2. Awal Mula

79 13 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

~~~

Sesampainya di depan kelas, langkah Ira terhenti saat ia melihat seorang laki laki yang sedang mengikat tali sepatunya yang terlepas. Dan Ira tidak tahu mengapa tali itu bisa terlepas. Memorinya berputar mundur, mengingat kejadian beberapa tahun lalu, saat pertama kali ia bertemu dengan anak laki laki itu.

Flashback on
(Ira pov)

"Aduuh.." Ringis seorang anak laki-laki saat sepatunya aku injak, maksudnya tidak sengaja aku injak

"Eh, maaf-maaf, aku nggak sengaja." Ucapku.
Anak laki laki itu diam saja, ia sedang membersihkan sepatunya yang kotor karena ulahku.

"Hmm, kamu tau ruang guru di mana?" Tanyaku saat dia sudah berdiri.

"Anak baru ya?" Malah nanya balik -batinku.

"Iya, hehe."

"Sama aku juga, yuk cari bareng !"

"Kamu anak baru juga ternyata, yaudah yuk."

Sepanjang perjalanan kami hanya diam,mungkin masih canggung karena belum kenal.

"Eh, kalian kok masih berkeliaran di luar?"
Tanya bapak-bapak berpakaian khas keamanan.

"Kita lagi cari ruang guru,pak. Anak baru, hehe." jawabku.

"Oalah, yaudah mari bapak antar."

"Terimakasih, pak." Ucap kami setelah sampai di ruang guru.

Setelah dari ruang guru, wali kelas mengantar kami berdua ke kelas, dan ternyata, aku sekelas dengan anak ini.

Bu guru meminta kami memperkenalkan diri, dimulai dari aku.

"Hai semua ! Namaku Syakira Hanindiya Aisya, pindahan dari Bandung, senang bertemu kalian, terimakasih."

Dan dilanjutkan oleh anak itu, "Hai ! Aku Vino Alvian Putra, pindahan dari Riau." Ucapnya singkat dan padat.

Kami diminta duduk, dan jarak bangku aku dan anak yang bernama Vino itu tidak terlalu jauh.

"Hai ! Nashwa, panggil aja Wawa." Kata seorang gadis cantik yang akan menjadi teman sebangku ku, sembari mengulurkan tangannya.

"Syakira, panggil aja Ira." Aku tersenyum dan menjabat tangannya

Setelahnya, aku dan Wawa jadi semakin dekat, begitu pula aku dengan Ino. Ino itu nama panggilan dariku untuk Vino, biar gampang disebut, ya jadi Ino saja. Jika kalian pikir kita bersahabat bertiga, kalian salah, Wawa dan Ino tidak dekat, aku juga tidak tahu mengapa.

Aku dan Ino jarang sekali terlihat akur, ada saja hal yang membuat kita bertengkar, ribut, bahkan pernah kejar-kejaran mengelilingi kelas, sampai sampai Wawa bingung dan pusing sendiri.

Dibilang bermusuhan sih tidak, kami tak pernah bertengkar serius, kami hanya menganggap itu sebagai candaan.

Oh iya, saat itu aku kelas 3 SD, aku baru pindah dari Bandung, Ayah yang minta, katanya kangen kampung halaman, dan ayah ada bisnis baru di sini.

Flashback off

Aku tersadar saat Wawa mengagetkan ku dari belakang, "Ya Allah Wa,kaget tau !" Sebalku.

"Abis dipanggil-panggil diem aja, liatin apaan sih?" Jawabnya sembari celingak-celinguk.

"Oooh, liatin Vinooooo." Ejeknya.

"Apaan si Wa, yuk masuk !"

"Cie-cie yang pagi pagi udah liatin Vino."

Aku pura pura tidak dengar saja. Dan Ino pun demikian, tak peduli sama sekali. Sikapnya makin dingin aja, kaya kulkas Ira, ucapku membatin.

"Eh Ra, kamu bakal tinggal dirumah aku 2 minggu ini kan?" Tanya Wawa setelah duduk di bangku kami.

"Iya Wa, Bunda ada bisnis di Bandung." Kataku seadanya.

"Yeeaay, aku ada temennya."

"Tapi nggal ngerepotin kan Wa?"

"Sans aja kali Ra, kita saudara, beda ayah beda ibu tapi."

"Ck, bisa aja."

Kulirik Ino untuk melihat reaksinya, dan seperti dugaanku, dia sama sekali tak peduli, atau bahkan memang tak mendengarnya.

Lama-lama Ira pasti terbiasa kok sama sikap Ino -ucapku menyemangati diri sendiri.

(Ira pov end)

~~~

Haii lagii 😁
Selamat membaca 🤗
Dukung aku terus ya 😉
Thank u 😙

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang