Chapter 20

3 0 0
                                        

Sudah berhari-hari Jingga mengurung diri di kamarnya untuk menyelesaikan lukisan Sekala. Noda cat ada dimana-mana karena gadis itu sangat fokus dengan karyanya yang satu ini. Jingga ingin memberi lukisan itu pada Sekala, maka dari itu ia berusaha untuk melukisnya dengan baik dan teliti, nyaris sempurna. Lukisan kali ini bukan hanya sebagai pengusir rasa bosan Jingga, melainkan sebuah karya yang ia kerjakan dengan baik, sesuatu yang sangat penting. Karena di sana, terlukis sosok yang membuat Jingga tersenyum akhir-akhir ini.

Sekala tidak tahu apapun mengenai lukisan itu karena Jingga berusaha untuk menyembunyikannya sebisa mungkin. Ia memberikan pria itu kejutan dengan lukisan ini. Mengingat betapa bahagianya Sekala ketika ia memberikan lukisan kopi beberapa hari yang lalu, membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum. Di lukisan ini ada Sekala, bukankah kebahagiaan Sekala akan lebih dari saat itu?

Karena lukisan ini adalah sebuah kejutan, Jingga bertekad untuk tidak menemui Sekala sebelum lukisan ini selesai. Entah sudah berapa hari ia tidak ke Retro's Coffee untuk melihat Sekala. Ia tahan dengan berkutat dengan lukisan itu walau ia merindukan wajah tenang pria itu.

Jingga tersenyum begitu melihat lukisan yang baru jadi sekitar lima puluh persen dari keseluruhan itu. Ia bisa melihat seorang pria berambut hitam duduk di pinggiran danau dengan menekuk kedua kakinya. Pemandangan sekitar pria itu bukanlah menjadi objek pusat, terutama untuk sepasang mata Jingga. Keindahan danau dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya, kalah dengan pria yang menempati 1/8 lukisan itu.

Sekala benar-benar menarik perhatian Jingga.

Ting!

Jingga meletakkan paletnya, lalu membersihkan tangannya dengan tisu basah. Lalu, ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan menyunggingkan senyumnya begitu melihat si pengirim pesan.

Sekala yang selalu ada untuk Ji

Ji lagi ngapain? Sehat-sehat aja, kan?

Ah, sudah lama rasanya Sekala tidak menghubunginya, seperti ia yang juga tidak menghubungi pria itu. Terakhir Sekala mengiriminya pesan adalah empat hari yang lalu, menanyakan kabarnya. Tetapi, tidak dibalas Jingga karena gadis itu terlalu sibuk dengan lukisannya. Jingga baru sadar ia tidak membalas pesan itu kini, ketika melihat pesan baru yang dikirim Sekala.

Jingga Andira

Sehat. Lagi sibuk...

Sekala apa kabar?

Tidak butuh waktu lama untuk menerima balasan dari Sekala. Pria itu adalah tipe yang fast-respon. Selama berkomunikasi dengan Sekala, baik langsung maupun tidak, Sekala selalu meresponnya dengan cepat tanpa membuatnya menunggu terlalu lama.

Sekala yang selalu ada untuk Ji

Sehat kayak Ji.

Lagi sibuk, ya? Padahal aku mau ngajak kamu ke suatu tempat sore ini

Jingga menggeleng, menyayangkan ajakan Sekala.

Jingga Andira

Sebenarnya aku nggak mau ketemu kamu dulu

Sekala yang selalu ada untuk Ji

Kenapa? Ji marah?

Jingga Andira

Ada sesuatu yang ingin kuberi

Tapi nanti ku chat kalau udah jadi:p

Jingga tersenyum ketika melihat balasan dari Sekala.

Sekala yang selalu ada untuk Ji

Oke! Kutunggu~

Sekala terlihat sangat bersemangat ketika dilihat dari typingnya. Jingga membaca berulang kali pesan tersebut dan terkekeh sendiri. Berkirim pesan dengan Sekala selalu menjadi segmen kesukaan seorang Jingga Andira.

Jingga beranjak dari kursinya dan kembali melukis.

Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Sekala lagi bersama lukisan berharga ini.

*****

Dandelion dan AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang