Chapter 10: Confession

320 79 30
                                    

TEBAK DARI JUDULNYA ADA YANG MAU NGAPAIN


LASKAR

"Pertemuan lalu ke mana, Laskar?"

"Oh, saya sakit Pak. Maaf tidak mengabari."

"Sekarang sudah sembuh?"

"Sudah Pak. Terima kasih."

Tendangan kecil Mark ke kaki belakang kursi gue mengindikasikan dia paham kebohongan gue barusan. Dia ngetawain diem-diem.

Ya...gue beneran sakit kepala sih minggu kemarin...

Tapi kan Pak Toto gak perlu tau gue sakit kepala kenapa.

Citra mahasiswa unggul di kelas sebelah dan juga citra gue dipertaruhkan.

Annette di mata dosen adalah mahasiswa baik yang gak pernah mengecewakan. Dosen yang pernah ngajar dia di kelas pasti bilang dia paket komplit—cantik, pinter, baik, sopan pula.

Andaikan gue gak punya hati nurani, gue mau spill ke dosen bahwa semua itu pencitraan belaka.

Tapi sayang gue masih punya.

Meskipun kadang gak terima kalau ada yang muji dia berlebihan di depan gue.

Rasanya pengen ketawa—"hah, Annette? Oh, yang semalem teler ngomongin dinosaurus"

Sebenernya dia itu lucu buat diceritain. Tapi cukup gue simpen sendiri aja.

Kasian citranya yang udah dibangun baik-baik.

Liat aja gimana cara dia senyum dan nundukin kepala begitu dosennya pamit pergi dari kelas.

Dan berubah jadi sejutek itu begitu menyadari gue juga berdiri di depan pintu kelas, baru bubar.

Gue gak lagi nantangin jadi gue mengalihkan pandangan nungguin Mark yang masih beresin barang-barangnya sambil ngobrol. Arsen yang keluar duluan dari kelas, nepuk bahu Mark dan kemudian ngeliat gue di depan pintu, senyum. "Oi, gue gak ikut makan ya. Mau kumpul UKM."

"UKM apa UKM?" tanya gue yang kemudian dibalas tawanya. "Serius nih, mau ada acara bentar lagi."

"Oke, semangat bro."

"Pasti—"

"Arsen!"

Seruan dari ujung koridor sebelah sana membuat langkahnya terhenti. "Oi Net, gue UKM dulu ya!" balasnya, melambaikan tangan ke arah Annette yang langsung memasang tampang kaget, "UKM? Cie, bukan kunang-kunang lagi!"

"Daripada lo kupu-kupu—kuliah pusing-kuliah pusing!"

Raut kaget itu berubah drastis maknanya begitu kalimat Arsen berhasil dicerna otaknya. Gue ketawa, Arsen pun ketawa sambil buru-buru kabur sebelum Annette ngejar dia dan nyubit sekenceng yang dia sanggup.

Kuliah-pusing...abis minum.

Satu hal yang selalu Annette rahasiain dari publik, padahal kayaknya orang-orang juga udah tau. Cuma diem aja.

Gak ada orang yang sempurna di dunia ini, begitu pun Annette.

Sebaik apapun citranya di mata dosen, di luar semua itu dia punya kecacatan di mata orang lain.

Lo gak bisa jadi protagonis di hidup setiap orang yang lo kenal—bisa aja lo justru antagonis di cerita orang lain.

Dalam hidup gue, mungkin dia antagonis.

"Laskar!"

"Apa," sahut gue, gak sepenuhnya tertarik karena dia tetep berdiri di depan kelasnya di ujung koridor—banyak orang yang lalu-lalang. Gak sopan.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang