[!] Chapter 13: Aftertaste

398 81 27
                                    

warning: longer than usual, mentions of anxiety, usage of prescribed sleeping pills


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


LASKAR

Waktu itu udah lewat beberapa kali sejak tanggung jawabnya Mark dipindah ke gue buat jemput Annette pulang kalo abis minum, sebuah botol obat disodorin ke arah gue.

"Gue gak nyuruh lo minum itu," katanya, menghela napas kasar, "lo baca dulu baru gue jelasin."

Itu obat tidur. Yang kemudian Annette bilang atas pengawasan dokternya, kalau-kalau dia gak bisa tidur di malem hari karena mikirin sesuatu terlalu dalam sampe panik sendiri.

"Mark gak tau, jadi tolong lo jangan kasih tau dia. Gue gak mau bikin dia pusingin gue lebih-lebih dari yang udah gue lakuin."

Alasannya terdengar masuk akal, mengingat dia sama Mark emang punya masalah internal yang gak tau kapan selesainya—tapi ternyata itu bukan alasan utamanya dia gak mau Mark tau.

"Gue pake itu sejak gue tau apa yang gue perbuat ke Mark tanpa gue sadari dari kecil—gue mikirin selama ini gue emang jahat sama dia dalam konteks bercandaan...tapi nyatanya gue jahat beneran. Gue selalu nangis tiap mikirin Mark."

Hal itu diperjelas ketika Mark kecewa banget Annette gak mau diajak pulang ke Jakarta.

Gue gak pernah tau detail masalahnya apa karena gak sopan juga buat tau, gue cuma paham dari apa yang selama ini gue amati.

"Tapi gue gak bisa minum itu terus-terusan tiap gue stres," Annette mengambil botolnya dari tangan gue buat ngecek berapa lagi sisanya. "Jadi gue cari alternatif supaya bisa tidur, yang gak lain gak bukan, soju kesayangan gue..."

"Pelarian lo sama aja adiktif kali," balas gue.

"Ya gue tau, tapi obat gue lebih bahaya kalo terus-terusan. Soju kan bisa cuma segelas dua gelas yang penting gue lega."

"Tetep aja."

"Oh iya, ingetin gue jangan minum mereka barengan ya—" dia ketawa tiba-tiba, "nanti gue bisa kolaps terus mokads."

Gue memicingkan mata curiga. "Lo udah pernah ya."

"Belum!" pekiknya gak terima.

"Cih."

"Ya ampun serius dah, itu yang dikasih tau dokter gue. Makanya ingetin gue jangan sampe diminum barengan...lo mau gue mati konyol?"

"Itu bukan mati konyol. Itu mati tolol."

"Ingetin juga gue simpen ini di koper."

Dia lantas beranjak dari sofa dan nyimpen botol obat itu di kopernya yang disimpen di atas lemari. Butuh usaha yang cukup gede karena dia pun harus naik ke kasur dulu buat ngambilnya—sesuatu yang gue pikir cukup menyulitkan dia setiap mau make, dan dia pun nyerah, gak jadi make obatnya.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang