Chapter 23: Why?

227 75 16
                                    

ANNETTE

Mobil gue tambah berisik begitu Mark sama Tara ikut masuk.

"Ini urutannya nganter siapa dulu?" tanya Laskar, mengetuk-ngetuk setir. "Tara dulu ya?"

"Iya gue dulu. Gue orang Timur didahulukan—kalian orang Utara silakan terakhir."

"Tar lo nginep di gue aja deh, jauh banget rumah lo anjir gue gak tega," Alia memeluk lengan Tara dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Gue udah biasa—lepasin gak? Lo lengket."

"Yang abis ini gak langsung mandi fix jorok."

"Elu kali yang gak mandi," cibir gue, mendorong punggung Mark yang duduk di depan.

"Mandi adalah salah satu hobi gue, asal lo tau aja!"

"Masa? Temen sekosan tolong konfirmasi kabar burung itu."

Laskar melirik gue lewat spion tengah. "Gak tau sih. Tapi emang kalo dia udah di kamar mandi, apalagi tengah malem, lama banget."

Yang duduk di belakang ngakak semua.

"Lo kok buka kartu sih—"

"Mark lo ngapain tengah malem lama-lama di kamar mandi—"

"GUE MANDIII."

"Tar, ya ampun, sabar ya. Kalau nanti lo tinggal sama Mark, kayaknya lo gak bisa leluasa ke kamar mandi tengah malem soalnya dipake."

"Anjir gue suka kebangun tengah malem gara-gara pengen ke kamar mandi..."

Gue ngakak. "Gak klop banget kalian sumpah—gue ngebayangin lo ketok-ketok pintu kamar mandinya tapi terus Mark—" ketawa gue berubah jadi pekik kesakitan gara-gara Tara nyubit gue, "—Marknya bilang 'bentar Sayang aku belum selesai'—"

"Udah ih udah please capek..." Alia menyeka air matanya pake lengan baju. "Kasian Laskar gak konsen nyetir."

Lagi-lagi yang dia lakuin cuma ngelirik lewat spion tengah.

"Gue tuh tengah malem lama-lama di kamar mandi sambil mikir anjir," Mark malah ngelanjutin topik yang susah payah kita hempas jauh-jauh. Gue sama Alia ngakak lagi. "Mikirin apa sih astaga Mark..."

"Mikirin hidup! Merenung. Emangnya lo gak pernah merenungkan hidup lo—seharian tadi lo ngapain aja, apakah berguna, apakah lo abis nyakitin orang lain—"

"Gue suka kayak gitu tapi gak di kamar mandi..."

"Ya buat gue tempat mikir paling enak adalah di kamar mandi. Sekian. Forum diskusi ditutup."

Untuk pertama kalinya setelah mobil ini diisi manusia-manusia koplak, gak ada yang ngomong. Senyap.

Gue yang duduk di belakang Mark dengan iseng menaikkan hoodienya ke kepala dan mengulangnya kalau dia buka.

"Net, diem lah. Capek."

"Sugar rush nih gue. Kalian jangan pulang dulu dong..."

"Besok Senin Net, tobat."

"Li gue mau ke rumah lo ya?"

"Ngapain?"

"Gangguin lo."

"Tapi gue balik," Laskar bersuara. "Gue mau ke kosan."

"Barang-barang lo kan masih di gue."

"Ya biarin aja besok gue ambil."

Tara berdeham keras-keras. "Oh, jadi gini. Ada yang abis nginep."

Shit.

"Laskar, lo nginep di apartemen Annette?" Mark pura-pura kaget, menepuk lengan Laskar dengan mata yang terbelalak. Aktingnya jelek banget gue pengen mengundurkan diri jadi temennya. "Ngapain lo? Hah? Nginep di tempat adek cewek gue—"

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang