05. Kabar

470 167 21
                                    

Friendship Problems
05. Kabar

SUASANA di dalam kelas Elna sudah ramai. Mungkin karena langit dipenuhi dengan mendung, teman-temannya menjadi berangkat sekolah lebih awal. Namun Elna tidak mempermasalahkan soal teman-temannya yang berangkat sekolah pagi-pagi, melainkan Dara. Gadis yang suka berangkat sekolah mepet jam masuk itu pagi ini sudah duduk manis di bangkunya. Ini rekor terbarunya karena berangkat lebih dulu dibanding Elna.

Berdiri di ambang pintu dengan disuguhi suasana berisik memanglah menjadi hal biasa untuk Elna. Namun melihat penampakan Dara yang sudah duduk di bangkunya membuat Elna sedikit terkejut.

Sepasang mata Elna melirik ke arah jam dinding yang letaknya segaris dengan titik kesimetrisan papan tulis. Jarum jam menunjuk pukul 06.37 WIB. Elna mengembuskan napasnya pelan. Lalu dia melangkahkan kaki menuju bangku yang biasa ditempatinya. Bangku itu terletak di barisan kedua dari depan dan di deret kedua dari samping kiri.

Tanpa menyapa terlebih dahulu. Elna langsung bertanya, "Tumben lo udah datang?" Elna menyunggingkan senyum lalu tertawa kecil.

Dara menghela napas. Matanya mengerling beberapa detik kemudian. "Mendung. Jadi Mama nyuruh gue cepat-cepat berangkat. Takut kehujanan katanya."

Elna menertawainya. Gadis itu melepaskan tas yang tadinya berada di punggung. Meletakkan pada kursi tempat duduk miliknya. Dia masih setia berdiri dan belum berniat mendudukkan diri.

Hawa dingin tiba-tiba menusuk sampai tulang-tulang. Membuat Elna menggosok lengan bawahnya yang terbuka, tidak tertutup kain karena baju seragam sekolahnya hanya mampu menutupi lengan atasnya. Di sekolah ini memang memiliki aturan yang menyebutkan; dilarang memakai jaket ketika masuk di area sekolah, lebih baik memakai jas almamater.

Suara bising khas sebelum hujan deras turun merasuk melalui gendang telinga. Elna hafal betul dengan suara seperti ini. Dia mengira hujan deras akan datang sebentar lagi, dan benar sekali dugaannya. Tiba-tiba air hujan turun dengan begitu derasnya. Menghujami atap-atap sekolahnya, menimbulkan suara keras gemericik air yang jatuh di atas genting.

"Untung udah sampai sekolah."

Suara rasa syukur yang terdengar di telinga Elna membuat dia menoleh. Melihat ke ambang pintu. Menilik siapa pemilik suara yang bersyukur atas sesampainya dia ke sekolah dalam keadaan tidak kehujanan.

Satya, laki-laki yang juga masuk dalam kategori pernah menyatakan cinta pada Elna dan tentu saja berujung penolakan, mendesah lega sembari mengelus dadanya. Rambutnya terlihat mengerikan. Namun beberapa detik kemudian laki-laki itu menyisir rambutnya menggunakan sela-sela jari. Dia pun kembali tampan.

Elna segera mengalihkan pandangan sebelum dia tertangkap basah oleh Satya karena telah mengamati laki-laki itu secara terang-terangan.

"Na, lo tahu nggak?"

"Apaan?" Elna terlihat penasaran dengan apa yang akan diinfokan Dara hari ini.

"Duduk dulu," katanya.

"Oke, deh." Elna mendesah pasrah. Lalu dia menyeret kakinya untuk duduk di kursi yang dia tempati.

"Genta."

Hanya satu kata yang Dara sebut dalam ucapannya. Berhasil membuat Elna penasaran. Sesekali Elna menyembunyikan anak rambutnya di belakang telinga. Mengamati Dara dengan sungguh-sungguh.

"Genta kenapa?" tanya Elna penasaran. Bahkan dia memajukan wajahnya sedikit untuk memandang wajah Dara dari dekat.

"Dia ...." Dara sengaja menggantung ucapannya. Dirinya ingin melihat reaksi apa yang akan Elna keluarkan.

Friendship Problems [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang