***
Sebenarnya sepele, Jiyeon membenci Jiyong setelah melihat pria itu bersama Jisoo. Bukan hanya Jisoo yang ia benci, ia pun membenci Jiyong sama besar seperti rasa bencinya pada Jisoo. Karenanya ia melukai Jisoo, ia harap dengan begitu Jiyong juga akan terluka– setidaknya begitu kalau Jiyong benar-benar mencintai Jisoo. Jiyeon pikir ia berhasil, namun tidak lama setelahnya, Jiyong berselingkuh dengan gadis lain yang bahkan lebih tidak tahu malu dibanding Jisoo.
Kebenciannya menumpuk bersama penyesalan. Jiyeon menyesal karena memilih Jiyong sebagai calon suaminya. Jiyeon menyesal karena sempat mencintai Jiyong dengan sepenuh hatinya. Alih-alih merasa rendah, alih-alih merasa kurang memuaskan Jiyong, Jiyeon justru merasa bodoh karena pernah mencintai pria berengsek itu. Lantas, setelah ia merasa begitu bodoh sebab mempercayai bahkan mencintai Jiyong, Jiyeon tidak ingin orang-orang tahu tentang kebodohannya– seperti seorang korban penipuan.
Jiyeon merasa, harga dirinya akan semakin terluka kalau sampai ia mendengar orangtuanya mengatakan– "apa aku bilang? Pria yang ingin kau nikahi itu payah, sama sekali tidak pantas, seleramu benar-benar buruk."
Lantas, perasaan yang sama juga terjadi pada Jiyong. Walau sebenarnya, justru Jiyeon lah yang pertama kali kehilangan rasa cintanya pada Jiyong. Mungkin tanpa sadar Jiyong menyadari hilangnya cinta itu, karenanya ia merasa Jiyeon tidak lagi seperti gadis yang dicintainya. Manusia terus berubah, mereka terus merespon apapun yang terjadi di depan mereka. Kita bisa mengetahui segalanya, kecuali isi hati seseorang, sebab hati adalah bagian yang pertama kali berubah.
Belum lewat dua puluh empat jam setelah pembicaraan terakhir mereka, Jiyong kembali menghubungi Lisa. Kali ini pria itu mengajak Lisa bertemu di gedung YG. Alasannya sederhana, Jiyong ingin menemui Lisa ditempat yang sulit Jiyeon jangkau. Pertama karena Jiyeon tidak bisa menaruh penyadap apapun di YG, kedua karena Jiyeon juga tidak bisa datang lalu mengamuk di sana dan jadi tontonan orang-orang di agensi.
Saat datang, semua mata menatap Jiyong yang menjemput Lisa di tempat parkir. Mereka penasaran mengenai hubungan Jiyong juga Lisa yang tidak berjalan berdampingan– Jiyong berjalan di depan Lisa, seolah tengah menuntun gadis itu menuju tempat yang mereka tuju. Orang-orang itu juga penasaran sebab luka yang ada di dahi serta tangan Jiyong.
"Ada apa dengan tangan dan dahimu?" tanya Lisa, langsung setelah mereka masuk ke sebuah studio rekaman kosong.
"Kurasa ucapanmu tidak benar," balas Jiyong yang kini mengambil duduk di sebuah kursi beroda, sedang Lisa memilih untuk duduk di sofa. "Kemarin aku bertanya padanya. Kau akan membuat Lisa jadi seperti Jisoo, atau ingin membuatku jadi seperti Jisoo. Aku bilang, dia boleh melukaiku, dia bisa melakukan apapun padaku asal pernikahan kami dibatalkan. Tapi dia justru mengamuk. Dia terlihat begitu marah, melempar barang-barang kemudian mencoba melukai dirinya sendiri. Dia bertanya padaku, kalau dia dan kau mati, siapa yang akan kutangisi. Lalu dia mencoba melukai dirinya sendiri. Luka ini ku dapatkan saat mencoba mencegahnya menusuk perutnya sendiri," cerita Jiyong yang diakhiri dengan kesimpulan kalau Jiyeon akan melukai Lisa, bukan melukainya seperti asumsi yang Lisa bicarakan kemarin.
Lisa menganggukkan kepalanya. Bukan karena ia mempercayai penilaian Jiyong, namun justru karena ia tidak ingin Jiyong terluka seperti kemarin. Mungkin Jiyong tidak mencintai Jiyeon lagi, namun mengetahui kalau Jiyeon juga tidak mencintainya lagi– bahkan sampai ingin melukainya– membuat Jiyong merasa buruk. Itu kenyataan yang membuat Jiyong penasaran namun juga membuat pria itu tidak ingin tahu. Penolakan, serta kenyataan kalau ia tidak disukai, punya bagian tersendiri dalam rasa sedih.
Namun yang lebih penting– hal yang membuat Jiyong yakin kalau Lisa adalah sasarannya– adalah kedatangan Ten beberapa jam setelahnya. Malam harinya setelah pertengkaran antara Jiyong dan Jiyeon, Ten kembali ke apartemen Jiyong, menemui pria itu kemudian meminta Jiyong untuk menghentikan segalanya. "Ten menyuruhku membatalkan pernikahan kami dengan sederhana– sesuatu yang selama ini ku hindari– dia memintaku memberitahu orangtua kami, memberitahu publik kalau aku membatalkan pernikahan kami. Katanya, kalau aku terus melanjutkan permainan ini, hanya karena aku takut nama baikku hancur, Jiyeon mungkin bisa membunuhmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Sleep
FanfictionCome to my play room. Have a party with friends! Win your jackpot! ALL-IN 397-5 121-220! The wildest texas hold'em poker.