EPILOG

1.8K 180 30
                                    

***

Delapan belas bulan sejak ditangkapnya Menteri Park atas tuduhan pembunuhan kepada seorang Reporter– alias dua tahun setelah kematian Repoter Han Lisa– Jiyong kembali mengunjungi makam gadis itu. Lagi, pria itu meminta maaf karena Lisa harus kehilangan nyawanya saat tengah berusaha membantunya. Meski orang-orang bilang kalau misi itu tidak hanya untuk Jiyong, namun juga untuk tim kantor berita, Jiyong tetap menyalahkan dirinya sendiri.

"Kalau kau terus menyalahkan dirimu sendiri, kurasa aku dan tim ku yang bahagia karena naik jabatan setelah menyelesaikan misi Menteri Park ini patut disumpahi," komentar Simon, yang sebelumnya terkejut melihat Lisa di sana.

Jiyong membungkuk menyapa pria itu. Ia masih berfikir kalau Simon adalah kekasih Lisa, hanya karena Simon menjadi kepala pelayat dua tahun lalu. Rasa bersalahnya pada Simon membuat pria itu merasa tidak pantas untuk menatapnya. Rasa percaya diri yang sebelumnya selalu ia banggakan, menghilang begitu saja di depan Simon.

"Maafkan aku-"

"Augh! Berhentilah meminta maaf," potong Simon. Pria itu tidak datang ke sana untuk mengenang Lisa. Pria itu justru datang karena ingin mengambil sesuatu yang Lisa taruh di guci abunya– sebuah petunjuk untuk misi mereka berikutnya. "Bergembira lah karena sudah mendapatkan apa yang kau inginkan... Melajang, bagaimana rasanya? Cocok denganmu?"

Jiyong mengangguk menjawab pertanyaan Simon. Melajang selama dua tahun terakhir ini cocok untuknya, sebab ia masih terlalu takut bertemu seorang wanita seperti Jiyeon, ia khawatir membuat wanita baik-baik menjadi mengerikan seperti apa yang terjadi pada Jiyeon. Menikmati hidupnya sendiri, menggeluti hobinya, masih terasa menyenangkan untuknya. Masih terasa menghibur meski sesekali ia mengingat Lisa yang pergi terlalu jauh.

"Ah... Apa kebetulan kau tahu apa yang terjadi pada Park Jiyeon dan Ten Lee? Selain dirimu mereka juga menangis sangat kencang di upacara pemakaman Lisa..."

"Jiyeon? Dia datang ke pemakaman?"

"Ya," angguk Simon. "Dia datang di malam pertama, menangis, mengatakan kalau ia tidak bermaksud membunuh. Dia menangis dan meminta Lisa untuk berhenti mengikutinya," cerita Simon.

"Uhm... Jiyeon di bebaskan karena Menteri Park mengakui kalau pembakaran villa itu idenya, karena hakim juga menganggap mental Jiyeon tidak benar-benar sehat. Sekarang, yang ku tahu, Jiyeon berdua tinggal di gunung Jiri bersama ibunya. Memulihkan keadaannya di sana. Kalau Ten, terakhir menemuiku dia sudah memangkas habis rambutnya, dia bilang dia ingin bertaubat di kuil. Aku tidak tahu kuil yang mana karena dia tidak pernah lagi menemuiku," cerita Jiyong, membuat Simon menganggukan kepalanya– meski sebenarnya Ten ada di penjara, bukan di kuil. "Tapi... Semua yang diberitakan tentang Menteri Park, itu sungguhan? Maksudku korupsi, perselingkuhan, pembunuhan, semuanya?"

"Hm... Kurasa begitu, hakim di persidangannya mengatakan begitu," ucap Simon yang kemudian memberi salam pada guci abu kosong di depannya, lantas berpamitan pada Jiyong untuk pergi lebih dulu.

Simon melangkah menjauhi Jiyong, namun belum jauh pria itu melangkah, kakinya berhenti. Di ujung lorong rumah abu itu, gadis yang ia kenal berdiri di sana. Gadis mengerikan yang datang ke pemakaman dengan wajah plastik, kini muncul dengan wajah plastik yang sama.

"Nenek! Sepertinya anda tidak bertambah tua?" ucap Simon, menghampiri wanita berwajah karet yang memakai pakaian petugas kebersihan. "Apa misimu kali ini? Korupsi di rumah abu?" tebak Simon, begitu mereka berdiri berhadap-hadapan.

"White night fondation," bisik Lisa. "Percobaan ilmiah ke manusia. Tapi kenapa kau terus membawanya kesini? Kau menyuruhnya mengawasiku?"

"Ah... Sekretaris presiden terlibat? Kalau begitu misi kita berhubungan? Wah... Ini sama saja dengan menambah personil tim, bukan memecah tim," gumam Simon yang diangkat menjadi seorang ketua tim setelah kematian kekasih palsunya. "Ku pikir kau mencari ibumu," gumam Simon.

"Aku menemukannya," tenang Lisa. "Di penjara. Bukan mati di daerah konflik, bukan menghilang lalu menghubungi ayah kandungku untuk melindungiku. Tapi tertangkap oleh ayah kandungku dan di penjara seumur hidup, dia terlibat dalam penelitan manusia ini, dia sudah membunuh banyak sekali anak-anak malang. Kenyataannya mengerikan, karena itu ayahku tidak ingin aku mencarinya. Ah! Oppa- maksudku anak muda, kau tidak memberitahu Hyunjin dan Jiwon oppa kalau aku berpamitan, ya? Augh... Kau membuatku terlihat jahat."

"Untuk apa berpamitan? Toh kalian kembali jadi satu tim lagi... Hanya aku yang di buang- uhm... Maksudku dibuatkan tim sendiri," balas Simon, yang kemudian menoleh lagi pada Jiyong di depan guci abu Repoter Han. Sekali lagi, Simon bertanya, apakah Lisa tidak ingin menemui pria itu? Setidaknya membuat pria itu berhenti merasa bersalah. Kasihan melihat Jiyong yang terus datang ke rumah abu itu karena rasa bersalahnya.

"Nanti, setelah dia melupakanku."

***

Can't SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang