***
Lisa melangkah masuk ke dalam gedung yayasan kesenian. Dengan tanda pengenalnya sebagai reporter yang akan meliput tentang orkestra tahun depan. Ia sengaja mengambil pekerjaan itu untuk mendekati Park Jiyeon– keponakan yang sering ditemui targetnya.
"Haruskah aku memakai Jiyong lagi, saja? Aku bisa membujuknya untuk membiarkanku meliput tentang persiapan pernikahan mereka," gumam Lisa, kepada seorang pria yang berdiri di sebelahnya– Simon. Hari ini, pria itu berperan sebagai camera-man yang menemani Lisa.
"G Dragon dan dunianya terlalu berisik." Simon menjawab dengan sangat singkat, hampir bersamaan dengan seseorang yang tidak sengaja menabraknya.
"Ah maaf," singkat gadis itu, sambil lalu. Ia tetap berjalan melewati Simon dan Lisa kemudian pergi keluar melewati pintu utama.
"Oh? Dia temanku," gumam Lisa, sembari menoleh untuk melihat gadis yang pergi tanpa menyadari kehadirannya itu. "Kim Jisoo, teman sekolahku dulu. Dulu dia dirundung, Jiyong juga, Yongbae juga. Lalu aku dan kebaikanku-"
"Sebenarnya aku tidak peduli," potong Simon membuat Lisa berdecak kesal karenanya. Kini, mereka tiba di depan dua buah pintu. Mereka ada di lorong, diantara ruang latihan dan sebuah auditorium. Rencananya mereka akan masuk ke auditorium, sesuai janji yang Lisa buat dengan Maestro orkestra itu melalui pihak yayasan, namun dari ruang latihan di sebelah kanan, suara teriakan seorang gadis menarik perhatian mereka.
"Tolong aku," suara gadis itu membuat Lisa juga Simon saling bertatapan, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Simon adalah orang yang membuka pintu ruang latihannya, namun Lisa yang pertama kali melihat Jiyeon di sana.
Jiyeon duduk di lantai, bersimpuh di atas lantai dengan leher yang berdarah. Di atas lantai yang sama, beberapa bercak darah tercecer, sebuah biola juga alat penggeseknya. Sepintas, Lisa bisa menilai kalau alat penggesek biola itu yang melukai Jiyeon.
"Akan ku panggil ambulance," cepat Lisa, bersamaan dengan Simon yang bergegas melihat keadaan Jiyeon. Tepat begitu Simon berlutut, hendak melihat keadaan Jiyeon, gadis itu pingsan.
Melihat Jiyeon pingsan, membuat Simon menoleh pada Lisa, bertukar tatap seolah mereka bisa berbincang melalui tatapan itu. Situasinya terlalu mencurigakan, jadi Lisa membatalkan panggilannya. Gadis itu melangkah mundur, bersama dengan Simon yang juga melangkah mundur setelah mengambil beberapa foto.
Ditengah aktivitas Simon mengambil gambar, seorang pria keluar dari ruang auditorium– Maestro orkestra yang akan Lisa wawancarai. Pria itu melihat Simon dan Lisa yang tengah berdiri, mengambil gambar kemudian langsung bereaksi– terkejut sebab melihat Jiyeon jatuh dan pingsan di lantai. Kini si Maestro yang memanggil bantuan, berteriak agar orang-orang keluar dan ikut membantu Jiyeon kemudian memarahi dua reporter yang datang. "Apa yang kalian lakukan disini?! Mencari berita disaat ada seseorang yang sekarat?! Dasar reporter sampah!" marah Maestro itu, membuat Lisa maupun Simon tidak bisa melarikan diri dari sana. Bahkan setelahnya, sang Maestro mengambil kamera Simon dan membantingnya– seolah dengan begitu foto-foto Jiyeon bisa lenyap dari sana.
Kekacauan terjadi setidaknya tiga puluh menit, dan selama itu juga, Jisoo tidak kembali bahkan setelah sebuah ambulance membawa Jiyeon pergi. "Aku akan mengikutinya ke rumah sakit dan oppa cari tahu apa yang terjadi di sini. Siapa tahu kita menemukan siapa yang ingin melukainya," bisik Lisa, bergegas pergi menuju tempat parkir– dimana motornya di simpan. "Pulang lah naik taksi," suruh Lisa sembari setengah berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Sleep
FanfictionCome to my play room. Have a party with friends! Win your jackpot! ALL-IN 397-5 121-220! The wildest texas hold'em poker.