بسم الله الرحمن الرحيم
~~~
Sudah seminggu sejak Abang dan Bundanya pulang, sudah seminggu pula Alan mengantar jemput Ira kesekolah, seperti hari ini.
Ira turun dari motor dan melepas helm yang digunakannya, lalu memberikannya pada Alan.
"Belajar yang bener, kalo udah waktunya sholat langsung sholat !" Kata Alan sembari mengambil helm yang diberikan Ira.
"Iya Bang, udah seminggu Abang ngomong kayak gitu." Ira menyalami Alan.
"Yaudah sana !"
"Assalamu'alaikum, Bang." Ira langsung menuju kelasnya.
Hari ini ada pelajaran olahraga, Ira dan Wawa kembali ke kelas setelah mengganti seragamnya dengan baju olahraga.
Mereka kembali duduk di bangku masing-masing, menunggu guru olahraga yang belum masuk kelas.
Seharusnya guru olahraga mereka sudah masuk kelas saat ini, karena sudah lama menunggu, akhirnya, Ino selaku ketua kelas pergi ke ruang majelis guru untuk mencari keberadaan guru olahraganya.
Tak lama kemudian, Ino kembali seorang diri, sama seperti saat pergi tadi.
"Teman-teman, satu jam kedepan kita free class-" Belum selesai Ino berbicara, teman-temannya sudah bersorak kegirangan, Ino kembali ke bangkunya, karena tak ada lagi yang perlu disampaikan.
Wawa yang tadinya ikut bersorak menghentikan aksinya, ia menghampiri Ira dan mengambil duduk disebelahnya.
"Nih Ra, makasih ya." Wawa menyodorkan buku bersampul putih bersih itu kehadapan Ira.
Wawa mengembalikan buku yang dipinjamnya beberapa hari lalu, buku yang isinya selalu berputar-putar di kepala Ira, entahlah, buku itu memiliki magnet tersendiri, dari awal ditoko buku sampai saat ini, hati Ira selalu menghangat setiap melihatnya.
"Iya Wa sama-sama." Ira tersenyum dan membiarkan bukunya di sana.
Mereka berdua asik berbincang, apa saja mereka bahas, panasnya ruang kelas tak menghentikan keduanya.
Ira mulai kepanasan, apalagi ia memakai baju olahraga yang lebih tebal dari seragam lainnya. Ira menyampirkan jilbabnya ke bahu, tak sampai disitu, lengan bajunyapun dinaikkan sampai ke siku.
Saat Ira menceritakan betapa menyebalkannya Alan, tiba-tiba Wawa menarik tangan Ira.
"Kenapa Wa?"
"Aurat wanita itu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan, Wawa baca dari buku Ira." Wawa menurunkan lengan baju Ira sampai ke pergelangan tangannya.
Ira baru menyadari itu, Ira hanya memperhatikan apa yang Wawa lakukan.
"Jilbabnya juga harus nutup dada." Wawa juga menurunkan jilbab Ira dari bahunya.
"Iya ya, Ira baru nyadar, padahal Ira udah baca bukunya."
"Iya, mulai sekarang yok Ra."
"Ngapain?"
Wawa mengambil buku Ira kembali dan memperlihatkan bagian depan buku itu ke Ira.
"Jadilah wanita Sholeha." Ira membaca judulnya.
"Iya, mau kan?"
Ira tersenyum dan mengangguk
"Aaaaa senengnyaa, makasih Iraaaa." Wawa memeluk Ira dan menggoyang-goyangkan badan Ira saking senangnya.
"Harusnya Ira yang makasih, makasih ya." Ira membalas pelukan Wawa dan tersenyum setelahnya.
Sebenernya mereka sudah tau, kalau wanita harus benar-benar menjaga auratnya, tapi mereka selalu disibukkan banyak hal, terlebih lagi, lingkungan mereka bukan lingkungan yang mementingkan cara berpakaian.
Ira juga baru menyadari kode dari Bunda dan Abangnya itu. Bunda dan Abangnya selalu membelikan pakaian tertutup untuk Ira kenakan, tapi Ira mengenakannya saat diminta saja. Dan buku itu, Ira tau sekarang, buku itu adalah hidayahnya.
Hidayah bisa datang dari mana saja bukan ?
Dan Wawa, sungguh Ira sangat bersyukur atas semua ini, Wawa menjadi pelengkap semuanya.
"Terimakasih ya Allah."
Ucapan terimakasih itu hanya terucap dalam hati Ira, ucapan untuk Sang Illahi Rabbi.
~~~
See u di next part 🤗🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Ira [ END ]
Roman pour AdolescentsHai! Ini cerita pertama yang aku publikasikan di Wattpad. Ini juga cerita pertama yang berhasil aku selesaikan. Aku tahu, banyak sekali kesalahan, kekurangan, dan hal-hal yang tidak pada tempatnya disini. Aku tidak ingin mengubah apapun pada cerita...