Chapter 12: Midnight is for Regrets

397 77 14
                                    

ANNETTE

"Mark."

"You can't eat me though," dia mengerutkan kening.

"Maksud gue—seinget gue hari ini gue bukan mau makan bareng sama lo."

"Emang," balasnya, ngangkat bahu gak peduli. "Gue punya dua pertanyaan buat lo, sebelum lo makan sama Laskar."

Gue diem.

Masalah akan dateng di depan muka gue begitu dua pertanyaan itu gue denger.

"Satu, lo sama Tara nyembunyiin sesuatu dari gue—apaan? I thought I'm trustworthy enough for you to share things."

"Dua," Mark menghela napas berat. Jeda yang dia kasih pun gak mendukung sama sekali—gue makin ketar-ketir. "Lo panik banget sekarang...I wonder why."

"Mark—"

"Maksud gue gini, kalo lo punya masalah dan lo gak kuat nahan sendirian, gue bisa lo datengin kapan aja. Kalau lo gak mau, ya gapapa. Cuma jangan maksain. Gak baik buat lo."

Mark ngelempar senyum tipis sebelum beranjak dari kursinya, balik arah tanpa bilang apa-apa lagi. Ninggalin gue dengan perasaan campur aduk.

Gue nyembunyiin sesuatu, ya.

Gue panik, ya.

Dua asumsi Mark bener.

Maybe that's what hurt him the most when he knew I was feeling that way yet I didn't show any effort to tell him what happened.

Sialan.

Sekarang gue juga takut Mark kecewa sama gue.

Annette, bisa-bisanya lo bikin dua orang kecewa sama lo.

Kacau lo.

Kerisauan gue gak berakhir sampe situ aja, tapi berlanjut saat Laskar akhirnya nyamperin gue dengan raut yang gak bisa dibaca.

"Kenapa?" tanyanya, seolah-olah bukan dia sendiri yang patut gue tanyain itu.

"Mark bilang sesuatu gak sama lo?"

"Enggak. Tadi cuma nanyain lo di mana."

Jadi Mark emang belum tau ada apa.

"Cari makan yang pedes yuk..." gue megang kepala pake dua tangan, nyut-nyutan. Cowok di depan gue pun mendengus pelan. "Waktunya ngebakar stres?"

"Ayam geprek yuk? Level 5."

"Fine."

"Fine?" pekik gue. "Sejak kapan lo mau level 5?"

"Gue juga pusing...abis kuis."

Ngeliat dia senyum sambil membalas high five gue, selama beberapa saat beban pikiran gue atas dia sejak tadi sedikit berkurang.

Meskipun gue tau, itu cuma tameng.

Gue jahat.

*

"Dari tadi gue mikirin banyak hal, sekarang gue gak bisa mikir."

Laskar ketawa denger celetukan gue itu.

Step kedua melepas stres ala Annette adalah beli yogurt dingin di minimarket dan nongkrong di depannya sambil ngeliatin jalanan yang rame.

Tengah hari yang terik seakan ikut membakar rasa stres gue tapi menggantikannya dengan sakit kepala gara-gara kepanasan.

"Kar," panggil gue, masih ngeliat ke arah jalan. "Kalo gue buat banyak salah sama lo...gue minta maaf."

"Dih, kesambet jin ayam geprek."

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang