Chapter 40: Bleed

277 62 29
                                    

warning: you're gonna be so pissed off all at me, laskar, and annette, at once


LASKAR

Keributan tengah malem yang terjadi di kamar gue untung gak mengundang penghuni kamar lain ngecek buat ngeliat ada apa. Gue mengunci pintunya begitu Mark keluar, bawa cardigan Annette yang ketinggalan.

Ada rasa amis ketika lidah gue nyentuh bagian luar bibir gue yang berdenyut ngilu di dua titik berkat tonjokan bolak-balik.

Ngeliat ke cermin ternyata makin parah karena bukan cuma bibir gue yang sobek.

Begini hasilnya kalau udah dua kali mau nonjok tapi ditahan, sekalinya dilampiasin tenaganya pun dua kali lipat.

Gue cuma bisa gigit lidah nahan buat gak mengeluarkan suara waktu air ngelewatin setiap luka di muka gue. Bajingan.

"You deserved this."

Kalimat terakhir Mark sebelum menghempaskan gue jatoh ke lantai itu dengan kurang ajarnya terngiang-ngiang di kepala gue seolah-olah Mark masih ada di deket gue, siap buat hajar gue kapanpun.

Yeah, well. I do. I did.

I fucked up, again.

*

ANNETTE

Langit Senin pagi kontras sama langit Minggu pagi yang cerah bersih tanpa awan—hari ini berawan. Membuat Senin terasa makin panjang, kelas bablas sampai jam makan siang, jeda beberapa jam dan balik lagi buat kelas sampe matahari terbenam.

Gue mempercepat langkah memasuki gedung fakultas ngeliat Tara jalan gak jauh di depan gue, menenteng binder Toothless dari Mark. Dia kaget ketika tangannya digandeng tiba-tiba dari belakang, untuk lantas memutar matanya sebel liat gue tersenyum sok polos. "Selamat pagi Toothless."

"Jangan panggil gue Toothless."

"Selamat pagi Belicia."

"Lo kayak dosen," dia melepaskan gandengan gue risih. Gue ketawa. Setiap perkenalan di awal kelas baru, dia selalu bilang panggilannya Tara, bukan Belicia yang jadi nama depannya. Semua dosen mengiyakan, tapi melupakannya kemudian dan manggil Tara sesuai nama depannya.

"Gue bikin sarapan kebanyakan, lo mau gak?"

"Apaan?"

"Kimbap."

"Berdua sama Ghea ya."

Dia mengangguk. Cewek itu udah standby di kelas sama beberapa orang lain, ngebuka earphonenya ngeliat gue sama Tara dateng.

"Lo udah sarapan?" tanya Tara.

"Asik mau ngasih makanan."

Gue memutar mata. Ghea paling semangat soal makan—sama kayak gue, apalagi dikasih.

"Makasih Tara sayangku, mwah."

"Hari ini mau ke mana?" tanya gue, mengambil satu potongan kimbap bikinan Tara. "Kita mau jalan gak jadi terus..."

"Gue mau pergi."

"Gue mau ke kosan temen bantuin edit video."

"Gue mau gabut, yeay," gue berpura-pura antusias. Dua temen gue lantas menepuk punggung gue prihatin.

"Oh iya, gue balik aja kali ya, gue kurang tidur."

"Annette, minggu kemarin lo balik tuh—"

"Iya gue tau. Gapapa telat kelas Bu Wina."

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang