ANNETTE
Siapa yang nyangka kalo gue bakal balik lagi dengan penampilan tadi malem ke McD yang sama yang gue datengin buat beli es krim doang.
Untung kasir drive thru sama kasir dine-in beda. Jadi gak ada yang tau betapa kucelnya gue sekarang dibanding tadi malem, beli sarapan dengan mulut bau soju rasa peach.
"Buburnya enak gak sih," gumam gue, memicingkan mata ngeliat menu yang terpampang di dinding. Kayaknya gue butuh ganti soft lens.
"Mending paketan aja sekalian."
Cowok berkacamata di sebelah gue menunjuk menu paketan yang dia maksud. Gue menggelengkan kepala gak setuju sama sarannya. "Gue gak pernah sarapan, gak mau yang kenyang-kenyang," sahut gue. "Gue cuma pengen makan sesuatu. Buat ganjel perut."
"Yaudah nugget paling gampang."
Gue manggut-manggut.
"Gue yang bawa."
Nampan itu dia bawa dari kasir ke meja kosong di ujung. Deket tembok, jauh dari sorot matahari yang silau.
"Orang tua lo gak akan marah lo pulang pagi?" tanya gue, menyeruput kopi panas yang gue pesen. Arsen mendengus sambil membuka bungkus burgernya. "Yang penting pulang, Net."
Gue ketawa. Logika yang lucu.
"Lo mau gue anter balik?"
"Terserah lo. Dari rumah gue bakal inget jalannya gak?" Arsen cekikikan ngeliat gue merasa terhina. "Gampang kok. Nanti gue kasih instruksi lewat telepon."
"Anter aja gapapa," gue mengangguk serius. "Biar sekalian gue tau rumah lo. Siapa tau mau ngirim santet."
"Ngirim tuh parsel kek... kok santet sih."
"Gue gak familiar sama parsel. Itu perbuatan orang baik."
Arsen ketawa. Lucu banget kayak anak anjing matanya tenggelam. "Lo kok gak pernah pake kacamata ke kampus," komen gue, merhatiin gimana kacamata frame bulat itu keliatan cocok di mukanya. Meskipun bikin dia jadi keliatan kurang galak gak kayak biasanya.
"Ribet. Gak nyaman juga."
"Pantesan lo komenin soft lens gue terus, lo juga pake."
"Gak keliatan kan?" dia tersenyum bangga. "Gue pake yang bening."
"Tapi kan lo ngerokok... mata lo perih pasti."
"Gue jadi jarang anjir, dimarahin Farah terus."
Giliran gue yang ngakak. Baru inget ceweknya sekarang calon dokter...
"Terus gimana? Lo lagi program berhenti ngerokok?"
"Mencoba sih mencoba, tapi susah. Gimana caranya coba lo melupakan sesuatu yang emang udah sehari-hari lo lakuin... kayak, abis makan, lagi ngobrol, atau sekadar gabut, larinya ngerokok."
"Lo gak bisa bohong juga kan, baunya nempel ke baju."
"Iya! Anjir gue goblok sih. Pernah ngebohong soal itu terus Farah tuh kayak, 'kok kamu bau rokok? Tadi abis sama siapa?'"
"Bego..."
"Tapi ibu gue jadinya seneng sama Farah."
Gue membelalakkan mata. "Lo udah kenalin Farah ke nyokap lo?"
"Net, Farah temen gue dari SMA... ya pasti udah."
"Ah," gue menepuk jidat gue bodoh. "Iya lupa."
Nugget gue berkurang dengan cepat, dan bukan sesuatu yang gue sayangkan karena gue pun udah cukup kenyang. Arsen masih ngabisin burgernya ketika gue udah selesai makan, ngelamun ngeliat keluar. Langit biru cerah, gak ada tanda-tanda hari ini mendung. Hari Minggu. Enaknya jalan-jalan ke car free day, tapi badan gue udah lengket banget, gak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH FIRE
Fanfiction[15+] Let's fall in love for the night and forget in the morning. © 2020