***
Keesokan malamnya, dalam perjalanan menuju villa setelah Jiyong menjemput Lisa di depan gedung apartemen tempatnya tinggal. Beralasan kalau Lisa khawatir fans akan mengenali mobil Jiyong di villa nanti, setibanya Jiyong di depan apartemennya, Lisa meminta Jiyong menukar mobilnya dengan sebuah mobil dari tempat penyewaan. Mereka mengganti mobil mewah Jiyong dengan sebuah mobil sewaan, kemudian berangkat ke villa setelah meminta manager sang bintang mengambil mobil Jiyong ditempat penyewaan.
Dalam perjalanan itu, Lisa memberitahu Jiyong kalau semalam ia bertemu dengan Ten di villa. "Kurasa dia tidak mengenaliku. Dia datang bersama seorang tukang pukul. Kami berkelahi dan aku pergi dari sana, sebelum dia mengenaliku," cerita Lisa, tentu membuat Jiyong langsung bertanya apakah Lisa terluka.
Lisa memberitahu Jiyong tentang beberapa memar di tubuhnya dan Jiyong meminta maaf atas semua pengorbanan itu. "Jangan meremehkanku," balas Lisa, alih-alih senang karena permintaan maaf dan ucapan terimakasih Jiyong. "Wajar kalau seorang agen bisa berkelahi. Bahkan mereka yang duduk di balik komputer dengan kacamata tebal dan tubuh yang kelihatannya lemah pun bisa berkelahi. Kami harus bisa berkelahi untuk ada dalam pekerjaan ini. Justru aneh kalau kami tidak bisa melakukannya. Jadi jangan meminta maaf dan menyebut apa yang ku lakukan ini pengorbanan. Aku tidak berkorban. Oppa informanku dan itu alasanku membantumu keluar dari dunia Park Jiyeon. Pekerjaan membuatku harus menjaga informanku. Aku lebih suka dianggap profesional daripada dianggap baik hati. Jadi jangan terlalu berlebihan dalam menilaiku," jelas Lisa yang entah kenapa justru membuat Jiyong merasa sedikit buruk. Rasanya seperti di tolak bahkan sebelum ia bisa menyatakan perasaannya.
Namun seolah bisa membaca pikiran Jiyong hanya dengan melihat ekspresinya, Lisa menutup mulutnya. Lisa ingin mengatakan pada Jiyong kalau perasaan yang pria itu miliki sekarang hanyalah sebuah ilusi samar. Hatimu terluka karena Jiyeon. Kau lelah dan ingin melarikan diri dari wanita itu. Tapi kau terlalu lemah, jiwamu terlalu ragu untuk berkelana sendirian. Dan di saat itu aku datang, jadi hatimu sedikit bingung. Kalau kau bertanya, apakah kau menyukaiku? Apakah kau jatuh cinta padaku setelah semua ini? Apakah kau mencintaiku? Maka aku akan mengatakan tidak sebagai jawabannya. Kau hanya terbawa suasana– ucap Lisa dalam hatinya, berharap Jiyong dapat mendengar itu meski mustahil untuk melakukannya.
"Aku belum tahu apa yang Ten lakukan di villa. Mungkin memasang jebakan karena ia tidak datang sendirian. Mungkin juga dia memasang alat penyadap atau kamera tersembunyi. Tapi jangan khawatir, seorang rekanku akan mengurusnya. Mereka bisa menonton dari alat penyadap dan kamera tersembunyi itu, tapi tidak akan bisa menyebarkannya. Jaringan di sekitar villa terbatas. Bahkan handphonemu tidak akan mendapatkan sinyal di sana. Kalau oppa butuh menghubungi seseorang, oppa bisa memakai jaringan dari handphoneku."
"Kalau mereka tidak memakai wifi tapi menyimpannya di memori?" tanya Jiyong dan Lisa menoleh pada pria itu.
"Kurasa kartu memorinya tidak akan bisa pergi dari villa itu," jawab Lisa, yang kemudian mengatakan kalau villa itu akan dibakar. "Aku sendiri yang akan membakarnya, atau mungkin Jiyeon yang akan melakukannya. Saat Ten datang, aku mencium aroma minyak dari bagasinya. Dari aromanya, mungkin dua jerigen. Karena villanya memang di disain untuk di hancurkan, minyak sebanyak itu cukup untuk membakarnya. Tapi karena ada banyak kayu di sana, kurasa apinya akan sulit di padamkan. Jangan khawatir. Di kamar utama, ada sebuah lemari pakaian yang terlihat seperti lemari biasa. Dari luar itu memang lemari, ada handuk dan bathrobe di sana, tapi kalau papan kayu di bagian lantainya di angkat, kau akan melihat sebuah pintu menuju ruang bawah tanah. Mirip bunker jadi kita akan aman di sana, selama kebakaran terjadi, kita bisa keluar setelah apinya padam dan pulang ke rumah tanpa terluka atau kelaparan. Masalahnya hanya udara, tapi jangan khawatir, aku dilatih untuk bertahan hidup sebelum mulai bekerja, aku tidak akan membiarkan oppa terluka," tuturnya yang kemudian mengatakan kalau Jiyong boleh melakukan apapun selama mereka berada di villa.
Lisa menoleransi sentuh, kemesraan bahkan ciuman selama mereka berada di villa. Lisa menoleransi semuanya namun ia tidak bisa melepaskan pakaiannya. Ten akan mengenalinya kalau ia melepaskan pakaiannya, sebab semalam tubuhnya memar karena berkelahi dengan pria itu.
"Apa? Kenapa aku harus melepaskan pakaian- tunggu! Maksudmu kita akan... Uhm... Melakukan itu?"
"Apa yang pasangan kekasih lakukan saat liburan berdua di villa? Aku tidak bisa menjamin apa yang ditaruh Ten di villa, mungkin kamera pengawas atau alat penyadap. Jiyeon bisa saja menonton selama kita berada di villa. Kita harus seperti pasangan kekasih sungguhan kan?"
"Kita bisa melakukan yang lain..." balas Jiyong, sedikit canggung kemudian tersedak ludahnya sendiri saat Lisa mengatakan kalau ia tidak keberatan berbagai malam yang panas dengan G Dragon.
"Kapan lagi aku bisa berkencan dengan seorang bintang besar? Aku tidak pernah berkencan dengan seorang bintang sepertimu. Apalagi pergi berlibur dengan member boyband. Orang terkenal. Jadi lakukan saja apa yang biasa kau lakukan saat berkencan, aku akan mengikuti alurnya."
"Kau membuatku terdengar berengsek," komentar Jiyong membuat Lisa langsung merevisi ucapannya. Ia tidak bermaksud mengatakan itu. Lisa hanya ingin menekankan kalau Jiyong tidak perlu terlalu canggung saat ada di villa nanti.
Sejauh ini Lisa masih bisa mengontrol rencananya sendiri, termasuk memperhatikan sebuah mobil tidak di kenal yang mengikuti mereka. Tepatnya mobil itu mengikuti Jiyong sejak Jiyong berangkat dari rumahnya tadi. Sebelum malam ini, Lisa meminta Simon untuk mengawasi Jiyong. Lisa masih melihat Simon saat Jiyong tiba di apartemennya, namun mobil hitam yang mengikutinya sekarang rasanya bukanlah Simon. Simon tidak akan mengikuti mereka dengan jarak sedekat itu.
Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di villa. Namun belum sempat Lisa melepaskan seat beltnya, handphonenya sudah lebih dulu berdering. Kali ini panggilan dari Hyunjin. "Noona, Ten ada di sini-"
"Di villa?"
"Bukan, rumah sakit," jawab Hyunjin setelah Lisa memotong ucapannya. Sementara Simon mengikuti Jiyong dan Jiwon mengikuti Menteri Park, Hyunjin di kirim untuk mengawasi Ten. Park Jiyeon adalah satu dari banyaknya rencana mereka untuk mengusik Menteri Park, menyerang pikiran sang Menteri dengan masalah bertubi-tubi demi mendapatkan apa yang mereka inginkan– terbongkarnya semua kecurangan sang Menteri. "Ten tidak pergi ke villa, pagi tadi dia pergi ke rumah Park Jiyeon lalu tidak keluar lagi sampai malam ini ia dibawa dengan ambulance ke rumah sakit. Kurasa Park Jiyeon tidak mempercayai Ten lagi."
"Dia pasti mengirim orang lain," gumam Lisa yang lantas menoleh, memperhatikan mobil lain yang kebetulan berhenti di tepi jalan dekat villa lalu melaju setelah setelah beberapa detik Lisa menatapnya dan meminta Jiyong untuk tidak keluar dari mobil. "Dia disini. Park Jiyeon dan Janghoon? Siluetnya seperti pria yang ku pukul semalam," jawab Lisa, bicara pada Hyunjin ada di sebrang sana.
"Kau bisa melihatnya? Mobil tadi? Bagaimana?" tanya Jiyong, sedikit heran sebab ia tidak bisa melihat siapapun di dalam mobil yang kini melaju menjauh.
Lisa mengucapkan beberapa angka, nomor kendaraan yang melaju tadi. Ia minta Hyunjin untuk mengecek siapa penumpang di mobil itu melalui kamera CCTV di jalan sekitaran villa kemudian berjalan keluar dari mobilnya, yang langsung di ikuti oleh Jiyong. "Bagaimana keadaan Ten di rumah sakit? Kau bisa meninggalkannya di sana. Kalau dia di kirim ke rumah sakit, berarti Jiyeon tidak berencana membunuhnya. Tenang saja," susul Lisa yang setelahnya meminta Hyunjin untuk menghubunginya kalau mobil yang menepi tadi datang lagi.
"Di mobil tadi ada siluet seorang berambut panjang duduk di belakang dan supir dengan rambut pendek seperti pria. Ada pemukul baseball di kursi bagian depan, semalam orang yang menyerangku juga membawa pemukul baseball itu. Jadi aku tebak itu Janghoon– Ten menyebut nama itu semalam," cerita Lisa yang kini menghampiri Jiyong. "Jangan memikirkan apapun fokus saja pada aktingmu. Kita disini untuk berkencan."
"Berkencan lalu dibakar hidup-hidup?" balas Jiyong. "Aku jadi gugup."
"Aku juga," balas Lisa di saat matanya menangkap pesan yang ia pikir dikirim Ten padanya– jangan pergi ke villa, terlalu berbahaya. Aku tidak ingin diundang ke upacara pemakamanmu– begitu isi pesannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Sleep
FanfictionCome to my play room. Have a party with friends! Win your jackpot! ALL-IN 397-5 121-220! The wildest texas hold'em poker.