23

766 159 5
                                    

***

Di akhir hari itu, Jiyong mengajak Lisa untuk bertemu. Namun sayangnya, gadis itu menolak. Meski alasan Jiyong ingin menemui Lisa hanya untuk mengembalikan dompetnya, Lisa tetap menolak sebab ia punya beberapa pekerjaan yang tidak bisa ia tinggal. Lisa harus menyebar informasi lagi dan memastikan sebaran informasi itu termanfaatkan dengan baik. "Simpan saja dulu dompetnya, ku ambil besok lusa, untuk provokasi ketiga. Lagi pula isi dompetnya bukan yang asli, semua itu hanya kertas tidak bernilai kecuali uangnya," ucap Lisa sembari mengamati sibuknya kantor polisi dari mobil Jiwon.

"Kartu debit-"

"Ah... Aku pernah melihatmu memakai kartu debit itu, jadi aku meminta temanku membuatkan kartu yang sama persis. Coba saja pakai kartunya di supermarket, oppa pasti dianggap penipu," potong Lisa. "Tapi oppa tidak tahu kan kalau itu sungguhan? Kalau oppa saja tidak bisa mengetahuinya, berarti Jiyeon juga tidak bisa. Sudah ku test, temanku tidak tahu kalau itu palsu, jadi walaupun Ten yang menemukannya, dia pun tidak akan tahu kalau itu palsu," jelas Lisa, sementara ia duduk sendirian di dalam mobil itu, menunggu Eun Jiwon yang sedang berkeliling, menilai keadaan atau justru menggoda polisi wanita di sana.

"Kau sengaja memberikan dompetmu pada Jiyeon? Kapan? Kenapa tidak memberitahuku? Aku pikir Jiyeon mencurinya!" seru Jiyong. "Ku pikir dia menculikmu atau sesuatu seperti itu," kesalnya.

Lisa terkekeh, ia jelaskan pada pria itu kalau ia sengaja menjatuhkan dompetnya di cafe. Ia juga memberitahu Jiyong kalau rencananya sempat gagal karena Ten tidak membawa dompet itu, sampai akhirnya ia harus beralih ke plan B. Dalam plan B-nya, Lisa meminta karyawan cafe itu untuk memberikan dompetnya pada Jiyeon sepulang gadis itu latihan.

"Nona, ini dompet milik teman dari teman anda itu, tadi dompetnya tertinggal di sini, ada banyak kartu penting disini, gadis itu pasti kesusahan karena kehilangan dompetnya," ucap si karyawan cafe pada Jiyeon sembari menunjuk Ten yang menunggu di trotoar, di sebelah mobil majikannya. Si karyawan cafe harus ekstra membujuk Jiyeon untuk menerima dompet itu agar plan B mereka berhasil. Dan untungnya karyawan itu berhasil setelah dengan sengaja sang karyawan membuka dompet Lisa, menunjukan kartu kunci apartemen di sana– tentu saja itu kunci apartemen Jiyong– dan si karyawan berujar kalau pemilik dompet itu mungkin tidak bisa masuk ke rumah tanpa kuncinya.

"Gadis itu pasti kesulitan masuk ke rumahnya karena kuncinya ada di sini. Mengganti kunci perlu biaya, bukan? Kasihan sekali, wanita itu," basa-basi si karyawan sembari terus menunjukkan kunci yang Jiyeon kenali itu. Kunci itu yang jadi alasan bagi rasa penasaran Jiyeon untuk mengambil dompet Lisa.

Jiyong tidak percaya Lisa bisa melakukannya. Pria itu sempat terkejut sebab si karyawan cafe mau membantu mereka. Jiyong pikir mereka hanya akan memanfaatkan kemampuan masing-masing, namun nyatanya Lisa mendapat banyak bantuan dari orang lain. Meski orang-orang yang membantu itu sama sekali tidak tahu alasan mereka harus menjebak Jiyeon.

"Kenapa kau bersikap sejauh ini hanya untuk membantuku?" tanya Jiyong kemudian.

Pertanyaan itu kemudian membuat Lisa balas bertanya, jawaban seperti apa yang Jiyong inginkan. Kalau pria itu ingin jawaban yang menyenangkan maka Lisa akan mengatakan ia melakukan semua itu untuk berterimakasih atas bantuan yang sudah Jiyong berikan. Lisa berterimakasih karena Jiyong sudah menemukan USB yang penuh dengan foto-foto penting itu.

Sedangkan kalau Jiyong ingin jawaban jujur, Lisa akan mengatakan kalau ia melakukan semuanya agar bisa cepat-cepat terbebas dari pria itu. Lisa ingin segera mengakhiri hubungannya dengan Jiyong, Jiyeon juga Ten. Ia ingin segera menghilang dari tempat itu kemudian pergi ke negara lain dan mulai mencari ibunya– dengan atau tanpa izin Kyungho.

Namun untungnya Jiyong hanya ingin mendengar jawaban yang menyenangkan dari Lisa. Ia tidak ingin Lisa mengatakan yang sebenarnya, sebab khawatir kenyataan itu akan melukainya. Lisa bilang ia harus melindungi dirinya sendiri dan menghindari ucapan-ucapan menyebalkan adalah salah satu caranya melindungi diri.

Provokasi ketiga, Lisa lakukan bersamaan dengan tugas dari pekerjaan aslinya. Dimulai dari skenario membosankan dari kecelakaan bus polisi yang membawa narapidana sampai terbakarnya rumah kaca milik paman Jiyeon. Semua kejadian itu bukan ulah Lisa maupun timnya. Kecelakaan itu terjadi karena mereka yang berkepentingan ingin membebaskan si CEO agensi hiburan yang terlibat kasus prostitusi. Sedangkan terbakarnya rumah kaca di perkebunan milik menteri Park didalangi oleh mereka yang merasa dikhianati– sebab hanya tuan Park yang belum tersenggol masalah. Orang-orang sakit hati itu, mulai mengacau sejak satu persatu kejahatan mereka ramai dibicarakan.

Sebenarnya, kepolisian dan orang-orang berkepentingan lainnya ingin menutupi dua kasus itu– kecelakaan terencana dan kebakaran terencana– namun Eun Jiwon dan timnya ingin pekerjaan mereka selesai lebih cepat, karenanya mereka diam-diam mengekspos kasus itu pada reporter. Bersamaan dengan berita kecelakaan dan kebakaran yang memunculkan banyak spekulasi serta ketidak percayaan pada sang menteri, Lisa memanfaatkan beritanya untuk memikat Jiyeon.

"Apa yang kau maksud memprovokasi dengan berita itu?" tanya Jiyong, sembari mengemasi pakaiannya untuk pergi berlibur besok– bersama Lisa. "Aku baru tahu kalau pamannya Jiyeon punya kebun," susul Jiyong, seperti yang Lisa duga. Kebun itu untuk menyembunyikan kekayaan menteri Park, jadi wajar saja kalau banyak orang tidak mengetahuinya.

"Aku sedang menanam kecelakaan dan kebakaran dalam alam bawah sadar Jiyeon," jawab Lisa, mengabaikan ucapan Jiyong setelahnya. "Apa yang ada di alam bawah sadar manusia, mempengaruhi emosinya. Reaksi seseorang saat marah, tidak terjadi karena kesadarannya. Alam bawah sadar yang mengaturnya, sedikit mempermainkan alam bawah sadar bisa membuatnya jadi lebih baik atau bahkan lebih buruk, tergantung bagaimana orang itu hidup. Mengingat apa yang Jiyeon lakukan pada Jisoo, kurasa sudah banyak kekerasan dalam alam bawah sadarnya. Jadi aku beri dia ide... segala sesuatunya mungkin, kecelakaan mungkin terjadi, kebakaran juga mungkin terjadi. Jadi di hari H misi bunuh diri kita nanti, saat ia terjebak dalam emosinya, dalam alam bawah sadarnya, aku bisa memprediksi apa yang akan ia lakukan," jelas Lisa yang sayangnya tidak membuat Jiyong langsung mempercayainya.

"Jiyeon sangat licik, dia terlihat sangat licik di butik kemarin. Bagaimana bisa kau memprediksi- atau bagaimana kalau prediksimu salah?" ragu Jiyong, membuat Lisa merengut.

"Oppa meragukanku? Mengecewakan sekali," balas Lisa. "Oppa sudah berkali-kali melihat wajah licik Jiyeon. Oppa sudah berkali-kali melihat kekejamannya. Jadi, saat oppa terdesak seperti sekarang, saat oppa ada di posisi tidak nyaman, alam bawah sadarmu terus mengatakan kalau Jiyeon menakutkan, iya kan? Hal yang sama juga ku lakukan pada Jiyeon. Ku tunjukan padanya bagaimana kecelakaan terjadi, bukan hanya kecelakaan bus polisi itu. Ku tunjukan juga padanya bagaimana kebakaran bisa terjadi. Jadi nanti saat ia terdesak, saat ia ada di posisi tidak nyaman, dia mungkin akan memikirkan kecelakaan dan kebakaran, tanpa sadar. Manusia memang begitu, alam bawah sadarnya akan menyimpan apa yang terus-terusan ia lihat."

"Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Masa depan, siapa yang tahu. Aku bahkan tidak tahu dimana itu masa depan."

***

Can't SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang