Chapter 37: Troublemaker

285 63 14
                                    

ANNETTE

"Gue mau jujur sama lo tentang sesuatu."

Laskar ngambil sesendok bingsu dan menyuapkannya ke mulut sebelum ngangguk, ngasih izin gue buat cerita. Gue menghela napas, udah siap kalo abis ini dia bakal kesel sama gue.

"Gue pernah ngopi sama Farel."

"Terus?"

"Ngomongin hal yang mungkin menurut lo, gak boleh gue tau."

"Tentang?"

"Lo, Jeara, SMA."

Dia mengangkat bahunya cuek. "Apa aja?"

"Lo marah gak sih?" tanya gue.

"Enggak. Otak gue beku. Gak bisa mikir."

Gue berdecak pelan. Kirain. "Gue tau banyak tentang band lo," gue mengalihkan pandangan, "tentang lo sama Jeara juga."

"Apa, lo tau gue putus kenapa?"

"Jeara aja gak mau ngasih tau hal itu, masa Farel mau," cibir gue. "Gue tau lo ngedatengin kakak kelas yang ngatain Jeara."

Dia diem sebentar, natap gue gak percaya. Untuk kemudian ketawa pelan. "Itu puncaknya gue bucin sebelum akhirnya pacaran."

"Udah keliatan."

"Gue gak ngira lo bakal datengin Farel buat hal kayak gitu," Laskar mengambil potongan oreo paling gede di bingsunya, sekilas bikin gue kesel tapi muka watados itu bikin gue cuma bisa menghela napas panjang. "Gue kira lo bakal datengin orang paling deket dari lo."

"Arsen?"

"Alia."

"Info dari mereka berdua udah abis, gak bisa gue korek lagi."

"Terus lo puas sama Farel? Dia kan..." Laskar menggelengkan kepala. "Lemot."

"Puas sih, terutama cerita lo datengin kakak kelas itu," tanpa sadar gue udah mencibir sambil menggigit potongan coklat dari bingsu gue. Ngehancurin tumpukan es itu pake sendok sambil mengulur-ulur waktu mikirin gue lanjut ngomong apa. "Waktu pertama denger itu gue ikut histeris sama Farel ngebayangin betapa lucunya perbuatan lo itu tapi begitu gue di mobil, jalan pulang ke apartemen," gue mendengus, "reaksi asli gue baru keluar."

"Lo cemburu?"

"Enggak. Gue... kesel."

"Kenapa?"

"Lucu banget, anjir," gue meletakkan sendok gue demi fokus bahas hal kesukaan slash ketidaksukaan gue ini. "Lo dari dulu udah bakat ya bikin cewek baper, hah? Kata Alia lo cupu. Cupu dari mana?"

"Gue gak cupu."

"Iya emang gak cupu sekarang, kata Alia dulu. Dulu lo cupu. Tapi mana ada cupu yang ngelabrak kakak kelas demi cewek yang dia suka?"

Laskar pura-pura gak denger.

"Kita baru kenal hari terakhir kader, kan? After party," ucapnya, mengalihkan topik.

Gue kembali sibuk sama bingsu gue sebelum makin mencair. Kilas-kilas after party itu yang dari kemarin tiba-tiba gue pikirin padahal selama ini gak pernah gue inget.

Serangkaian acara kaderisasi mahasiswa baru itu berakhir setelah beberapa bulan, penutupan formal sama seluruh pengurus himpunan dan bahkan dosen prodi selesai jam 8 malem. Rencana after party angkatan udah diomongin sejak lama, dan sesuai rencana itu juga, kita diem-diem cabut ke rumah Felix yang dulu jadi rumah sementara selama rumahnya direnovasi. Rumah itu sekarang kosong, kata Felix itu jadi milik kakaknya tapi belum sempet diisi.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang