Chapter 34: Was It a Lie?

263 67 18
                                    

SELAMAT TAHUN BARU 2021!


LASKAR

"Di mana?"

Gue memakan baso tahu gue santai sementara Alia sibuk interogasi Annette lewat telepon, sambil nunggu baso tahunya anget.

"Oh, jam berapa?"

Alia dan ide sintingnya nyuruh gue nyamperin Jeara begitu dia kelar sama Annette. Lalu gue yang jadi boneka tangannya buat melakukan semua yang dia suruh.

"Males banget gue dengerin obrolan dua cewek kesayangan Laskar."

Gue natap dia sinis.

"Oh lo cemburu?"

Lah.

"Iya lo kesayangan Laskar, aelah masih aja nanya."

Gue geleng-geleng kepala gak habis pikir. Sebenernya tujuan awal dia nelepon Annette tuh apa sih? Bukannya cuma mau nanya lokasi sama waktu ketemunya sama Jeara. Kenapa jadi roasting gue.

"Lo denial terus nanti Laskarnya gak mau sayang sama lo beneran gimana?"

Untung telepon itu udah dimatiin tepat sebelum gue ngambil hape itu dan matiin duluan.

"Tempat kita reuni waktu itu, jamnya sama."

"Hah? Anjir."

Mana ini juga sama hari Kamis.

Kebetulan yang menyebalkan.

"Gue ke sana ngapain Li?" tanya gue.

"Katanya lo gak mau ngerasa sampah buat Annette?" Alia membalikkan pertanyaan gue ketus. Gue diem. "Ini kesempatan terakhir lo bisa nyelesaiin masalah lo sama Jeara. Karena abis dia beres ngobrol sama Annette, gue yakin dia juga gak akan hubungin lo lagi. Udah beres."

"Gue bilang apa ke Jeara?"

"Bilang apapun yang lo mau. Maaf kek, makasih, blah blah blah. Terserah lo. Tapi jangan lama-lama."

"Siapa juga yang mau lama-lama ngobrol sama dia," cibir gue.

"Tapi menurut gue lo bilang makasih aja," Alia meniup potongan siomaynya yang masih mengepul. "Makasih udah mau nyelesaiin ini baik-baik."

"Gue jahat gak sih kalo cuma ngomong kayak gitu?"

"Enggak. Karena ini salah dia. Emang udah seharusnya dia yang akhirin ini baik-baik."

Gue ngangguk. "Oke."

"Btw lo udah maafan kan sama Annette?"

"Udah. Kenapa?"

"Soalnya dia kayak masih kesel gitu denger gue bahas-bahas lo tadi."

"Ya emang lo ngeselin."

Alia berdecak sebal. "Lo berdua sama aja."

"Lo tau gak, kemarin Mark marah sama gue."

Dia ketawa. "Lo apain Annette?"

"Dia marah soalnya gue gak pernah ngasih Annette kepastian."

"Gak salah sih. Pantes aja dia marah."

"Kepastian apa yang harus gue kasih?" tanya gue, meletakkan garpu gue sebentar. "Menurut lo sebagai cewek, ngeliat gue kayak gini, lo bakal nuntut apa ke gue?"

Alia diem merhatiin gue sambil ngunyah. "Gak tau sih kalo Annette mikirnya gimana, tapi gue bakal minta lo jujur."

"Jujur tentang apa?"

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang