19

738 163 5
                                    

***

Seperti janji Lisa, kalau ia tidak tiba-tiba masuk rumah sakit, gadis itu akan datang menemui Jiyong, di rumahnya pada jam makan siang. Kini Lisa datang, menemui Jiyong yang sudah siap dengan pakaiannya seolah pria itu akan segera pergi.

"Aku penasaran kenapa aku tidak bisa menghubungimu," ucap Jiyong sembari mempersilahkan Lisa masuk ke dalam rumahnya. Mereka duduk di ruang tengah, dan begitu duduk, Lisa bisa melihat fotonya bersama Simon ada di atas meja. "Ah... Itu Jiyeon yang memberikannya. Aku tidak tahu kalau kau punya seorang kekasih. Aku khawatir apa kemarin kalian bertengkar karena-"

"Aku justru terkejut karena aku terlihat seperti sedang berciuman sungguhan, dia rekan satu timku," ucap Lisa sembari meraih selembar fotonya. "Tapi aku minta maaf karena merusak rencanamu. Pagi itu keadaannya mendesak, kami hampir ketahuan dan aku lupa kalau Ten sedang mengikutiku. Maaf," ucap Lisa sembari menyimpan fotonya berciuman di dalam saku jaketnya. Lisa ingin menunjukkan foto itu pada Simon, untuk memberi tahu pria itu kalau akting ciuman mereka yang terakhir sukses. Mereka bisa memakai teknik yang sama di misi-misi selanjutnya.

Jiyong mengangguk, lantas dengan canggung pria itu bertanya, apa yang akan Lisa lanjutkan setelah ini. Mereka bisa saja terus berpura-pura berkencan, namun Jiyong justru akan terlihat buruk karenanya– karena ia berselingkuh dengan wanita milik pria lain. Lisa ragu Jiyong mau melakukannya.

"Sebenarnya kedatanganku kemari untuk memberitahumu, kalau aku sudah tidak membutuhkan bantuanmu, oppa. Misiku sudah hampir selesai. Aku tidak lagi butuh informasi dari Yang Hyunsuk, USB yang kalian berikan sudah jadi pintu keluar kami dan kami hanya perlu keluar," ucap Lisa, tanpa mengatakan kalau Menteri Park adalah target mereka. "Sebelum misiku benar-benar berakhir, dan aku berencana untuk mati, aku bisa memberimu waktu satu bulan untuk terus membantumu– entah terus menjadi simpananmu atau memberimu bantuan lain."

"Mati? Kau berencana untuk mati?" tanya Jiyong sedikit terkejut.

Lisa mengangguk, lantas setelahnya gadis itu menjelaskan rencananya. Lisa berencana untuk mati kemudian hidup kembali dengan nama dan identitas baru. Ia ingin membunuh Reporter Han yang menurutnya sudah terlalu memalukan kemudian terlahir kembali dengan nama dan identitas lain yang lebih bermartabat. Meski gadis itu tidak memberitahu Jiyong dimana ia akan terlahir kembali nanti.

"Pernikahanmu tidak lama lagi, apa yang akan oppa lakukan?" tanya Lisa kemudian, terdengar begitu lembut, bertolak belakang dengan gadis yang memberinya peringatan waktu itu. "Jujur saja, dengan begitu aku bisa membantumu. Oppa ingin membatalkan pernikahan itu tapi tidak ingin menanggung kesalahannya? Maksudku, oppa ingin Jiyeon yang disalahkan?" tebak Lisa sebab Jiyong tidak segera menjawabnya.

Jiyong mengangguk untuk membenarkan tebakan Lisa. Yang tidak sempat Lisa duga adalah, pria itu justru meminta maaf sebab ia memanfaatkan Lisa untuk nama baiknya sendiri, sebab ia terlalu licik untuk sekedar mengakhiri hubungannya dengan Jiyeon. "Aku sudah berusaha keras untuk sampai kesini, aku juga sudah mengorbankan banyak hal untuk pernikahan kami. Tapi... Aku tidak ingin menikahinya. Aku ingin membatalkan pernikahan kami, tanpa kehilangan apapun lagi. Aku sudah menghentikan semua persiapannya, tapi Jiyeon tetap tidak mau membatalkan pernikahan kami."

"Setelah beberapa kali ia melihat kita-"

"Bahkan setelah beberapa kali ia melihatku bersamamu, dia tidak ingin membatalkan pernikahan kami. Sama sepertiku, dia juga tidak ingin kehilangan lebih banyak hal lagi. Kalau pernikahan ini batal, dia dan keluarganya akan merasa sangat di permalukan." Jiyong memotong pertanyaan Lisa, kemudian menatap gadis itu dengan tatapan lesunya. "Bagaimana ini? Aku seperti kera yang kena jebakan karena rakus tapi tidak bisa melepaskan makanan di tanganku."

"Bagaimana dengan keluarga kalian?"

"Tentu saja mereka tidak tahu– aku tidak bisa memberitahu keluargaku kalau aku takut pada Jiyeon. Jiyeon juga tidak bisa memberitahu keluarganya kalau aku berselingkuh. Karena itu memalukan," cerita Jiyong membuat Lisa menilai keadaan itu seperti sebuah situasi pasca penipuan.

Orang-orang yang tertipu, mereka yang jadi korban penipuan cenderung tidak ingin melaporkan kejahatan itu. Bukan karena takut pada sang penipu, bukan juga karena mereka terlalu putus asa dan pesimis. Namun justru karena mereka merasa malu. Mereka yang pernah tertipu, cenderung merasa malu untuk mengakui kebodohan mereka, mengakui betapa payahnya pikiran mereka sampai mereka bisa tertipu seperti itu. Jiyong pun sama, ia malu mengakui kalau ia telah memilih wanita yang salah. Begitu juga dengan Jiyeon.

Lisa tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ia tidak tahu bagaimana isi kepala Jiyeon sekarang, namun kalau penjelasan Jiyong benar, maka orang yang sebenarnya dalam bahaya bukanlah dirinya. "Kalau Jiyeon terlalu malu mengakui kesalahannya dalam memilih pria, sampai dia tidak bisa membatalkan pernikahannya, tidak bisa mengatakan pada orang-orang kalau G Dragon yang ia pilih ternyata berengsek– kalau aku ada di posisinya... Aku akan membunuhmu," ucap Lisa yang justru membuat Jiyong menatap kesal padanya. "Awalnya aku pikir Jiyeon tidak ingin membatalkan pernikahan kalian karena dia masih mencintaimu. Karena itu dia menggangguku. Tapi setelah mendengar pendapatmu, bagaimana kalau justru oppa sasarannya? Apa yang dilakukannya pada Jisoo, berbeda dengan apa yang ia lakukan padaku. Dia langsung menjebak Jisoo, hanya karena oppa mengusap rambutnya. Dia cemburu, dia masih mencintaimu saat itu. Tapi oppa sudah menciumku, di depannya... Dan apa yang ia lakukan? Ia hanya mengirimiku beberapa ancaman tidak berarti," jelas gadis itu membuat Jiyong mengigit bibirnya sendiri. Ia tunjukkan kekhawatirannya dengan jemari tangannya yang saling menekan. Kuku-kukunya menekan satu sama lain, menunjukkan rasa gugup yang tidak bisa ditahan.

Di saat Jiyong masih terdiam, Lisa kembali berbicara. Katanya, kalau ia jadi Jiyeon– "... oppa tidak akan berkencan dengan aku yang sama dua kali. Versi kedua yang akan oppa kencani, datang tanpa emosi. Benar atau tidak, tapi Jiyeon percaya kalau oppa sudah menyelingkuhinya satu kali– dengan Jisoo– kini oppa melakukannya lagi, denganku. Mungkinkah dia akan merasakan debaran yang sama? Mungkinkah dia masih merasakan cintanya dulu? Itu mungkin saja, tapi kalau kau membiarkan seseorang melukaimu lagi dan lagi, maka oppa yang sebenarnya melukai dirimu sendiri. Bukan begitu?"

"Jadi maksudmu, dia tidak lagi mencintaiku, tapi dia tidak punya pilihan selain mempertahankan rencana pernikahan kami? Karena itu sikapnya berubah? Karena itu dia... Sikapnya berubah sejak dia mengira aku berselingkuh dengan Jisoo, jadi dia berhenti mencintaiku sejak saat itu?" tanya Jiyong, mempertegas semua kesimpulan yang Lisa bicarakan tadi. "Entah kenapa semua itu terdengar menyakitkan. Kurasa aku tidak bisa melanjutkannya, bisakah kau pulang? Aku ingin sendiri sekarang," susul pria itu yang tanpa basa-basi langsung Lisa setujui.

Lisa meninggalkan Jiyong sendirian di apartemennya. Gadis itu pergi ke tempat parkir setelahnya, namun di sana, ia berpapasan dengan Jiyeon yang baru saja datang bersama pengawalnya– Ten. Akhirnya mereka bertemu– anggap Jiyeon yang tersenyum saat ia menghalangi langkah Lisa. "Kau pasti senang..." ucap Jiyeon, mencoba untuk memprovokasi. "Bagaimana rasanya? Menjadi seorang reporter sampah yang... Uhm... Aku bahkan tidak bisa percaya kalau kau benar-benar mencintainya. Bagaimana menurutmu? Apa wanita yang pernah kau kencani ini terlihat mencintai calon suamiku?" susulnya, bicara pada Lisa kemudian menoleh pada Ten yang berdiri di sisinya.

Lisa ikut menoleh, menatap Ten yang kini sengaja mematung, tidak menjawab pertanyaan bosnya. "Calon suamiku sangat kesal saat mengetahuinya... Kalau gadis yang ia kencani ternyata hanya memanfaatkannya. Harga dirinya pasti terluka, saat dia tahu kalau ia juga seorang simpanan," ucap Jiyeon yang kini menduga kalau Jiyong menolak kunjungan Lisa. Karenanya pria yang selalu bersikap manis pada kekasihnya, tidak mengantar Lisa pulang– atau setidaknya sampai tempat parkir. 

"Kalau memang begitu, dia pasti ingin mengakhiri hubungan kami sekarang, bukan begitu?" balas Lisa. "Tapi dia tidak mengatakan apapun. Dan entah siapa kau sekarang, namun ini foto yang bagus. Kau tidak ingin jadi seorang fotografer?" susulnya, sembari menunjukan foto yang ia ambil dari Jiyong tadi. Gadis itu bicara pada Ten, hendak melihat reaksi Ten, menilai siapa Ten sebenarnya namun ia tidak mendapatkan jawaban diharapkannya– Ten justru terlihat canggung saat ketahuan mengambil foto itu, seperti seorang mata-mata yang baru saja ketahuan.

***

Can't SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang