18. Rencana-Nya

9 9 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

~~~


Ale dan Ino juga selalu ada untuk Wawa, menjaganya layaknya seorang adik, dan Wawa bersyukur akan hal itu, mungkin ini bagian dari rencana-Nya.

Saat ini, Wawa sedang menunggu supir pribadinya, Ale dan Ino seperti biasa menemani Wawa hingga supir Wawa datang menjemput.

Meskipun Ale dan Ino selalu ada didekat Wawa, tetapi mereka masih tahu batasan, batasan antara laki-laki dan perempuan.

"Gue duluan ya, sampe ketemu di class meeting nanti !" Wawa melambai-lambaikan tangannya.

"Iyaaa." Mereka menjawab serentak.

Mereka berjalan menuju parkiran setelahnya, kembali pulang ke rumah masing-masing.

~~~

Setibanya di rumah, Wawa langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Ira, biasanya, setelah ujian seperti ini Ira aktif sosial medianya.

"Yah, belom aktif." Wawa melempar ponselnya asal.

Ini yang membuat Wawa sedih, Ira hanya aktif ketika liburan saja, pesannya yang sejak lama belum juga dibalas, Wawa jadi bingung, sesibuk itukah kehidupan Ira di Bandung.

Wawa keluar kamar menghampiri Mamanya, melihat Mamanya duduk santai sembari menonton televisi, Wawa langsung saja mengambil duduk di sebelah sang Mama.

"Kenapa ? Ira lagi ?" Wawa hanya mengangguk lesu.

"Mungkin di sana belom liburan, kamu juga belom liburan, masih ada class meeting."

"Iya si Ma, tapi, masa iya ga megang hp selama itu, mana ada yang sanggup."

"Ira sanggup tuh, kamu aja yang ga sanggup." Wawa mendesis sebal.

"Ih Mama, anaknya lagi sedih bukannya di hibur malah diledekin." Sang Mama hanya terkekeh mendengar rengekan putrinya.

Mereka terhanyut menonton televisi tanpa sadar, Wawa lupa kekesalannya beberapa waktu lalu, ia suka acara yang sedang ditontonnya saat ini.

Cukup lama menonton, Wawa tiba-tiba teringat sesuatu, ia menegakkan duduknya dan menghadap sang Mama.

"Ma !"

"Hmm ?"

"Mama punya nomor Bunda kan ?"

"Bundanya Ira maksudnya?" Wawa mengangguk antusias.

"Punya si, tapi udah lama ga aktif, kayaknya Bundanya Ira ganti nomor deh." Wawa menghela nafas.

"Terus, Bunda ga ngehubungin Mama gitu ?"

"Sayang, tiap orang itu punya kesibukan masing-masing, kalo udah ga sibuk pasti dihubungin, ngertiin ya nak, ga semua yang kita pingin itu harus terwujud."

"Iya Ma."

Wawa tersadar, benar juga, Ira pasti sibuk di sana, pasti pula ada alasan mengapa Ira hanya aktif saat liburan.

"Yaudah, Mama ke dapur dulu, jangan lupa mandi lho !"

"Iya Ma." Wawa beranjak dari duduknya, mengikuti perintah Mamanya.

~~~

Hari ini, class meeting akan dimulai, para siswa terlihat antusias, Wawa pun demikian, ia sungguh bersemangat, tak sabar memenangkan lomba-lomba yang akan diselenggarakan.

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang