Chapter 36: What We are

252 66 14
                                    

hai ini gue update pake hape jadi kalo spacing antara paragrafnya aneh atau rapet gitu maaf yaa


LASKAR

"Gue gak bisa!"

Annette memekik histeris saat gue minta dia ngakuin apa yang udah pernah dia bilang ke Mark soal gue. Gue ketawa. Dia menutup mukanya dari samping mencegah gue bisa ngeliat ekspresi paniknya sementara dia mikir harus ngomong apa.

Balas dendam gue akhirnya tiba.

Ngakuin sesuatu ke orangnya langsung bukan hal yang gampang. Lo bisa gila karena lo ditatap langsung sama orangnya.

Padahal Annette adalah cewek yang sukanya confess duluan ke orang yang dia suka. Kenapa giliran sama gue jadi gak bisa?

"Oke, gue keluar dulu beli coca cola."

Tangan gue ditahan.

"Gue punya di kulkas. Gak usah beli."

Gue melepaskan tangan dia sambil mendengus mengejek. "Gue pikir lo mau ngomong sekarang."

Gue pun beranjak buat ngambil minuman yang gue maksud di kulkas. Bersebelahan sama botol-botol hijau masih bersegel kesukaan dia.

"Bukannya gue udah pernah bilang sama lo?"

"Bercanda? Pernah."

"Serius?"

"Belum."

"Gue pernah kali ah. Lo lupa."

"Enggak pernah, Annette," gue kembali duduk di sofa setelah meminum tegukan pertama coca cola. "Gue inget semua drunk talk lo dan gak satupun yang pernah bahas hal itu."

"Ah iya. Gue harus teler dulu baru bisa ngomong."

"Nggak. Lo harus sadar. Gue juga waktu itu sadar kan?"

"Laskar lo tega banget sih sama gue..."

Gue ketawa pelan. "Kalo gue tega, gue maksa lo ngomong sambil nodongin pisau ke lo."

"Oke. Fine. Tapi gue minta satu hal sama lo."

"Apa?"

"Jangan ketawa."

Dengan larangan itu justru gue jadi pengen ketawa. Tapi gue tahan. "Oke."

Sampe itungan ke-10 gue itung, Annette cuma diem natap gue tanpa berkedip. Gue kemudian memutuskan kontak itu dan meminum coca cola gue lagi, mengisi waktu sampe kalimat itu akhirnya sampe ke telinga gue.

Ngisengin Annette seru juga.

"Lo tau gak," dia memulai, berdeham sambil membenarkan posisinya jadi lebih nyaman di sofa. "Actions speak louder than words. Yang selama ini gue lakuin ke lo... belum cukup?" gue cuma bales natap dia tanpa ngejawab. "Oh, gue simpulin tatapan lo sebagai belum," gue ketawa liat dia ngangguk-ngangguk paham. "Laskar lo emang tega banget sama gue."

"Kalo lo gak bisa ngomong, yaudah terserah lo mau gimana. Mau lewat tindakan?"

"Stres anjir gue aduh---lo mau gue peluk gak?"

Gue belum sempet merespon pertanyaan dia dan gue keburu ditarik ke pelukannya. Gue ketawa. Jantungnya heboh banget. "Annette, jangan bilang sama gue kalo lo abis ini kolaps," gue menepuk-nepuk punggungnya menenangkan. Dia malah meluk gue makin erat. "Annette."

"Can you just shut up?"

Annette mencubit bagian kecil di punggung gue kesel. Gue mengaduh tertahan. "If actions speak louder than words, will this be enough for you?" tanyanya, mengusap-usap bagian yang tadi dicubit. "Must be not. Hhhh, Laskar, gue sayang sama lo tapi gue gak bisa ngibaratin sebesar apa. Makasih... makasih udah selalu ada buat gue meskipun gue lagi berantakan banget kayak gembel, sampai balik lagi jadi Annette yang penuh pencitraan di depan dosen. Lo sejauh ini orang yang hampir ngalahin Mark soal posisi di hati gue... kurang ajar lo."

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang