dulu dibanding Pak ratman. Otomatis aku masih nunggu Pak Ratman buat buka pintu. Biasanya Pak Ratman cuman buka pintu aja terus pergi. Tapi hari itu, Pak Ratman masuk ke kelas kita. Aku awalnya nggak curiga. Cuman mikir, dia tukang kebun, mungkin dia mau meriksa sesuatu." Dodit memberi jeda pada ucapannya. Kemudian menarik napas untuk mengisi pasokan udara.

"Terus gimana, Dit?" Elna semakin penasaran dengan kelanjutannya.

"Dia ngelirik ke arah aku yang lagi baca buku. Kayak lagi mastiin kalau aku nggak lagi lihat dia. Terus dia ke bangku kamu dan naruh sesuatu di sana. Habis Pak Ratman pergi, aku cek, dan ternyata cuman ada satu origami. Ya awalnya kupikir itu origami milik kamu."

"Aku nggak sengaja berangkat pagi lagi besoknya dan lihat Pak Ratman masuk lagi ke kelas kita. Ada origami lagi di laci kamu, tapi nggak cuman satu. Hari berikutnya aku sengaja berangkat pagi lagi. Dan, yang kulihat masih sama. Seminggu aku sengaja berangkat pagi demi mastiin benar Pak Ratman atau bukan. Tapi beneran dia, Na. Beneran Pak Ratman."

"Wait. Ngapain lo berangkat pagi demi mastiin Pak Ratman atau bukan?" Dara angkat bicara. Yang sedang dipikirkan di dalam otaknya yang terisi penuh dengan adegan-adegan drama Korea itu hanyalah, mengapa laki-laki itu mau repot-repot melakukan itu semua?

"Aku cuman takut kalau seandainya Pak Ratman ngasih sesuatu yang berbahaya. Aku saksi satu-satunya yang datang ke kelas sepagi itu. Jadi kalau ada hal yang nggak diinginkan terjadi. Kemungkinan aku bakal merasa bersalah kalau aku nggak bisa bersaksi karena bukti yang kukumpulin nggak cukup kuat."

Dara mengangguk mengerti. Apa yang dikatakan Dodit dapat membuatnya percaya. "Eh, lagian lo kenapa sih hobi banget berangkat pagi? Sampai tukang kebun aja kalah cepat sama lo?" Rasa penasaran di benaknya berhasil menuntunnya untuk mengutarakan pertanyaan tersebut.

"Aku nggak betah di rumah."

"Loh, kenapa Dit?" tanya Elna. Dia juga menjadi ingin tahu.

"Ayah sama Ibuku sering berantem di rumah. Siapa sih anak yang betah dengar suara orang tuanya saling maki?" Dodit terlihat tersenyum pahit. Kekosongan hatinya menyalur pada sepasang matanya hingga membuat tatapan lelaki itu menjadi kosong.

"Maaf, Dit. Kami nggak bermaksud buat lo jadi sedih."

Dodit langsung tersadar akan aksi melankolisnya. "Eh, nggak, Na. Nggak papa. Aku cuman kebawa aja." Dodit membenarkan posisi kacamatanya lagi.

"Btw, makasih ya."

Dodit pun mengangguki ucapan Elna. Dua gadis itu berpamitan pergi padanya. Dia mengangguk lalu tersenyum manis. Senang sekali bisa membantu orang lain. Senang sekali dirinya bisa menjadi berguna.

***

"JADI, rencana lo gimana, Na?" tanya Dara sambil menyeruput es teh manisnya.

Jika ditanya di mana keberadaan keduanya sekarang. Maka jawabannya adalah, mereka sedang berada di kantin sekolah. Dara mengajak Elna ke kantin karena dirinya kehausan. Sedikit berbicara dengan Dodit berhasil membuatnya menjadi haus.

"Lo percaya sama apa yang dibilang Dodit?"

Jelas Dara mengangguk. Dia 'kan memang percaya dengan apa yang dikatakan Dodit. "Percaya, lah. Cowok yang modelannya kayak Dodit nggak mungkin bohong."

"Gue nggak percaya. Siapa tahu Dodit cuman ngarang cerita. Lagian nama Pak Ratman 'kan awalannya huruf R bukan huruf S." Elna tetap menyangkal. Dia masih setengah tidak mempercayai apa yang dikatakan Dodit tadi di dalam kelas. Masak iya sih Pak Ratman? Kan nggak mungkin. Beliau 'kan sudah punya istri dan punya anak. Jika beliau masih lajang, ada kemungkinan Elna akan percaya sepenuhnya dengan ucapan Dodit. Ya walaupun setengah dari akal sehatnya akan tetap menolak mentah-mentah.

Dia mengerlingkan matanya kesal. Lalu menghentikan aksi menyeruput minumannya. Elna ini sebenarnya kenapa? Apakah dia menolak kenyataan jika yang memberinya origami adalah Pak Ratman? Wajar saja, jika dia sendiri yang mengalaminya. Dirinya juga akan susah untuk mempercayai ini semua. "Na, nama lengkapnya Pak Ratman 'kan Suratman. Gue tahu, Na. Lo pasti susah mau percaya ini semua. Gue kalau di posisi lo juga nggak bakal percaya sama Dodit. Tapi mau gimana lagi, Na? Dodit kayaknya emang nggak bohong tuh."

"Gue masih nggak percaya!" kekeh Elna. Tangan kanannya terulur untuk mendekatkan es lemon ke arahnya. Meremas pegangan gelas dengan kuat sambil menyedot airnya dengan terburu-buru. Tidak butuh waktu lama untuk Elna menghabiskan minumannya. Dia meninggalkan gelasnya kala air di dalam gelas itu habis. Hanya menyisakan beberapa es batu serta gula yang masih tertinggal.

"Terus lo mau gimana?" Dara memandang Elna lekat. Menanti rencana apa yang akan dilakukan Elna selanjutnya.

"Gue bakal nyari Pak Ratman," ucapnya final. "Gue yakin pasti ada yang nyuruh Pak Ratman." Entah terlalu tidak percaya dengan fakta atau bagaimana. Namun firasatnya mengatakan demikian. Bukan Pak Ratman orangnya. Pasti ada seseorang di balik layar yang menyuruh Pak Ratman.

"Sekarang?" Dara bertanya sambil memilin sedotannya. Bibirnya mengerucut untuk kembali menyambar ujung sedotan. Menyedot pelan hingga dia merasakan manisnya air es teh membasahi kerongkongannya. Meninggalkan sensasi dingin selama beberapa saat.

"Besok."

To be continue

find me:
instagram: @lailaefna_

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang