Chapter 17: Ex

281 80 19
                                    

bakal banyak chat. semoga tetep gampang dibaca


LASKAR

Matahari udah mau terbenam saat kita mutusin buat bubar. Katanya besok ada presentasi, katanya besok ada kuis, katanya bentar lagi drama yang lagi ditonton bakal tayang episode baru, dan katanya yang lain.

Truth or dare hari ini berakhir di dare Arsen dari Farel karena kita gak mau makin sial daripada Arsen. Iya, Arsen dijadiin tumbal.

"Farel ANJ—YANG BENER DOOOONGGG!"

Arsen yang panik langsung nyamperin Farel yang ngakak di kursinya, dijitak kenceng supaya berhenti.

"Eh aing bener loh anjir! Itu dare yang masuk akal! Maneh laki lain hah?!"

Gue yakin meja ini jadi yang paling berisik di antara pengunjung lain.

Farah udah malu banget, mukanya merah.

"Ayo ayo, Sen maneh mau buktiin maneh punya nyali gak?" Rendra menengahi, masih sambil ketawa gak habis pikir sama usulnya Farel. "Abis ini kita pulang deh biar maneh gak keterusan malunya."

Dan sekali lagi, Arsen nembak ceweknya di depan umum.

Satu meja langsung bubar—secondhand embarrassment was not easy to bear.

"Saya sebagai duta jomblo mengucapkan terima kasih atas partisipasi kalian semua hari ini, saya pamit!" ucap Farel, ngambil jaketnya dan bersiap pulang.

Farel yang ngasih ide aja gak sanggup ngeliatnya.

Apalagi yang lain.

Apalagi Farah.

"Li, mau bareng gue lagi?" tanya gue, jalan di sebelahnya sambil nginget-nginget apakah gue pernah ke rumahnya—kalaupun iya, gue lupa jalan.

"Oh enggak Kar, makasih. Gue pake ojol aja."

"Eh kalo mau gue anter gapapa kok."

"Gapapa, gapapa, beda arah soalnya. Lo ke kosan kan? Kasian jauh. Okay? Makasih udah bareng tadi! Tiati di jalan."

Alia pun melambaikan tangannya dengan semangat, tersenyum lebar sebelum jalan ke pintu keluar berbeda tempatnya nunggu ojol.

Tapi kemudian, ada seseorang yang nepuk bahu gue dari belakang, yang lantas ngebisikin gue sesuatu, "Anter Jeara pulang."

Gue langsung menepis tangan Arsen menjauh. "Apaan si," cibir gue. "Mending gue balik."

"Kar, plis lah ini gue udah usaha—"

"Usaha apa?"

"Ngajak dia."

Dia melirik cewek yang jalan gak jauh di belakangnya, nunduk ngeliat hape.

"Gue gak minta lo ngajak dia," balas gue.

"Maafan dong anjir. Damai."

"Gak."

Arsen ketawa pelan. "Sensi banget."

"Far, ini pacar lo kasih tau ya," gue menekankan kata itu dengan sengaja, ngebuat Farah memutar mata jengah, "bukan urusan gue dia mau ngajak siapa, jadi segala konsekuensinya dia tanggung sendiri aj—"

"Je, pulang naik apa?" Arsen dengan kurang ajarnya motong pembicaraan gue.

"Oh, naik...angkot? Ojol? Belum tau."

"Ini sama Laskar aja! Dia kosong tuh. Gue duluan ya!"

Dengan gak tau malu dia narik Farah pergi dari sana, tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arah gue dan Jeara bergantian.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang