1

3.4K 288 3
                                    

***

Seperti yang sudah orang-orang ketahui, G Dragon adalah sang bintang. Pemimpin sebuah grup kelas atas dengan empat anggota tanpanya. Grup musiknya berkembang pesat sejak 2008 lalu. Berbagai masalah telah berulangkali menerpa mereka, namun karir mereka tidak pernah benar-benar hancur.

Saat grup lain harus ekstra berhati-hati dalam urusan asmara, Taeyang Big Bang justru direstui seluruh fans saat menikah dengan Min Hyorin. Kini G Dragon pun sama. Ia dan keputusannya untuk menikahi seorang pianis terkenal pun di dukung semua orang. Park Jiyeon, nama pianis itu. Seorang putri dari keluarga kaya raya yang menekuni dunia musik klasik. Alunan pianonya sering menjadi pengiring di orkestra-orkestra besar.

Gadis menawan yang penuh gemerlap elegan itu telah menekan tuts pianonya di berbagai perlombaan. Chopin, Bach, Schuman, Mozart sampai Beethoven, Jiyeon telah menguasai semuanya. Cantik, kaya dan berbakat, Jiyeon adalah gadis yang layak untuk G Dragon– setidaknya begitu anggapan publik.

Namun sayangnya, di saat-saat terakhir, G Dragon merasa ragu atas keputusannya.

“Hyung, aku benar-benar harus menikah?” ragu pria itu, untuk kesekian kalinya seharian ini. Kenapa Jiyong ragu? Padahal semua orang sudah menyetujui pernikahan itu. Jiyong sendiri pun tidak tahu, ia hanya merasa ragu. Ragu sebab satu-persatu hal yang dilakukan Jiyeon membuatnya merasa tidak nyaman. “Ayahnya Jiyeon bilang, dia ingin aku membuka sebuah agensi setelah menikah nanti. Dia bilang, dia akan memberiku uang untuk itu,” susul Jiyong, tanpa bermaksud memamerkan keberuntungannya.

“Hei, aku benar-benar harus menikah ya?” tanya pria itu dihari lainnya. Ia masih ragu, meski teman-temannya telah berulangkali meyakinkannya. “Jiyeon bilang, kalau aku tidak ingin membuka sebuah agensi, aku bisa bekerja di perusahaan ayahnya. Dia bilang aku bisa jadi the next CEO. Apa bisa begitu? Aku tidak pernah jadi CEO.”

“Jujur padaku, apa aku benar-benar harus menikah?” lagi, dikesempatan lain lagi, pria itu kembali bertanya. Kembali ragu. “Jiyeon anak tunggal, kalau aku menikah dengannya, kami harus tinggal di rumah orangtuanya, iya kan? Orangtuanya baik… tapi tinggal bersama rasanya tidak begitu nyaman, iya kan?” lagi dan lagi pria itu mengkhawatirkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dikhawatirkan. G Dragon dan kepribadiannya, rasanya tidak akan bisa diintimidasi oleh orang lain. Pria itu hanya terlalu banyak berfikir.

Kemudian Lisa, Han Lisa yang tidak dikenali orang-orang. Tubuh gadis itu ramping, dengan rambut yang sering sekali dirubah modelnya. Gaun maupun celana jeans, semuanya cocok di tubuhnya. Gadis ini tinggal di lingkungan yang berbeda dari Jiyong maupun kekasihnya. Kesehariannya tidak segemerlap hidup Jiyong, tidak juga seelegan milik Jiyeon, namun ia bisa terlihat gemerlap maupun elegan jika dibutuhkan.

Saat ini, Han Lisa bekerja di sekitaran gedung YG entertainment. Di lehernya terkalung sebuah tanda pengenal– Han Lisa, reporter dari portal berita YW News. Kamera terus melekat di tangannya, sementara matanya berkeliling mencari target. Bukan tanpa alasan Lisa berada di YG, selain konfirmasi mengenai rencana pernikahan G Dragon dengan kekasihnya tiga bulan lagi, gadis itu sibuk mencari informasi lain.

“Kau sudah dapat informasi?” pertanyaan atasannya– Eun Jiwon– selalu menjadi obat yang pahit bagi Lisa. Lisa hanya punya dua pilihan untuk menjawab pertanyaan itu– sudah atau belum. Sudah berarti ia bisa menelan obatnya dan merasakan efek positif dari obat yang ia minum. Sementara belum, berarti ia harus membiarkan obat pahit itu tetap di dalam mulutnya sampai benda padat itu perlahan-laham meleleh dan hilang.

Hari yang tenang namun sibuk bagi sang reporter, sebab hari ini tidak ada banyak orang di sekitaran gedung YG. Seperti biasanya, gadis itu duduk di sebrang gedung, menunggu sesuatu yang menarik terjadi, sampai kemudian, sebuah mobil berhenti di depannya. “Apa kau Han Lisa?” tanya seorang pria di kursi penumpang bagian depan. Ia harus sedikit berteriak, sebab turun dari mobil terasa berlebihan baginya. Ia terlalu malas untuk turun dari mobil Rolls Royce hitamnya.

“Lisa, kau tidak mengingatku?” susul seorang pria lain setelah Lisa mengiyakannya. Kali ini pria lainnya duduk di kursi belakang, sengaja membuka jendela mobilnya agar ia bisa bertatapan dengan orang yang diajaknya bicara.

“Oh? Oppa? Tentu saja ingat,” balas Lisa kemudian, menanggapi Jiyong si pria di kursi belakang. “Bagaimana bisa aku melupakanmu dan Yongbae oppa? Kita satu sekolah. Kalian alumni paling sukses dari sekolah kita.”

***

Can't SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang