Chapter 7: Vitamins

393 82 24
                                    

LASKAR

"Net udah jam 9. Gue mau pulang."

Annette pura-pura gak denger.

"Annette."

"Kayak ada bisikan makhluk halus gitu gak sih Kar? Lo denger gak?"

"Iya itu bapak kosan gue, nyuruh gue pulang."

Dia berdecak pelan, menjatuhkan diri ke tempat tidurnya membelakangi gue. Ngebuka hapenya liatin story orang satu-satu. "Tiati di jalan," ucapnya enggan.

"Besok lo pergi gak?"

"Enggak..."

"Oke."

Gue diam sejenak.

"Daah."

Gue pun berhenti melangkah denger dia bangkit dari tempat tidur buat nyamperin gue.

Satu tangannya terangkat. "High five."

High five.

"Makasih. Daahh!"

*

"Mark tadi minta maaf udah kasar sama lo."

Annette mengangguk tanpa banyak mikir. "Dimaafin. Salah gue juga kok."

"Jangan...kayak gitu lagi nanti."

"Kita gak tau bakal ketemu 'nanti' itu apa enggak, Kar," dia mengambil kerupuk gue yang masih ada dan memakannya. "Bokapnya Mark kepala rumah sakit. Dan ditempatin di luar kota itu semakin gak memungkinkan buat pulang."

"Kenapa keluarganya gak ikut ke sana aja? Maksud gue, lagian Mark juga merantau ke sini kan?"

"Itu tuh kayak...apa ya, hukuman? Pengasingan? Bokapnya Mark gak mau keluarganya ikut-ikutan buat...nerima hukuman."

Gue mengerutkan kening. Hukuman...apa.

Tapi pembicaraan itu gak pernah dilanjutkan untuk menuntaskan kebingungan gue. Bukan urusan gue juga sih, tapi gue jadi kasian kalau Mark ternyata punya beban seberat itu yang gak pernah diceritain ke siapa-siapa.

Mark sehari-harinya petakilan, berantem sama Annette, ngegitar, kayak pikirannya cuma tertuju sama apa yang terjadi saat itu. Gak mikirin yang dulu-dulu lagi.

Gue salah.

"Ke alfa dulu."

Annette menarik tangan gue belok ke minimarket yang terang benderang di sisi jalan itu. Dia ketawa ngeliat ekspresi heran gue karena dia baru aja makan nasi goreng dan masih pengen nyari makanan.

Tapi waktu gue kasih cemilan banyak dia takut gendut.

Dan sekarang dia liat-liat es krim.

"Net," tegur gue, mencoba menarik dia dari sana. "Minuman aja lah, jangan es krim. Lo yang sakit gue yang repot."

Dia pun mendelik sebal ke arah gue, melangkah pergi dengan enggan.

Annette pernah flu yang cukup berat sampe dia gak bisa ngapa-ngapain, tiap sore nelepon gue pengen nasi tim dan bakal membuat gue diem di apartemennya setidaknya sampe jam 9 malem—lalu gue pulang diem-diem pas dia udah tidur.

Dan beberapa hari setelah dia sembuh, gue yang sakit.

Tapi bukan dia yang gue repotin, malah Mark yang sekosan sama gue—tiap mau berangkat dan pulang kuliah nengokin gue, juga pas jam makan, sebelum tidur.

Annette cuma nanya "Lo udah enakan?" tanpa melakukan apa-apa.

Persis bos yang cuma pengen tau gimana keadaan pembantunya tapi gak mau gengsinya turun buat repot-repot ngurusin.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang