15

835 170 10
                                    

***

Jiyong melihat pintu apartemennya terbuka malam ini. Jiyeon yang datang dan untungnya wanita itu datang beberapa jam setelah Lisa dan Hyunjin pergi. Jiyong tengah duduk di kursi sebelah jendelanya ketika Jiyeon datang. Sejak suara wanita itu membuka kunci terdengar, Jiyong menelepon Lisa. Dan kini, saat Jiyong bisa melihat sosok Jiyeon dari pantulan kaca jendela, Lisa menjawab panggilannya.

"Kau sudah sampai?" tanya Jiyong, begitu Lisa menjawab panggilannya.

"Sudah sejak tadi, ada apa? Oppa punya informasi baru?" balas Lisa, sama sekali tidak menduga kalau Jiyong sengaja meneleponnya untuk menghindari Jiyeon.

"Hm... Aku punya."

"Apa?"

"Aku merindukanmu," balas Jiyong membuat Lisa yang tengah berada di kantornya lantas mengerutkan alisnya, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Boleh aku pergi ke tempatmu sekarang?" tanya Jiyong namun belum sempat Lisa menjawabnya, panggilan itu sudah berakhir. Jiyeon merebut handphone Jiyong dan melemparnya ke lantai. Wanita mana yang tidak kesal melihat kekasihnya terang-terangan berselingkuh?

Mereka bertengkar. Untuk yang kesekian kalinya. Jiyeon kesal dengan sikap Jiyong, begitu juga sebaliknya. Keduanya berteriak sampai kemudian Jiyong menyebut kekasihnya sebagai wanita gila dan Jiyeon menampar wajah kekasihnya. "Aku tidak peduli kau menganggapku gila. Tapi kalau kau terus memprovokasiku, mencoba membatalkan pernikahan kita, mempermalukan keluargaku... reporter menjijikkan itu... Han Lisa, adik tingkatmu di sekolah, aku bisa menghancurkannya." Jiyeon mengancam Jiyong, namun justru ancaman itu yang Jiyong harapkan. Jiyong ingin Jiyeon melukai Lisa, tertangkap basah, mendapatkan hukuman kemudian ia bisa dengan bebas meninggalkannya tanpa perlu khawatir nama baiknya tercoreng.

Park Jiyeon, ketahuan melakukan percobaan pembunuhan pada teman G Dragon karena cemburu buta– Jiyong ingin membaca tajuk berita itu di seluruh laman berita. Rencana pria itu sepertinya bisa dengan mudah terealisasikan, sebab hanya dengan beberapa percikan kecil, api dalam amarah Jiyeon perlahan-lahan membara. Entah siapa yang sebenarnya gila.

Sementara itu, pada pukul sembilan pagi keesokan harinya, Lisa baru saja bangun dari tidurnya ketika ia mendengar seorang kurir mengantarkan paket ke rumahnya. Gadis itu tinggal di sebuah gedung apartemen sederhana dengan nama Han Lisa sebagai kepemilikannya. Sebuah apartemen sederhana dengan perabot yang tidak seberapa banyak namun cukup rapi dan manis sebab tidak sering ditempati.

"Untuk siapa?" tanya Lisa, kepada kurir yang datang. Sebelumnya, Lisa tidak pernah menerima paket di rumahnya. Ia pun tidak yakin kalau paket itu milik asisten rumah tangganya. Namun ternyata, paket itu memang sengaja di kirimkan untuknya.

"Nona Han Lisa," jawab sang kurir yang sayangnya tidak tahu siapa pengirim kotak paket itu. Dengan perasaan sedikit was-was, Lisa menerima kiriman paket itu. Ia bawa paketnya masuk kemudian mengamati paket itu sembari mengambil beberapa gambar.

Setelahnya, ia kirim beberapa fotonya pada Hyunjin. Dengan sedikit penasaran, Lisa minta Hyunjin untuk mencari siapa pengirim kotak cokelat itu. Di dalam kotaknya ada beberapa lembar kertas serta seikat helai rambut. Kertas paling atas berisi foto Kim Jisoo yang menghabisi rambutnya sendiri. Kertas itu membuat Lisa menduga kalau seikat rambut itu adalah rambut milik Kim Jisoo. Kertas kedua berisi foto Lisa saat sekolah dulu, foto Lisa bersama Jiyong, Yongbae, Ten juga Jisoo dan beberapa anak berseragam lainnya. Dalam foto itu, Ten tengah merangkul Lisa, sementara Jiyong menoleh menatap keduanya. Lisa membaca kertas ketiga, dan di sana terdapat data dirinya. Seluruh data itu di mulai dari fotonya, namanya, tanggal lahirnya, tempat ia dilahirkan, bersekolah, kuliah, sampai tempat tinggalnya saat ini. Data yang selalu bisa ditemukan dalam database kependudukan. Lantas, kertas terakhir yang ada di sana adalah secarik kertas dengan beberapa kata yang diketik dengan komputer di bagian tengahnya.

"Nemo kecil akan mati jika berenang ke laut bebas sendirian. Jadi tetaplah bersembunyi di karangmu yang aman," begitu ancaman yang tertulis di kertas terakhirnya.

"Hhh... Ku pikir ini paket penting," gerutu Lisa, yang sebelumnya berangan-angan kalau paket itu di kirim oleh salah satu targetnya, infromannya atau justru ibunya.

Tidak lama setelahnya, Lisa berencana menarik kembali semua perintahnya pada Hyunjin. Lisa tidak lagi perlu informasi tentang pengirim paket itu. Ia tahu siapa pengirimnya dan ia tidak lagi peduli. Sayangnya, gadis itu kalah cepat. Hyunjin sudah lebih dulu mengiriminya sebuah rekaman CCTV. Rekaman itu diambil dari kamera pengawas di sekitaran rumah Lisa. Kameranya menyorot bagian depan gedung apartemen itu dan dari rekaman itu, Lisa bisa melihat Ten tengah berdiri di sana sembari memberikan paket yang Lisa terima tadi pada seorang kurir yang kebetulan lewat.

Jiyeon lebih cerdas dibanding kelihatannya– pikir Lisa, saat ia tahu kalau Jiyeon dengan sengaja mengirim Ten setelah mengetahui masa lalu mereka. Masa lalu serta hubungan yang tidak pernah Lisa sembunyikan. Rekaman CCTV itu masih berlanjut sampai ke detik ini, dimana Ten masih berdiri di depan gedung apartemen Lisa dan memperhatikan pintu kaca di depannya. Mungkin pria itu khawatir Lisa akan gugup, ketakutan dan berlari keluar mengejar kurirnya. Mungkin pria itu tahu benda apa saja yang ada di dalam paket tadi.

Demi menghindari Ten, Lisa terpaksa keluar melalui pintu lain. Gadis itu harus keluar untuk menemui Jiyong dengan USB-nya. Jadi setelah ia keluar melalui pintu belakang, ia memakai helm yang sedari tadi ia bawa kemudian melangkah mendekati motor dinasnya, lalu pergi meninggalkan gedung apartemen itu. Melarikan diri, selalu jadi kemampuan terbaik sang agen.

Siang harinya, Lisa tiba di rumah Jiyong tepat setelah jam makan siang. Gadis itu akan menjemput Jiyong, kemudian membawa pria serta USB itu ke kantornya, untuk di analisa. Dengan sopan, gadis itu mengetuk pintu kemudian melangkah masuk saat dipersilahkan. Lisa pikir Jiyong baru kembali setelah mengambil USB-nya, namun ternyata pria itu baru saja bangun tidur saat Lisa datang siang ini.

"Sebenarnya aku ingin bertemu dengan manager cafeku, mengambil USB-nya, kemudian pulang dan bertemu denganmu di sini. Tapi ternyata aku terlambat bangun dan ku minta manager cafeku kesini, mengantarkan USB-nya, dia baru saja pergi," cerita Jiyong sembari mengeluarkan semangkuk mie instan dari microwavenya. Pria itu baru saja bangun dan lapar.

"Sebenarnya pagi tadi kekasihmu mengirim sesuatu ke apartemenku," balas Lisa yang sengaja mengikuti Jiyong untuk duduk di meja makan, di sebelahnya. Tanpa berfikir, Jiyong yang sudah meletakan mie-nya di atas meja makan kembali bangkit, berjalan mendekati lemari es untuk menyajikan sebotol air mineral dan semangkuk puding kemasan pada tamunya. "Dia mengancamku. Aku bisa dengan mudah tahu siapa dirimu, jadi ku peringatkan, jangan mencari masalah denganku. Kira-kira begitu pesannya," susul Lisa, menggantikan ucapan terimakasih yang seharusnya ia katakan.

Sebenarnya menjadi selingkuhan G Dragon sebenarnya bukan hal yang sangat merugikan– begitu pendapat Jiwon juga Simon. Mereka setuju dengan penyamaran itu, sebab dengan menjadi gadis yang G Dragon dekati, membuat Lisa bisa dengan mudah masuk ke YG, mendekati informan mereka dan menjaganya tanpa perlu membuka penyamaran. Dengan dekat dengan YG dan beberapa orang di dalamnya, Lisa juga bisa menyusup ke tempat orang-orang itu bermain– alias berjudi– kemudian mencari informasi yang lebih akurat di sana.

"G Dragon dekat dengan CEO agensinya. Kalau mereka pergi bersama, kau bisa ikut bersama mereka dengan menyamar sebagai simpanan G Dragon. Itu menguntungkan," pendapat Simon pagi ini, setelah ia melihat ancaman yang Jiyeon kirim pada Lisa. "Soal Jiyeon, kurasa itu bisa jadi alasan. G Dragon berselingkuh denganku karena Park Jiyeon mengerikan, lihat apa yang dia berikan padaku, G Dragon mungkin akan mati kalau terus bersamanya. Toh G Dragon memintamu jadi simpanannya karena ia ingin melepaskan diri dari Park Jiyeon, ini bisa jadi win-win solution,"  tambah Simon, meyakinkan Lisa untuk terus bertahan dengan permainannya, meski Lisa sendiri ragu sebab ada Ten diantara mereka.

***

Can't SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang