LASKAR
Rambut gue udah gak karuan bentuknya begitu keluar dari kelas karena kebanyakan diacak-acak selama kelas Pak Deni tadi. Ya ngantuk, ya gak paham, ya sekadar mengembalikan konsentrasi gue siapa tau abis diacak-acak rambut gue sinyalnya jadi masuk.
Mark ngikutin di belakang gue, yang kemudian membuat gue sadar kalau ada Tara dari arah berlawanan, membalas sapaan Mark. "Hai. Pinjem hape lo dong, boleh gak?"
"Buat apa?" Mark mengodok saku celananya.
"Telepon Annette, soalnya chat gue dari tadi gak dibales. Mungkin kalo liat nama lo di notif dia langsung angkat. Jam segini belum ke kampus lagi...tidur apa gimana deh."
Gue terdiam memperhatikan Tara melakukan bisnisnya di hape Mark. "Kelas siapa abis ini emangnya?" tanya gue, basa-basi.
"Bu Wina. Stres tuh orang kalo skip kelas Bu Wina..."
Gue menelan ludah. Inget dia udah pernah bolos kelas Bu Wina beberapa minggu lalu—hangover.
Tara berdecak sebal gara-gara masih belum ada jawaban. Jempolnya lantas mengetikkan chat yang bertubi-tubi ke Annette yang dicurigai kebablasan tidur.
Hape yang ada di genggaman gue sedari tadi hampir gue kasihin ke Tara buat gantian menuhin notifikasi Annette pake nama gue.
Tapi gue nahan diri.
Udah jelas dia bakal kaget kalo nama gue ada di notifikasinya padahal ini baru hari pertama.
Dan bakal berpikiran itu gue, ketika kenyataannya bukan.
Tara masih membombardir chat Annette saat layar berubah jadi indikator telepon masuk dari orang yang lagi diteror itu. Buru-buru Tara angkat. "Lo di mana sih? Udah jam segini. Bu Wina anjir," hardiknya tanpa basa-basi.
"Yaudah oke, tiati jangan ngebut-ngebut!"
Decak sebal Tara mengakhiri telepon itu. Dia pun ngembaliin hapenya ke yang punya. "Makasih. Dia sengaja ditelat-telatin anjir...sinting."
"Biarin aja lah," komen Mark.
"Iya juga sih. Ah tau! Ngapain juga gue mikirin dia. Ogah."
Sambil menghentak-hentakkan kaki cewek diikat satu itu meleos pergi ke kelasnya. Ninggalin gue sama Mark bertukar pandang, bingung. Cewek emang aneh.
"Langsung balik?" tanya Mark sambil mencet tombol lift turun.
"Iyalah. Capek gue, ngantuk."
"Kata Annette lo kurang tidur mulu ya?"
Gue mengangkat bahu cuek. "Gak ngeh sih. Tapi tadi malem iya. Gue balik dari apartemennya gak langsung tidur, gue ngegame dulu."
Yang malah bikin gue makin gak bisa tidur karena kalah.
"Tidur yang cukup Kar, biar gak bete lagi."
"Hmmm."
Pintu lift kebuka. Kosong.
"Gue gak bete," ralat gue, membela diri. "Gue sakit kepala."
"Ya gara-gara kurang tidur itu lo jadi sakit kepala."
"Bisa jadi."
Di dalam kotak lift itu cuma ada gue sama Mark yang saling nyenderin bahu ke dinding lift, ngelamun nunggu lift sampe di lobi. Begitu kebuka, ada Alia yang nunggu lift ke atas.
"Loh, beres kelas? Senangnya."
"Iya. Lo kelas?" tanya gue balik.
"Enggak. Gue mau ke Annette. Abis ini balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH FIRE
Fanfiction[15+] Let's fall in love for the night and forget in the morning. © 2020